JurnalMalang - Datuk Low Tuck Kwong, pengusaha kelahiran Singapura, salah satu pemilik raksasa tambang batu bara Kalimantan yang heboh karna hartanya bertambah sekitar Rp 30 Triliun hanya dalam 2 tahun belakangan ini. Harga batubara di pasar global sedang jaya-jayanya. USD 400/ton!
"Dan ia orang Indonesia. Hatinya baik, kerja keras, dermawan, memperhatikan lingkungan dan penampilannya sederhana," tulis Dahlan Iskan, tokoh media yang juga mantan Menteri BUMN era SBY, di situsnya Disway.ID (6/6/2022).
Saat usia masih 37, tahun 1986 an, Tuan Low Tuck menanggalkan kewarganegaan Singapura untuk jadi WNI. Dia melihat betapa besarnya potensi bisnis dan kandungan alam di negara yang kaya raya dengan SDA ini. Ia lalu sukses besar di sini. Kaya raya dari eksploitasi kandungan bumi yang kini sedang mahal: batu bara. Dari kontraktor pondasi, tuan Low kemudian menjadi Raja tambang batu bara.
"Datuk Low juga terpilih sebagai orang terkaya nomor 30 di Indonesia, mungkin kini sudah di 10 besar. Kekayaannya sudah Rp 70 triliun," tulis Dahlan Iskan.
Datuk Low Tuck Kwong pria 74 tahun, merupakan pemilik Bayan Resource, salah satu perusahaan penambangan batu bara terbesar di Indonesia. Bayan Grup mempunyai 12 tambang, di Kukar saja. Belum lagi yang di Kutai Timur dan di Kalsel. Produksinya mencapai hampir 40 juta ton per tahun. Targetnya ambisius, 60 juta ton per tahun dalam 5 tahun yang akan datang. Akan setara dengan kapasitas produksi Adaro dan atau KPC miliknya ARB.
Untuk meningkatkan distribusi batu bara nya dari pedalaman ke laut dan mencapai target produksinya yang agresif, Bayan membangun infrastruktur besar besaran senilai Rp 3 Triliun. Kendaraan berat akan semakin padat melintasi kawasan hutan - sungai dan daerah yang semula alami tersebut.
"Ikan besar harus didapat dengan kail besar. Investasi jalan Rp 3 Triliun agar bisa angkut batu bara lebih banyak. Tapi investasi Rp 3 triliun itu mungkin hanya akan dimanfaatkan selama 25 tahun. Habis itu jalan tersebut ditinggalkan. Batu bara habis." Lanjut DIS dalam tulisannya yang tampaknya mengapresiasi langkah Datuk Bayan sebagai tindakan yang mengandung sosial jangka panjang.
Dahlan menyatakan, infrastruktur yang dibangun Bayan tersebut kelak akan jadi kekayaan pedalaman Kaltim. Karena menurutnya, tidak mungkin mengharapkan pemerintah mau membangun jalan di jalur itu, sepanjang itu, sekokoh itu.
Tulisan DIS yang bahkan meragukan komitmen pemerintah dalam membangun infrastruktur itu mirip 'endors' ke sebuah entitas swasta. Tulisan khusus berseri 4 hari berturut-turut tentang Datuk Low dan Bayan, mendapat ragam tanggapan netizen di kolom komentar. Ada yang ikut kagum dan salut pada Datuk Low dan ada juga yang mengkritik dalam kaitannya dengan ekologi.
"Saya nggak tahu pasti; apakah ada hubungannya antara tulisan Abah yang berseri ini dengan pergerakan harga saham BYAN di pasar modal," tanggap netizen bernama Mahmud Al Mustasyar. Tulis Mahmud, harga saham BYAN mulai kemarin naik dan menyentuh harga tertinggi sepanjang masa.
"LUARBINASA, pak DIS. Menulis fakta yg mungkin hanya ada di Indo: 1 orang dpt menguasai lahan seluas itu, agresif mengeruk SDA yg tidak dapat diperbaharui. Untuk dijual ke luar negeri. Akan habis dalam waktu tak lama lagi. INI GILA," tulis Netizen bernama Irud Z. Menurutnya, negara-negara besar seperti US, Rusia, Cina, Jepang tidak akan mau menyerahkan semua SDA strategis nasional kepada segelintir orang untuk dijual ke LN untuk keuntungan sendiri dan golongannya. Negara harus mengendalikan agar konglo tidak ugal-ugalan dalam mengeruk perut bumi yang jumlahnya terbatas itu.
"Negara2 maju tidak ada yang mau bodoh biarkan SDA strategis nasional dikeruk secara agresif oleh segelintir konglo. Pengamat / tokoh di negara maju tidak akan mau konyol memuji2 eksploitasi SDA yang sebentar lagi akan habiss. Anak cucumu ntr gantian impor batu bara, akan nangis darah.. tobatlah yg mulia bpk DIS." Tulis netizen yang mengkritik. **