Momen Peringatan Hari Santri di Pesantren Luhur, dan Sekilas Riwayat HSN

Apel HSN 2022 di L.T. Pesantren Luhur Malang / ist

Malang - Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang mengadakan apel Hari Santri Nasional, di aula lantai II Pesantren Luhur Malang, pada Sabtu 22/10/2022. Acara yang dimulai pada pukul 06.00 WIB dan diakhiri pada pukul 07.00 WIB, berlangsung lancar dan khidmat.

Rangkaian acara diawali pembukaan, persiapan oleh komandan peleton, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne Pahlawan, Yalal Wathon, dan Sholawat Irfan.

Selanjutnya Sambutan Pengasuh Lembaga Tinggi Pesantren Luhur, Gus Danial Farafish. Disampaikan, bahwa santri masa kini selain harus memahami ilmu agama, juga harus menguasai IPTEK, dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan masyarakat. Santri hendaknya menjadi subjek perubahan di era Revolusi Industri 4.0 dan peradaban Society 5.0 ini.

“Santri adalah pemegang estafet perjuangan bangsa, maka seharusnya kita tidak hanya menjadi santri yang religius, namun juga menjadi santri intelektual yang mampu mewujudkan keilmuan di tengah-tengah masyarakat.” Ujar Gus Danial dalam sambutannya.

LTPL MLG siap wujudkan santri pejuang untuk masyarakat, bangsa dan negara, di era Society 5.0

Sekilas Sejarah HSN

HSN ditetapkan sebagai hari besar nasional pada tahun 2015. Tapi sesungguhnya, gagasan HSN telah ada sejak tahun 2009 an. Pertama kali usulan tersebut datang dari Malang.

Hingga tahun-tahun berikutnya, ide HSN selalu terus disuarakan oleh inisiatornya, yaitu seorang kyai muda, alumni LTP Luhur, yang merupakan pengasuh Ponpes Babussaam Pagelaran Malang: K.H. Thoriq bin Jiyad. Ide tersebutpun mulai banyak direspon oleh beberapa tokoh nasional dan pejabat negara. Terdapat petisi tertulis yang menunjukkan bahwa usulan HSN sebagai hari besar nasional mendapat perhatian banyak pihak. 

Ir. H. Joko Widodo, pada Juni 2014, yang kala itu merupakan Calon Presiden RI, berkunjung ke Ponpes Babussalam Malang yang diasuh Gus Thoriq, telah menandatangani surat dukungan HSN agar menjadi hari besar nasional. Saat itu HSN diusulkan Kyai Thoriq pada setiap 1 Muharram.

Gus Thoriq dan Jokowi di Ponpes Babussalam tahun 2014, HSN sepakat diperjuangkan jadi hari besar nasional / fb.04

Laksana gayung bersambut. Jokowi, Gubernur nonaktif DKI, terpilih menjadi Presiden RI pada tanggal 9 Juli 2014. Tak lama, setahun kemudian, tepatnya tanggal 22 Oktober 2015, Presiden Jokowi dan Menteri Agama RI resmi menetapkan Hari Santri Nasional sebagai hari besar, di Masjid Istiqlal, DKI Jakarta. 

Presiden dan MenagRI sepakat tanggal 22 Oktober sebagai HSN (Tidak jadi 1 Muharram sebagaimana usulan pencetus), setelah mempertimbangkan masukan, yang antara lain adalah untuk mengenang peristiwa bersejarah resolusi/seruan jihad bela negara dari tokoh pendiri NU (22/10/1945), kepada segenap bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan menegakkan kedaulatan negara dari ancaman Belanda pasca Proklamasi.

Ada juga peran beberapa tokoh agama, khususnya dari NU, dan beberapa pejabat negara yang turut memperjuangkan terwujudnya HSN. Meskipun tanggal dan bulannya tidak sesuai dengan yang diusulkan Gus Thoriq sebagai pencetus, bahwa pemerintah telah mengakomodir aspirasi santri, sebagai pengingat akan besarnya peranan-juang santri untuk bangsa ini sejak dulu, kini dan di masa depan.

Nilai penting dari peringatan HSN adalah, bagaimana kita semua mengenang perjuangan santri, peran aktif santri dalam membangun peradaban, dan kobaran semangat santri dalam ikut mendirikan NKRI, memperjuangkan kemerdekaan 17 Agustus 1945, menjaga bangsa dan negara, serta mengisi kemerdekaan dengan Pancasila sebagai falsafah, ideologi negara. **