JELANG PILKADA KABUPATEN MALANG; MEMBACA ARAH REKOM PDI PERJUANGAN (BAG.2)

Pada Kongres Bali yang baru saja berlangsung bulan lalu, Ketum memberikan perintah kepada semua petugas Partai agar merebut kekuasaan lokal pada momen Pemilukada serentak Desember yang akan datang. Di daerah basis jangan sampai kalah. Gayungpun bersambut. PDIP Kabupaten Malang adalah basis merah plus juara pileg, sudah lebih dulu melakukan penjaringan Bacalon Bupati dan struktur DPC baru sudah definitif. Saat yang sama, Beringin sedang dilanda badai. PKB konsisten pada target awalnya yang hanya mengincar N2 bagi incumbent. Dan semua tahu bahwa penguasa besar negara saat ini adalah Petugas Partai yang mustahil  mengabaikan kepentingan politik Banteng di daerah strategis seperti Malang. Jadi, kesempatan berkuasa bagi kader PDIP Kabupaten Malang sudah terbentang.

Incumbent Rendra Kresna yang semula merasa di atas awan dengan segala hasil survey dan sanjungan media yang menjebak, sekarang ini sedang was-was; partainya tak selesai dirundung duka, rekan koalisi yang hubungan telah dijalin lama (seperti PPP) mengalami nasib serupa, "proposalnya" kepada moncong putih agar mau menjadi calon wakilnya dicuekin, harapan untuk menonton konflik internal banteng pasca ribut konfercab pun pupus. Lalu ditambah lagi dengan kemunculan nama Eddy Rumpoko sebagai calon kompetitor yang jelas tidak ringan.

Mudah diduga langkah sigap yang  dilakukan incumben adalah: memastikan rekom partai NASDEM, menambah cat warna Hijau dengan logo samar-samar PKB pada mobil dan spanduk-spanduknya, merealisasi janji-janji di birokrasi seperti mutasi dan promosi jabatan, peningkatan anggaran di pos-pos tertentu SKPD dan hirarki dibawahnya, "konsolidasi" dengan rekanan dari kelas PL hingga Big Boss. Sebagai langkah antisipasi puluhan ribu copy KTP sudah disiapkan. Mayoritas kades siaga siap menunggu perintah.
 -----------
Ketua DPC PDIP Kab yang baru, ER, dinilai berhasil dalam menstabilkan kondisi intern PDIP pasca kisruh Konfercab terpadunya di Surabaya, dan melanjutkan mekanisme penyaringan Bacalon Bupati yang baru saja selesai melakukan fit and proper test di DPD Jatim. Maka penjaringan ulang bacalon yang pernah diwacanakan praktis batal dilakukan dan dalam hal ini ER dipandang demokratis. 

Tetapi ER sendiri ternyata muncul (atau dimunculkan) sebagai kandidat yang ikut merebut rekomendasi DPP. Disinilah salahsatu keunikan PDIP sebagai partai berstempel demokrasi. DPC diperintahkan untuk menjaring BACALON Kepala Daerah secara terbuka dan terjadwal Namun DPP dan DPD sendiri membuka pintu lain yang memungkinkan masuknya Bacalon susulan yang tidak perlu susah-susah mengisi formulir, antri dan membayar iuran administrasi. Dan hebatnya, seringkali bacalon susulan tersebutlah yang mendapatkan rekomendasi.

Terlepas dari jalur pintas yang kelak digunakannya, kemunculan ER di bursa Pilkada kabupaten Malang jelas membawa bobot kompetisi. Perlu diakui, ER merupakan tokoh kuat di Malang, wirausaha sukses, organisatoris dari trah Ebes Ngalam yang dihormati. Elektabilitasnya tak perlu diragukan. ER bisa mempengaruhi media, menggalang sokongan para juragan dan mengintervensi berbagai ormas besar. Dia mempunyai nilai jual "berpengalaman di puncak pemerintahan" yang lebih lama dari Rendra Kresna yang belum genap satu periode.

Meskipun ER masih menjadi Walikota di Batu, tidak ada aturan yang melarangnya maju sebagai calon Bupati Malang asalkan mundur dari jabatannya sebelum bulan Juni. TETAPI Pertanyaannya adalah: 
Apakah ER berani mengambil resiko mundur sebagai Walikota Batu untuk bertarung menjadi Bupati Malang?? Apakah ER sanggup mendarat mulus di tanah kabupaten Malang ditengah serbuan opini yang memandangnya terlalu ambisius pasca mundur dari Walikota Batu?? 
Apakah lawannya akan diam saja dengan tidak melakukan provokasi pada warga Batu agar menentang pilihannya meninggalkan tugas dan tanggungjawab di Kota Apel hanya karena ingin menjadi Bupati Malang?? Apakah di internal PDIP juga sudah bulat mendukungnya maju sebagai Bupati mengingat ada benih perpecahan di beberapa PAC??

Pertanyaan-pertanyaan di atas penting untuk diajukan tidak hanya untuk ER, PDIP Kabupaten tetapi terlebih lagi kepada DPP yang kelak memberikan keputusan rekomendasi. Seperti yang telah diulas di awal bahwa saat ini adalah momentum bagi PDIP untuk merebut kekuasaan yang 5 thn lalu diambil RK. Kesempatan yang tepat untuk mempersembahkan kemenangan kepada Ketum yang sangat bersemangat dalam merebut kekuasaan lokal di pilkada serentak 2015 ini. 
Kondisi politik incumben yang tengah merapuh dan sejumlah kebijakannya yang akhir-akhir disorot dan berpotensi menimbulkan problem hukum adalah bonus bagi PDIP untuk menggilas kekuatan lawan terkuatnya tersebut. Perlu diingat bahwa saat ini merupakan era berkuasannya kader banteng, yang tentu saja mampu menekan aparat penegak hukum untuk tegas menindak para pemimpin/incumben yang terindikasi korup. Saat ini, data audit BPK dll lebih bisa diakses oleh jaringan banteng ketimbang jaringan beringin, mercy, matahari atau kepala garuda. Kemenangan akan semakiin mudah diraih dengan sentuhan kekuasaan...

Dengan bedah wacana di atas maka beberapa hal dan kemungkinan yang akan terjadi:

ER memutuskan melepas jabatan Walikota Batu dan mendaftarkan diri melalui DPP sebagai Bacalon yang merebut Rekom PDIP. Bila ini yang terjadi maka rekom besar kemungkinan turun padanya. Bisa dipastikan tahapan selanjutnya seperti survey, psikotes dll hanya sekedar formalitas untuk memenuhi kolom media. Bacalon lain akan fokus pada persaingan merebut wakil. Sehingga fokus PDIP adalah mencari Pasangan yang pas untuk Mendampingi ER melawan incumben yang sudah mantap dengan PKB. ER mungkin akan memilih pasangan tokoh religius yang melengkapi dirinya yang tercitrakan sebagai figur nasionalis. Pilihan bisa saja pada KH. Thoriq Bin Jiyad, ulama muda dari Pagelaran yang juga kader PDIP.

ER milih bertahan menjadi Walikota Batu. Maka para kandidat yang diseleksi akan mengerucut pada nama-nama yang mengikuti fit and proper test Surabaya. DPP akan survey dan hasilnya menjadi tolak ukur utama rekomendasi. Sosok yang tampak gigih publikasi seperti H. Sucipto bakal mendapat peluang. KH. Thoriq BZ memiliki peluang besar selain karena elektablitas tinggi dari beberapa survey yang belum terpublikasikan juga mampu membawa gerbong religius yang bisa menandingi kekuatan incumben. Sementara HM. Geng Wahyudi yang mendapat sanksi partai akibat konflik konfercab seharusnya tidak menggugurkan haknya untuk ikut merebut rekom PDIP. Jangan memandang MGW hanya pada konteks dinamika yang baru terjadi melainkan jejak panjang pengorbanannya di partai. Semua nama-nama yang memenuhi syarat ketika proses penjaringan sebaiknya diajukan ke DPD dan DPP. 
Di sini ER bisa mengambil posisi sebagai MENTOR bila nanti suksesi berhasil dimenangkan kader PDIP.
 
Peta perebutan rekom saat ini sangat dipengaruhi oleh langkah ER: (dengan asumsi calon PDIP akan menang) memilih menjadi Bupati atau menjadi Mentor / Penasehat Bupati. Masih ada waktu sekitar setengah bulan bagi ER untuk mengambil keputusan. Sebaiknya, ER mengambil keputusan bukan berdasarkan provokasi atau godaan opini melainkan berdasarkan analisa dan hitungan cermat yang didukung oleh data riil...