Pangdivif 2 Kostrad Ibaratkan Pena Jurnalis Seperti Senjata, Hati-Hati Menggunakannya

Panglima Divif 2 Kostrad berdiskusi dengan media / Dok.Pendiv2
Pendiv2/JurnalMalang – Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad Mayjen TNI Benny Susianto,S.I.P sering berdialog dengan wartawan di Malang Raya. Jalinan komunikasi ini sudah terbangun sejak Pangdivif 2 mulai bertugas di Malang. Yang terbaru, Benny Susianto berdiskusi dengan rombongan dari koran harian terbesar di Malang, Radar Malang (JawaPos-Group), 21/11. 

Pertemuan yang dikemas dalam discuss on the spot di Markas Divif 2 Kostrad Singosari itu, Benny berharap, awak media hati-hati dalam menggunakan senjatanya (pena/tulisan). “Sebab, senjata kalian (wartawan) itu bisa lebih berbahaya dari pada senjata (senapan) kami (TNI),” ujarnya sembari tersenyum. 

Benny menjelaskan, jika media sudah menuliskan tentang keburukan seseorang, maka dampaknya bisa jauh lebih besar dari pada tentara yang menembak orang. Jika tentara menembak orang hingga mati, kata dia, dampakanya belum tentu meluas, tapi kalau seseorang sudah ditulis jelek oleh wartawan, maka bisa membuat seseorang itu hidup seperti orang mati.

Dia mejelaskan, orang yang ditulis jelek oleh media, maka berimbas pada banyak orang. Anak, istri dan saudaranya jadi ikut menanggung malu terus-menerus dalam waktu lama. Selain itu, bisa saja temannya sudah tidak percaya dan bisa jadi bisnisnya juga akan hancur. Tulisan tersebut juga bisa menimbulkan dendam yang mendalam. “Jadi, fisik orang itu hidup tapi seperti orang mati,” ujarnya. 

Sebaliknya, dia menyatakan, jika senjata media (tulisan) itu digunakan dengan baik, maka efeknya juga akan lebih hebat dari senapan. Sebab, media bisa membangun opini masyarakat luas. Dimana dari opini itu juga bisa menggerakan masyarakat. “Maka jangan sampai arogansi media muncul, karena itu sangat berbahaya,” ujar pria asal Jakarta tersebut. Termasuk kesatuan bangsa ini terjaga, lanjut dia, salah satunya juga berkat peran media massa. Maka lanjut Benny, jika media itu baik, mereka bisa menjadi hero (pahlawan).

Harus diakui bahwa apa yang diilustrasikan oleh Pangdivif 2 Kostrad di atas sangat benar adanya. Terutama di era booming media sosial sekarang ini. Satu konten berita atau foto yang diunggah media, maka akan dapat langsung beredar luas, viral, di seluruh dunia dan hampir sulit untuk dihilangkan lagi. Jika media menulis tentang aib atau prestasi seseorang maka dapat dipastikan warga dunia akan langsung tahu dalam sekejap.

Media juga berpotensi salah dalam menulis berita. Sudah banyak contoh betapa media menjadi salah satu sumber gejolak, penyebaran opini palsu, fitnah dan pencemaran nama baik seseorang. Tidak sedikit korban dari pemberitaan media massa yang dihakimi publik. Media massa sudah menjadi semacam aliran modern yang turut menentukan kebenaran dan pengadilan sosial. Media seperti pisau, berguna sekaligus berbahaya, tergantung cara dan tujuan menggunakannya.

Namun juga harus diakui media memiliki peranan besar dalam arus informasi masyarakat yang positif. Media dilindungi UU untuk memberitakan konten yang bermanfaat, objektif dan faktual. Sehingga media disebut sebagai salah satu pilar demokrasi. Media memiliki segudang reputasi dalam membela kepentingan rakyat dan melawan kezaliman pihak-pihak yang menindas masyarakat. Media adalah tiang kokoh yang menyangga kehidupan berbangsa dan bernegara.

 “Kita harus menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat,” pesan Pangdivif2 Kostrad. Dalam kesempatan itu, Benny juga mengajak Media massa di Malang untuk terus bermitra dengan TNI. Sebab, jika masing-masing kekuatan bekerja sendiri-sendiri, maka hasilnya tidak bisa maksimal. “Kami punya Sumber Daya Manusia (SDM), tenaga terlatih, dan punya peralatan, maka kita bersama-sama melakukan kebaikan untuk masyarakat,” ajaknya. Sementara itu, Direktur Jawa Pos Radar Malang Kurniawan Muhammad mengaku sangat berteri makasih dengan wejangan yang diberikan Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad tersebut. Menurut dia, sebagai media yang mengedepankan profesionalitas, Radar Malang siap dikritik pembaca dan masyarakat. Sebab, dia yakin kritik tersebut juga sebagai bentuk kepedulian. (c2/lid/pendiv2/red1JM).