Saka Nusantara Gagas Sumpah Palapa II, Deklarasikan Maklumat Persatuan di Era Milenial

Diskusikan Gagasan Sumpah Palapa II
JurnalMalang - Lembaga Kajian Sejarah dan Budaya Saka Nusantara merencanakan agenda silaturrahmi budaya, konsolidasi dan ikrar persatuan dalam tajuk Sumpah Palapa II. Sebagai langkah awal, lembaga yang berbasis di Malang ini telah menyelenggarakan serasehan terbuka dengan tema "Menggaungkan Kembali Semangat Sumpah Palapa" di Balairung Sang Amurwahbhumi Kepanjen pada Selasa, 12 September 2018, yang dihadiri berbagai tokoh seniman, budaya dan akademisi. Turut hadir pula Staf Ahli Deputi yang membidani Kebudayaan dari Kantor Staf Presiden (KSP).

Saka Nusantara fasilitasi penyelenggaraan bersama Sumpah Palapa II
Ide menyelenggarakan Sumpah Palapa II dilatarbelakangi oleh hasil kajian Saka Nusantara dalam melihat kondisi bangsa yang masih belum utuh dalam memaknai persatuan. Masih banyak potensi keretakan, friksi antar anak bangsa, dimana seringkali perbedaan dimaknai sebagai konflik yang mengganggu semangat persatuan bangsa yang sudah solid di bawah semboyan Bhineka Tunggal Ika.

"Kita juga terinspirasi dari semangat Sumpah Palapanya Patih Gajahmada yang di masa lampau berhasil mengonsolidasikan persatuan NUsantara, berhasil membangun kejayaan dan mengukuhkan Nusantara sebagai negeri terkuat di jamannya." ucap Fajar salah satu perwakilan Saka Nusantara usai mempresentasikan agenda tersebut di forum serasehan.

Direncanakan, agenda tersebut akan mengajak semua elemen dan masyarakat untuk bergotong royong merealisasikan SUmpah Palapa II dalam kepanitiaan bersama, sementara Saka NUsantara sebatas pada inisiator awal yang mengantar semua elemen masyarakat yang peduli untuk mewujudkan acara yang bakal menjadi momentum besar deklarasi ikrar kebangsaan tersebut.

Sumpah Palapa II: Maklumat Persatuan di Era Milenial
Sebagai gambaran, Sumpah Palapa II akan diselenggarakan disuatu tempat yang representatif dengan dihadiri oleh berbagai perwakilan organisasi, komunitas budaya dan masyarakat dengan memakai aksesori dan ikon budaya Nusantara; keris menjadi simbol budaya dan ketangguhan komitmen Kstaria Nusantara untuk menjaga keutuhan NKRI. Dalam acara tersebut juga akan diadakan ritual budaya dan doa bersama untuk kebangkitan Nusantara.

Berbagai ide berkembang dalam forum serasehan Saka Nusanatara untuk agenda Sumpah Palapa II, antara lain:

  • Acara Sumpah Palapa II atau Sumpah Nusantara didasarkan pada komitmen untuk merekatkan semua unsur dan elemen bangsa untuk tetap berdiri bersama di bawah NKRI;
  • Sumpah Palapa II bertujuan untuk membangkitkan lagi kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Nusantara dengan segenap keluhuran budaya dan warisan lokalnya;
  • Menelurkan sejumlah "Maklumat Kebangsaan" sebagai rangkuman dari tekad dan cita-cita bersama, yang kemudian "Saripatinya" dijadikan sebagai "Naskah Sumpah Palapa II" dan diabadikan dalam "Prasasti Sumpah Palapa II";
  • Pembacaan teks Sumpah Palapa II dilakukan dihadapan forum oleh tokoh yang disepakati bersama, dalam iringan nuansa sakral kebudayaan dan dipublikasikan secara luas di media massa;
  • Acara Sumpah Palapa II juga akan merumuskan berbagai hasil kajian untuk direkomendasikan kepada Negara sebagai masukan untuk mendukung kebangkitan budaya nusantara di tengah kepungan budaya global;
  • Mengkaji kemungkinan Sumpah Palapa (Gajahmada) masuk dalam kalender Nasional;
  • Mengadakan serasehan lanjutan sebagai persiapan lanjutan menuju agenda Sumpah Palapa II.
Dijelaskan juga dalam acara tersebut, bahwa lokasi acara Sumpah Palapa II akan diselenggarakan di Malang, sebagai tempat lahirnya perintis Majapahit; dari Sang Rajasa (1222) Tumapel, Maharaja Kertanegara (Singhasari pencetus integrasi panmalayu abad 13 dan penentang utama invasi Kubilai Khan Mongol) hingga Raden Wijaya yang mendirikan Majapahit tahun 1293.

"Bukan sektarian, tetapi Malang memang pernah menjadi pusat lahirnya gagasan-gagasan integrasi antara pulau, seperti ekspedisi pamalayu di jaman Kertanegara dan diwujudkan oleh Raden Wijaya yang juga arek Malang. Puncak dari pelaksanaan integrasi Singhasari - Majapahit ini terjadi setelah adanya Sumpah Palapa Gajahmada." ujar Igo yang menjadi pemandu acara serasehan. (red).