(Penulis, Peneliti & Arkeolog)
Berikut ini kiat / cara menulis opini yang diulas secara detail oleh Dwi Cahyono. Juga akan dijelaskan perbedaan antara konten fakta dan opini serta jenis-jenis opini. Berikut tulisannya :
A. Pengertian dan Ciri-ciri Opini
1. Pengertian Istilah ‘Opini’
1. Pengertian Istilah ‘Opini’
Kata ‘opini’ dalam Bahasa Indonesia merupakan serapan dari istilah
dalam Bahasa Inggris ‘opinion’, yang secara harafiah berarti: pendapat,
pikiran, pendirian (KBBI, 2002: 800). Kalimat opini dengan demikian
adalah kalimat yang merupakan hasil pemikiran atau pendapat individu,
berkelompok ataupun umum (publik). Dikatakan sebagai ‘opini publik
(pendapat uum atau public opinion)’ bila pendapat, pikiran atau
pendirian tersebut berasal dari sebagian besar rakyat. Pndapat, ide atau
pikiran itu dimaksudkan untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi
tertentu terhadap perspektif dan ideologi.
Opini tidak bersifat
objektif. Dikatakan ‘subyektif’, lantaran belum mendapat pemas-tian
atau pengujian. Pendapat seseorang dikategorikan ‘opini’ bila belum
tentu kebenarannya. Atau baru berupa pendapat, pikiran, pandangan, dan
pendirian seseorang. Opini bisa juga me-rupakan pernyataan mengenai
sesuatu yang berlaku di masa depan. Kebenaran atau kesalahan dalam opini
tidak langsung langsung ditentukan, atau belum pasti kebenarannya. Oleh
karena itu, opini bukan fakta. Walau suatu kejadian diperhitungkan
‘pasti terjadi’, namun jika belum benar-benar terjadi, maka kejadian itu
bisa dimasukkan sebagai ‘opini’. Termsuk pula dalam opini adalah
penilaian seseorang terhadap suatu benda, keadaan atau kejadian.
Opini dan fakta memliki perbedaan yang sangat jelas. Bahkan, bisa
dikatakan bahwa opini merupakan kebalikan dari fakta. Sebagai prediksi,
belum dapat dipastikan apabila hal itu benar adanya atau sungguh
terjadi. Walau opini tak bersifat objektif, namun bukanlah sesuatu yang
mangada-ada atau khayalan belaka, mengingat bahwa sesungguhnya sumber
opini adalah fakta. Hasil pemikiran tersebut amat dipengaruhi unsur
pribadi, sehingga sangat subjektif. Oleh karena itu, kebenaran di dalam
opini amat relatif. Meski demikian. bila dikemudian hari dapat
dibuktikan atau diverifikasi, maka opini tersebut alan berubah menjadi
kenyataan (fakta).
Opini atau pendapat adalah perkiraan, pikiran,
atau tanggapan orang tentang suatu hal, seperti orang atau peristiwa.
Sifatnya subjektif, sebab pendapat orang mengenai suatu hal dapat
berlainan, sesuai dengan latar belakang yang bersangkutan. Masih
bersifat subyektif, lantaran belum mendapatkan pemastian atau pengujian.
Opini merupakan persatuan (sintesis) pendapat-pendapat yang sedikit
banyak didukung banyak orang, baik setuju atau tidak. Ikatannya dalam
bentuk perasaan atau emosi, yang dapat berubah-ubah. Bahkan,
timbul-tenggelam melalui dis-kusi sosial.
2. Ciri-ciri Opini
Informasi bisa disebut ‘opini’ bila memilili ciri-ciri sebagai berikut:
(a) berisi tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi, (b) berisi
jawaban atas pertanyaan: mengapa, bagaimana, atau lalau apa, (c)
bersifat subjektif dan dilengkapi dengan uraian mengenai pendapat,
saran, atau ramalan (prediksi) mengenai sebab-akibat terjadinya
peristiwa, dan (d) menunjukkan peristiwa yang belum atau akan tejadi
pada masa datang atau baru berupa rencana. Secara ringkas, ciri opini
adalah belum dibuktikan kebenarannya, subjektif, tidak menggunakan
narasumber atau mendasarkan pada pemikiran sendiri, dan tidak disertai
data yang teruji keakuratanya.
Opini hanyalah pendapat atau
argumen seseorang. Kendati demikian, opini merupakan ide atau pendapat
yang dapat menjelaskan kecenderungan atau selera yang mengarah kepada
asumsi untuk memilih realitas diantara alternatif-alternatif atau
kemungkinan dari klasifikasi alternatif tersebut berdasarkan kesenangan,
kepuasan, gratifikasi, pemenuhan ataupun keguna-an yang ada. Opini
dapat pula berisi tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi, atau bisa
juga berisi jawaban atas pertanyaan: mengapa, bagaimana, atau lalau apa.
Oleh karena belum belum pasti kejadiannya. maka biasanya diawali dengan
kata kata seperti "menurut saya, sepertinya, saya rasa, dsb", atau
menggunakan kata-kata seperti ‘bisa jadi, menurut, sangat mungkin atau
tidak mungkin, sebaliknya, seharusnya, dsb.’ Suatu opini acap dIbuat sebagai tanggapan atas peristiwa yang terjadi, termasuk peristiwa yang belum atau bakal terjadi.
Untuk membantu pemahaman, berikut disampaikan sejumlah contoh tentang
‘kalimat opini’, seperti kalimat ‘Anjloknya prestasi sepakbola Indonesia
terutama disebabkan minimnya pembinaan usia dini dan diperparah oleh
adanya dualism kepemimpinan ditubuh PSSI’. Kali-mat lanjutannya
‘Permasalahan yang membelit PSSI bisa diatasi apabila masing-masing
pihak bisa bekerja sama’. Contoh kalimat lainnya adalah ‘Kerusakan
infrastmktur, terutama jalan di jalur Pantura Jawa Tengah akan segera
diperbaiki pada pertengahan Maret 2008’. Kalimat lan-jutannya adalah
‘Menurut Endro Suyitno, kerusakan jalan itu bukan hanya akibat kelebihan
beban kendaraan yang melintas, melainkan juga ditengarai akibat
penurunan permukaan jalan’.
3. Perbedaan Fakta dan Opini
Ciri-ciri fakta :
• Sudah teruji kebenarannya di depan khalayak umum serta
bersifat objektif.
• Memiliki data yang akurat atau bukti sebagai pendukung
kebenarannya.
• Pernah dilihat oleh manusia serta telah dilakukan pengujian
dan pemastian di khalayak umum.
• Sudah teruji kebenarannya di depan khalayak umum serta
bersifat objektif.
• Memiliki data yang akurat atau bukti sebagai pendukung
kebenarannya.
• Pernah dilihat oleh manusia serta telah dilakukan pengujian
dan pemastian di khalayak umum.
Ciri-ciri opini :
• Belum teruji kebenarannya dan masih bersifat subyektif.
• Tidak memiliki data pendukung atau bukti yang akurat.
• Merupakan suatu peristiwa yang belum terjadi, karena
merupakan suatu pendapat.
• Belum teruji kebenarannya dan masih bersifat subyektif.
• Tidak memiliki data pendukung atau bukti yang akurat.
• Merupakan suatu peristiwa yang belum terjadi, karena
merupakan suatu pendapat.
Fakta mempunyai data yang teruji keakuratannya dan bersifat objektif.
Oleh karena itu, dapat dikategorikan sebagai fakta apabila betrkenaan
dengan hal yang benar telah terjadi. Dalam kalimat opini biasanya
terdapat kata-kata seperti bisa jadi, seharusnya, saya rasa, dan lain
sebagainya, karena kata-kata tersebut menunjukkan bahwa kalimatnya masih
dalam perencanaan atau pendapat dan belum terbukti kebenarannya. Fakta
adalah hal atau peristiwa yang benar-benar terjadi (nyata
keberadaannya). Atau dalam pengertian lebih lengkap, fakta adalah hal
(peristiwa, keadaan atau sesuatu), sebagai kenyata-an yang benar-benar
ada atau terjadi. Fakta menunjukkan suatu kebenaran informasi, artinya
hal atau peristiwa itu terbukti benar-benar ada.
Fakta adalah
pernyataan yang tidak terbantahkan kebenarannya. Pernyataan itu berupa
kalimat yang ditulis berdasar kenyataan, peristiwa, atau keadaan yang
benar-benar terjadi seca-ra objektif. Dikatakan ‘objektif’ karena dapat
ditangkap oleh indra dan mengandung kepastian. Hal ini sesuai dengan
ciri-ciri fakta, yaitu: benar-benar ada atau terjadi, atau terdapayt
buktinya. Fakta betrkenaan dengan jawaban dari pertanyaan apa, siapa,
kapan, di mana, atau berapa. Sedangkan opini menunjuk kepada suatu
benda, orang, waktu, tempat, peristiwa, atau jumlah tertentu..
Fakta
(Bahasa Latin ‘factus’) adalah hal atau peristiwa yang benar-benar ada
atau terja-di dan bisa dibuktikan kebenarannya. Informasi yang didengar
bisa disebut fakta bila informasi itu merupakan peristiwa yang berupa
kenyataan yang sunguh-sungguh ada dan nyata terjadi.
Fakta dengan
demikian merupakan hal (keadaan, peristiwa), yang merupakan kenyataan,
sesu-atu yang benar-benar ada atau terjadi. Kalimat fakta berisi ada
pelaku, tempat kejadian, waktu, jumlah, bagaimana kejadian/peristiwa
tersebut terjadi, atau ada rincian yang jelas, serta tidak bisa dibantah
kebenarannya, maka kalimat itu berupa ‘kalimat fakta’. Terkait itu,
Djoenaesih menyatakan bahwa opini memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu
“selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan; merupakan sintesa dari
banyak pendapat; serta memili pendukung dalam jumlah yang besar.
4. Jenis-Jenis Opini
Jika sebuah opini merupakan opini seseorang, maka tidak akan
menimbulkan sebuah masalah. Berbeda halnya jika opini itu menjadi opini
publik, maka akan banyak permasalahan yang akan terjadi, karena hal ini
menyangkut dan berkaitan dengan orang banyak. Dan diantara orang banyak
terjadi komunikasi untuk menyampaikan pendapat masing-masing. Paparan
ini memberi gambaran tentang adanya beberap opini, yaitu sebagai
berikut:
(a) Opini individual merupakan pendapat seseorang mengenai
sesuatu yang terjadi di masyarakat;
(b) Opini pribadi merupakan pendapat
asli seseorang mengenai suatu masalah sosial, yang timbul bila
seseorang tanpa dipengaruhi oleh orang lain, menyetujui atau tidaknya
suatu masalah sosial, kemudian di nalarnya ia menemukan sebuah
kesimpulan sebagai tanggapan atas masalah sosial tersebut;
(c) Opini
kelompok merupakan pendapat sekelompok orang mengenai masalah sosial
yang menyangkut kepentingan orang banyak;
(d) Opini minoritas merupakan
pendapat orang-orang yang jumlahnya relatif lebih sedikit dari mereka
yang terkait suatu masalah sosial, baik yang pro, kontra atau dengan
pandangan lain;
(e) Opini mayoritas merupakan pendapat orang-orang
terbanyak dari mereka yang berkait dengan suatu masalah sosial, baik
sebagai yang pro, kontra, maupun yang memiliki penilaian lainnya;
(f)
Opini massa merupakan kelanjutan dari opini publik, sebagai pendapat
seluruh masyarakat hasil dari perkembangan pendapat yang berbeda
mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum;
(g) Opini umum
merupakan pendapat yang sama dari semua orang dalam suatu masyarakat
mengenai masalah yang menyangkut ke-pentingan umum, sebagai satu
pendapat yang diamini oleh masyarakat pada umumnya.
B. Opini sebagai Suatu Jenis Penulisan
Pada dasarnya menulis opini berarti menyebar luaskan gagasan. Dengan
menulis opi-ni seseorang mentransfer ide atau gagasan ke ruang publik,
masuk ke ranah publik, berusaha mempengaruhi publik. Tujuan akhirnya
adalah agar gagasannya tersebut diterima atau sebalik-nya diperdebatkan
publik. Menulis opini tak ubahnya melakukan ”rekreasi intelektual”,
yakni mengasah otak, menajamkan pikiran, menantang munculnya ide-ide
baru, bahkan menantang pendapat orang dengan argumentasi yang siap untuk
diperdebatkan. Menulis opini berarti pula memberi wawasan dan
pengetahuan kepada orang lain. Oleh kerena itu menulis opini mustinya
dilakukan dengan hati, engan kesukacitaan, atau kegembiraan membagi
gagasan dan kecintaan menyumbangkan ilmu dan pengetahuan sebagai suatu
kegiatan yang menyenangkan.
Setiap orang yang memiliki
pengetahuan dan mampu menulis, sesungguhnya dapat menulis opini. Hal ini
ditujang oleh kenyataan bahwa ampir semua halaman surat kabar
me-nyediakan rubrik opini. Opini-opini yang dapat dituliskan pun
berragam. Bisa masalah sosial, politik, agama, pertanian, perkebunan,
pertambangan, hukum, dsb. Penulis dengan latar bela-kang bidang yang
dikuasainya, akan mendapat tempat khusus di media massa jika ia menulis
opini tentang bidang yang dikuasainya tersebut. Ini karena dia dinilai
memiliki otoritas.
Terkadang media secara khusus meminta orang tersebut
untuk menulis topik-topik tertentu untuk hari-hari tertentu pula. Opini
merupakan pandangan seseorang tentang suatu masalah. Namun, tidak
sekadar pendapat, melainkan pendapat ilmiah. Daam hal ini, riset
merupakan penguat dari argumen-tasi penulis untuk menekankan gagasannya,
yang dituangkan dalam bentuk ”artikel.”
1. Piranti Menulis Opini
Menulis opini membutuhkan: (1) pengetahuan akan bidang/masalah
tertentu, (2) ide dan gagasan, (3) argumentasi gagasan, (4) teknik
penulisan opini, (5) pengetahuan bahasa, dan (6) pengetahuan tentang
media massa. Penulis opini memiliki otoritas akan bidang yang me-mang
layak bagi penulis untuk diketengahkan kepada masyarakat. Pengetahuan
oleh karenanya merupakan bekal utama bagi seorang penulis opini. Apabila
ia ahli pertanian, tentu masyarakat akan percaya akan seluk beluk
tanaman yang ditulisnya daripada yang menulis seorang sarjana hukum.
Pengetahuan bidang tertentu ini sangat penting, juga terutama untuk
”legitimasi” diri seorang penulis di depan publik.
Ide dan
gagasan adalah pitanti lainnya bagi penulis opini. Ide adalah barang
termahal yang dimiliki penulis. Ide bisa tumbuh dari mana pun, kapan
pun. Penulis yang terlatih tidak kan pernah kehabisan ide untuk menulis
opini. Karena ide bisa muncul di mana pun dan kapan pun, maka penulis
biasanya langsung menuliskan ide-ide begitu ide muncul, setidaknya dalam
bentuk garis besar tulisan. Kemudian ide dikembangkan menjadi tuisan
lengkap. Apapun ga-gasan yang diopinikan, mutlak untuk ditopang dengan
argumentasi. Sesungguhnya, tiap orang memiliki kemampuan argumentatif.
Perihal argumentasi penting artinya, karena pembaca akan mengetahui
”kadar” keilmuan penulis dari argumentasi yang diberikan.
Semakin kuat
dan logis argumentasi yang ditampilkan, makin memperkuat gagasan yang
diopikannya.
Penulisan opini untuk media massa berbeda dengan
penulisan di media ilmiah (baca ‘karya ilmiah’). Oleh karena pembaca
media massa amat beragam, maka penulisan opini di media massa harus
menggunakan bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, ringkas-padat.
Kini muncul kecenderungan untuk tertarik membaca tulisan yang tidak
panjang, enak dibaca, dan tentunya gampang dicerna. Untuk keperluan
itulah, kepiawian berbahasa amat membatu. Biasanya, kegagalan penulis
opini dari kalangan ilmiah terletak pada hal penggunaan bahasa.
Oleh karennya, penulis opini dari latar belakang ilmiah harus belajar
untuk memakai bahasa yang gampang dimengerti masyarakat, efektif,
efisien, atau komunikatif. Dalam hal pemakaian istilah asing, sedapat
mungkin dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Pada sisi lain,
penulis opini bahkan ‘tidak usah khawatir’ untuk menampilkan idiom-idiom
bahasa daerah jika dipandang menarik dan tepat dengan maksud.
Piranti terakhir adalah pengetahuan tentang media massa jika inhgin
opininya dimuat di media masa yang dituju. Untuk itu, penulis opini
hendaknya mampu mengidentikasi gaya penyajian dari media masa
bersangkutan, karena tidak jarang mesing-masing media massa mempuyai
langgamnya sendiri, baik dalam gaya tulisan, alur penyampaian gagsan,
panjang-pendek tulisan, dan visi yang disembamnya. Termasuk dalam hal
ini adalah kategori media massa. Apakah itu surat kabar (koran),
majalah, tabloid, dsb. Dengan pengetahuan demikian, maka seorang penulis
opini tahu, ke mana artikel yang dibuatnya itu dikirim secara tepat pa-
da suatu media massa.
2. Kiat Penulisan Opini
Ada
beberapa kiat dalam penulisan opini, antara lain: (a) cantolan atau peg
peistiwa, (b) angle peninjauan, (c) lorasi gagasan dan argumentasi,
serta (d) menghidarkan kesan meng-gurui dan pencuatan kepandaian penilis
yang memberikan kesan negatif ‘aroganisme inttelek-tual). Hal pertama
yang perlu untuk diperimbangkan dan ditetapkan adalah ‘opini’ apakah
yang tepat (pas) untuk dituliskan. Kendati banyak hal bisa diopinikan,
namun tak semua hal itu men-jadikan opini itu menarik dan pentimg intuk
diangkat pada suatu waktu, Salah satu butir pertim-bangannya adalah
‘peristiwa’.
Opini itu perlu ‘dicantolkan (peging)’ dengan
peristiwa tertentu, yaitu peristiwa aktual, momentum peristiwa terkait
dengan waktu (misalnya, di bulan Nopembe adalah memomentuk kepah-lawan),
peristiwa kontroversia atau peristiw yang tengah dipole-mikkan, dsb.
Tidak senantiasa peristiwa besar dan populer yang menarik perhatian
khalayak, namun tak jarang justru peristiwa kecil yang unik dan aktual,
peristiwa tertetu yang sebelumnya ‘lepas perhatian’, peristiwa yang tak
terduga, peristiwa yang direncanakan atau diperhitungkan bakal terjadi,
dsb. adalah contoh-contoh peristiwa yang layak diperhitungkan.
Ibarat dalam dunia fotografi, sudut pandang (angle) dalam membidik
peristiwa adalah fatotor lain bagi kemenarikan pengopinian suatu
peristiwa. Peristiwa atau obyek biasa, yang sebenarnya telah beberapa
kali dibicakan terasa menjadi tidak biasa dan terkesan ada kebaruan
dalam telaah manakala dibidik dari sudut tinjaun yang tidak seperti
biasa. Dalam hal ini penulis hendaknya mencari da menemukan angle/sudut
pandang, yakni akan menulis apa dan dari sudut pandang mana? Angle
merupakan hal penting yang menajamkan opini penulis satu apabila
dibanding dengan penulis lain. Carilah angle yang paling berbeda, unik,
yang mungkin tidak terpikirkan.
Suatu peristiwa atau obyek bukan
aka menjadi menarik bila dibidik dari angle ter-tentu, namun juga alan
lebih menarik dan bermafaat bila penilis opini ‘mampu menghidupkan’.
Salah satu ‘zat penghidup’ adalah lorasi gagasan dan penyapaian
argumentasi cedas, logis dan mencerahkan guna menguatkan opininya. Hal
ini perlu dilakukan secara proporsional, supaya tidak terkesan menggurui
dan mencuatkan kepintara penulis, sebab daya tarik opini justru pada
terjadinya ‘dialogis’ antara penilis opini dan pembaca.
3. Alur pemnulisan Opini
Tulisan iitu bagi ‘air. Perlu kanalisasi dalam penyampaian gagasan.
Secara garis besar, tata urutan menulisan adalah: (1) merumuskan
kalimayt Judul, (b) alinea pembuka, (c) isi atau batang tubuh, dan (dan
alinea penutu. Pilihan kata yang dirangkai menjadi ‘kalimat judul’ amat
pentimg bagi daya tarik tulisan opini. Judul yang menarik tidak musti
bombas, kontroversial, ataupun spektakuler, namun lebih pentimng
daripada itu adalah menarik, memikat dan meng-gugah meski hanya dalam
sekilas baca. Pendek kata, haruslah ‘eyes catching’, tidak telampau
panjang, serta tidak klise. Judul tidak musti kalimatkan sebelum
penulisan. Kalaupun telah di-buat sebelum penulisan mulai, namun terbuka
kemukinan untuk mengubah draf kalimat judul.
Lead (aline
pembuka) merupakan bagian penting sebuah tulisan. Ibarat etalase, alinea
pembuka harus dibuat semenarik mungkin, sebab memberi kesan pertama
yang menciptakan daya pikat pembaca dan seterusnya terdorong untuk
mengikuti semua isi tulisan. Perlu untuk dihindarkan memakai pemikiran
yang klise, dan kalimatnya tidak panjang. Lead berfungsi un-tuk membawa
pembaca untuk mengerti masalah apa akan dibicarakan, sehingga merupakan
bagian penting dari alinea pembuka.
Batang tubuh adalah isi dari
tulisan yang berjenis opini. Pada bagian inilah penulis menuangkan
gagasan atau ide-idenya disertai dengan argumen dan bukti-bukti yang
relevan. Hendaknya memuat tentang: (a) gagasan yang ditawarkan, (b)
argumentasi tentang penting-nya gagasan/ide/pemikiran yang disampaikan,
(c) contoh, data ataupun bukti yang relevan dan menunjang, serta (d)
keuntungan atau sebaliknya kerugian apabila gagasan itu diterapkan/tidak
diterapkan.
Bagian paling akhir dari tulisan jenis opini adalah
alinea penitup, yang merupakan ba-gian kesimpulan. Kendati merupakan
penutup, penulis tetap harus menganggap sebagai bagian yang penting,
padamana dilakuan pengulangan dan mengingatan akan utrgensi dari gagasan
yang telah ditawarkannya. Sebagai ‘jembatan keladai’, dibutukan
outline, yakni semacam alur yang dibuat dengan mencantumkan segala hal
yang direncanakan akan dituangkan pada sebuah opini. Outline ini juga
untuk mengingatkan penulis agar tetap fokus atau tidak lupa pada hal-hal
yang sejak awal ia tetapkan untuk ditulis. Outline bentuknya adalah
pointer-pointer.
C. P e n u t u p
Demikianlah tulisan
ringkas mengenai ‘pengelolaan opini sebagai tulisan’ ini, Semoga
membuahkan kemanfaatan, utamanya bagi para penulis pemula. Kepiawian
dalam membuat opini juga amat ditentukan oleh ‘jam terbang’ yang
bersangkutan.
Terima kasih atas undangan adik-adik peminat ‘Penulisan’
Universitas Airlangga dan kolega dari perguruan tingga lain di Jawa,
yang telah mengundang saya sebagai narasumber dalam kegiatan seminar.
Selamat ber-latih untuk menjadi penulis yang piawi. Nuwun.
Sengkaling, 19 Nopember 2016
PETEMBAYAN CITRALEKHA
PETEMBAYAN CITRALEKHA
(Dwi Cahyono).