Konten Hoax Berseliweran, Momok Baru di Media Sosial

Ilustrasi : telegraph.co.uk
JurnalMalang.Com - Internet merupakan salah satu temuan besar di abad modern ini. Dunia seakan berada dalam ruang tanpa jarak, seperti yang diilustrasikan dalam salah satu ramalan Joyoboyo "...bumi saya suwe saya mengkeret." Kecepatan menembus ruang dan waktu begitu dahsyat dan kehidupan terasa berputar menjadi lebih cepat.

Disusul munculnya sistem media sosial sebagai kreasi inovasi dari sistem teknologi informatika. Dunia informasi pun menjadi sangat liberal. Puncaknya ketika lahir sistem komunikasi jejaring sosial seperti Email, Facebook, Twitter, BBM, WA, Blog dan seterusnya.  

Saluran model lama seperti telpon rumah, faksimile seperti sudah ditinggalkan. Cukup dengan telpon seluler dan paket internet semua orang sudah bisa saling berkomunikasi, berbagi konten foto/video untuk kepentingan apaun. Dunia internet saat ini sudah seperti pisau tajam, yang bisa digunakan untuk hal bermanfaat tetapi juga bisa untuk mencelakai.

Dewasa ini berkembang sistem portal media yang mengimbangi monopoli media massa mainstream. Bahwa cukup dengan bermodal akun email, seseorang sudah bisa membikin portal/situs media online dengan konten bebas dan bisa diakses secara luas oleh pembaca dimanapun. Inilah yang menjadi kekuatan baru di saluran komunikasi dunia saat ini. Semua orang sudah bisa membangun rumah informasi dengan cara dan tujuannya masing-masing.

Lalu muncullah istilah hoax alias informasi palsu, yang berseliweran di dunia maya, mengaburkan fakta, menyembunyikan kebenaran, menampilkan kebohongan bahkan mampu menyulap kepalsuan seakan menjadi fakta. Betapa tipis perbedaan antara hoax dan fakta. Madu dan racun hampir tak ada bedanya. Inilah yang kita sebut dengan "chaos" informasi, kekacauan berita yang langsung atau tidak membuat publik berada dalam situasi bergulat mendebat kebenaran.

Dunia nyata ini sudah makin bias, samar dan terancam nisbi oleh sodoran 'fakta' dunia maya. Uang tidak lagi bermakna fisik sudah digantikan digit angka. Demikian pula manusia, digantikan sosok lain yang berada di balik dunia maya.

Kini, ada dampak yang sangat mengkhawatirkan dari dunia media sosial (medsos). Yaitu makin maraknya distribusi informasi dan konten gambar / video yang bertujuan untuk menebar kebencian, adu domba, provokasi, mengaburkan fakta yang semuanya berpotensi mengundang petaka bagi kelangsungan hidup manusia.

Ketika publik sudah 'berkiblat' pada media dan media sedang diserbu oleh miliaran informasi fakta dan hoax, maka akan terjadi kekacauan nalar yang massal. Konflik dan perang adalah salah satu buah pahit dari liberalisasi informasi ini. 

Padahal sudah diciptakan alat proteksi seperti edukasi dan UU ITE yang melindungi kehidupan dari bahaya penyimpangan informasi. Namun dunia maya yang maha luas dan global ini tidak terbendung. Satu orang bisa membuat 100 akun dengan 100 nama dan 1000 kepentingan. Hilang satu tumbuh seribu. Situasi ini sudah sulit untuk dilukiskan.

Perisai terakhir bagi manusia adalah anugerah akal, nalar yang hanya dimiliki makhluk manusia. Hanya kesadaran untuk kembali menjadi manusia berakal yang hidup di alam realita yang mampu membendung tsunami informasi global ini. (red1JurnalMalang).