Diabaikan Banteng Djonet Digandeng H. Rudi (Menuju Pilkada Batu 2017)

Foto bersama di Beji sebelum berangkat ke KPU Kota Batu / WA
JURNALMALANG.COM - Konstelasi politik di Kota Batu semakin jelas sejak jumat malam kemarin (23/09/16), dimana pasangan bacalon ke - 4 H. Rudi & Sujono Djonet didaftarkan ke KPU oleh koalisi PAN, Nasdem dan Hanura. Elit ketiga parpol tersebut seperti Totok Dharyanto, Kelana dan Masfuk ikut mendampingi mereka yang mendaftar 30 menit sebelum batas akhir penutupan pendaftaran. Hawa dingin tidak mengurangi antusiasnya ratusan massa yang menyaksikan peristiwa politik larut malam itu.

Kemunculan paslon terakhir ini, sangat mengejutkan. Bukan karena kedua nama tersebut tidak pernah dimuat media sebagai paslon yang direncanakan, melainkan karena figur Rudi dan Djonet yang berbeda riwayat. Kedua orang ini sebelumnya tidak terlalu saling kenal akrab, baru bertemu ketika beberapa jam menjelang pendaftaran. 

H. Rudi adalah pengusaha muda asal Bumiaji yang tergolong vokal pada pemerintah Batu. Oleh karena partisipasinya dalam beberapa advokasi rakyat vs pemkot maka Rudi cukup akrab dengan banyak aktifis dan lembaga swadaya masyarakat. Rudi adalah orang Batu yang datang dari "kasta saudagar" dan punya mental aktifis.

Sementara Djonet, pengusaha ekraf muda yang juga berasal dari "Lor Brantas" (namun tinggal di daerah Kidul -Beji) yang tidak pernah masuk di ranah konflik kontra Pemkot. Djonet lebih fokus pada bisnis kreatifnya, bahkan akrab dengan Walikota Eddy Rumpoko. Djonet sering disebut sebagai pengusaha 'binaan' pak Sastro (Bos Jatim Park Group).

Ketika Djonet gagal mendapatkan rekom dari PDIP sebagai cawawali, rupanya Djonet tetap maju melalui kendaraan lain. Ini yang tidak diantisipasi oleh ER maupun PDIP yang memilih mengusung Dewanti-Punjul. Banteng tampaknya terlalu meremehkan Djonet yang dianggap pasif dan diyakini tidak akan maju pasca tak direkom PDIP. Buntunya (atau enggan) komunikasi antara kubu ER dengan bacalon potensial yang gagal direkom PDIP membuat SDM politik berhaluan nasionalis ini berpotensi menyebar ke partai lain.

Peluang di atas terbaca oleh koalisi PAN yang "ngotot" menyandingkan kadernya Rudi dengan pemilik Sanggar Brondjong Sejahtera dari Desa Gunungsari tersebut. Terbukti, Djonet muncul bersama Rudi dimana salah satu partai pendukungnya adalah Hanura yang sehari sebelumnya mendukung koalisi banteng namun menarik diri menjadi rival politik PDIP. Belum lagi (luput dari pengamatan media), beberapa tokoh berpengaruh banteng (seperti Simon yang baru mengundurkan diri dari struktural DPC) tetap loyal ke PDIP (sebagai Partai) namun condong ke Djonet (sebagai figur).

Berdasarkan riset beberapa lembaga survey, pemilih loyal (yang sudah menyatakan punya pilihan) di Batu tak sampai 30 %. Artinya 70 an % masyarakat Batu masih merahasiakan sikap politiknya, masih menunggu, melihat dan menilai potensi calon untuk dipilih nanti tanggal 15 Februari 2017. Maka dengan demikian, ke 4 bakal paslon di atas memiliki peluang yang sama untuk merebut kekuasaan Balai Among Tani KWB. (jm1/red).