PILKADA MALANG; RENDRA vs DEWANTI (Bag03)

Semakin jelas peta pertarungan menjelang PILBUB Malang yang akan digelar Desember mendatang. Tanpa mengurangi hormat pada semangat calon lain, Sang Incumbent H. Rendra Kresna akan berhadapan langsung dengan kompetitor seimbang Hj. Dewanti Rumpoko. Keseimbangan kekuatan imi akan jelas jika diulas potensi masing-masing figur. Keyakinan bahwa Rendra pasti menang kini terlalu dini untuk didengungkan pasca rekom PDIP turun: banyak cerita seorang incumbent yang sudah di atas awan seketika disalip oleh pesaing kuda hitam yang tidak diunggulkan. Sementara Dewanti statusnya lebih dari kuda hitam. Kita ulas dalam sudutpandang yang berbeda.


Sudah diduga jauh sebelumnya bahwa mekanisme penjaringan dan penyaringan bacalon yang dilakukan DPC PDIP dulu seperti "akal-akalan" agar terkesan seolah PDIP Kabupaten adalah partai yang demokratis peduli suara dari bawah sambil memungut bayaran kepada para pendaftar. Mekanismenya menjadi ibarat sambil menyelam minum bir dan makan kacang :D

Kenyataannya, tak ada satupun para pendaftar yang merebut rekom DPP PDIP yang berhasil mengantongi SK DPP baik sebagai Bacabub maupun sebagai Bacawabub. Semuanya terlempar. Jargon demokrasi di PDIP memang masih ada namun pada tataran aksi sudah lama lenyap. Yang ada adalah kepentingan elit dan otoritas penuh elit DPP. Siapa yang sanggup melobi sang Ketum, Sekjend dan sekitarnya maka dialah yang akan dapat rekom tak peduli apakah sudah melewati tahapan penjaringan resmi DPC yang mewakili arus bawah.

Singkat kata, Dewanti dan Musrifah direkom DPP. Keduanya tidak pernah ikut dalam penjaringan DPC. Untungnya tidak ada gejolak penolakan dari para perebut rekom lainnya. Dewanti dan terutama ER sebagai ketua DPC harus berterima kasih pada sikap bijak kader internal perebut rekom yang legowo menerima pasangan DEWI SRI seperti Sucipto, KH. Thoriq BZ dan lainnya. Situasi pasca rekom yang kondusif merupakan sinyal akan solidnya banteng kabupaten dan keberhasilan ER dalam menjalin komunikasi internal di kandang kabupaten yang sempat dibayangi perpecahan. Apalagi M.Geng Wahyudi yang dulu ramai diberitakan konflik dengan DPC ternyata kini tampil akrab acara partai dengan kostum merah, menunjukkan MGW tetap bersatu dengan PDIP. Rasionalnya MGW memang harus dirangkul karena jasa dan pengalamannya sebagai kader partai di kabupaten.

Kekuatan Rendra Kresna (RK) adalah didukung oleh begitu banyak partai. Koalisi ini lebih gemuk dari koalisi Golkar kota Malang pada Pilkada 2013 silam yang bergandeng dengan PAN, PPP, KMB II yang mengusung BundaHeri-Bung Edi Sofyan. Koalisi besar RK ini nampaknya tidak akan terlalu dipengaruhi konflik dualisme Golkar yang sempat dikhawatirkan timsesnya. RK yang berpasangan dengan Sanusi dari PKB melambung cepat ke angkasa seperti balon.

Sekitar 7 rangkaian "balon" berbagai warna melambung ke langit tak mungkin bisa dikejar melainkan balon tersebut ditelikung angin dan atau gembos. Sehingga yang penting dilakukan operator rangkaian tersebut adalah menjaga tracknya agar tetap aman dari angin kencang dan usaha penggembosan dari dalam dan luar timses. Ingat bahwa dimana-mana incumbent adalah kompetitor yang selalu kuat, jaringannya bisa merata hingga di tingkat RT atau bahkan dapur rumah tangga. Tetapi satu kesalahan sepele sangat mudah membuatnya tersandung lantaran statusnya yang incumbent

Sementara PDIP yang mengusung dewanti merupakan partai pemenang pemilu di kabupaten dengan massa bawah yang setia dan struktur kepartaiannnya paling lengkap. Apalagi sekarang banteng sedang berjaya di level politik nasional yang salahsatu prestasinya adalah menjadikan Jokowi sebagai RI 1. Akses pada pemerintahan dan kekuasaan yang lebih tinggi jelas sudah menjadi milik banteng. Bila hasil Pilkada ikut dipengaruhi oleh intervensi para elit maka banteng merupakan salahsatu ahlinya. Kubu nasionalis ini sangat lincah, berani dan terlebih-lebih bila di air keruh. Bagi banteng, semakin keras pertarungan maka makin indah kemenangan.

Potensi RK tidak perlu diragukan lagi. Selain dikenal sebagai Bupati yang ramah dan akrab dengan rakyat juga tergolong berhasil membangun infrastruktur di kabupaten di mana jalan-jalan pelosok sudah licin dan tidak ada lagi desa yang terisolir oleh karena minimnya sarana jalan. Timsesnya berpengalaman, loyal dan ditopang oleh logistik poltik yang cukup.

Tetapi Dewanti tidak kalah. Dia sosok akademisi cerdas dan luwes. Jelas memiliki kapasitas di dalam kepemimpinan karena hampir 8 thn mendampingi ER menjadi Walikota di Batu. Selain ER sebgai ketua DPC, ada tokoh penting seperti Sujud Pribadi (Mantan Bupati) yang all aout mendukungnya. Belum lagi peran tokoh pusat seperti A.Basarah (DPR RI) dan Andreas ES yang pasti membuat Dewanti mudah diterima kader PDIP kabupaten. Di belakang tokoh wanita nasionalis ini ada banyak tokoh agama dan ulama yang memiliki pengaruh besar di masyarakat terutama di kawasan malang selatan dan sekitarnya.

Kabupaten Malang merupakan salahsatu kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak dan wilayah terluas di Jawa Timur. Memiliki potensi besar disektor pertanian, kelautan dan pariwisata. ER dan Dewanti sudah terbukti sukses mewujudkan Batu sebagai ikon wisata yang penting di Jawa Timur. Sementara kabupaten Malang yang memiliki limpahan potensi wisata alam belum begitu berkembang di era RK. Jika saja rakyat kabupaten menyadari potensi pribadi yang dimiliki ER melalui Dewanti untuk menjadikan kabupaten Malang sebagai salahsatu ikon wisata alam terbaik di Indonesia dengan menggalang investasi besar-besaran, yang kelak akan memberikan lompatan kemajuan bagi kabupaten maka tentu Dewanti adalah harapan baru bagi kabupaten Malang. Dewanti harus mengusung jargon kampanye yang sesuai dengan potensinya.

Dewanti akan kesulitan mengusung tema infrastruktur dalam kampanye politiknya karena RK sudah sukses mewujudkannya termasuk sarana yang mengakses ke lokasi-lokasi wisata terpencil. Demikian juga dengan sektor pendidikan, pertanian, lingkungan hidup dan kesehatan, kinerja RK relatif diakui berhasil. Namun, di sektor pengembangan wisata masyarakat Malang sudah lekat dengan Batu sehingga hanya diperlukan pancaran informasi ke bawah bahwa Batu berhasil makmur dengaan wisatanya karena kinerja ER dan juga Dewanti. Orang yang datang ke Batu membawa dan menghabiskan uang karena apa yang mereka inginkan untuk hiburan tersedia sehingga wajar apabila masyarakat di sana sejahtera meskipun rumahnya ada di lereng bukit. Kondisi yang berbeda dengan umumnya di zona wisata kabupaten dimana sarana bisnis berbasis wisata belum sepenuhnya memadai. Tidak ada investasi wisata yang menonjol di era RK padahal siapapun mengetahui betapa banyak kawasan pesisir dan lembah dikabupaten memiliki potensi untuk dikembangkan.

Rendra vs Dewanti. Saat ini terlalu dini untuk memperkirakan siapa yang akan menang dan berapa persentasenya. Gambarannya baru akan nampak ketika nanti Incumbent non aktif dengan penunjukkan plt/plh Bupati oleh Gubernur. Pada saat itu sikap asli birokrat dan perangkat desa akan kelihatan, mana yang tetap loyal pada RK dan mana yang berbaris di kandang banteng. 
Atau, tunggu ada rilis resmi hasil survey terbaru...
Yang terpenting, #PilkadanyaDamai