ANALISA DAN PETA POLITIK JELANG PILPRES DI MALANG RAYA JAWA TIMUR

Malang Raya (Kota Malang, Batu, Kab. Malang) akan menjadi Zona-Kunci pada PILPRES 2014 di Jawa Timur. Selain karena jumlah penduduk yang besar, akses informasi yang luas, juga ada faktor historis. Malang telah menjadi pusat kekuasaan dan sentra politik yang paling berpengaruh di Jawa Timur bahkan Nusantara -melebihi kekuasaan manapun. Lihat saja misalnya, imperium Singhasari yang menjadi pionir integrasi Nusantara abad 13 bahkan Negara Kesatuan Maritim MAJAPAHIT didirikan oleh wangsa Ngalam (Raden Wijaya) dan raja-raja besar sesudahnya (HayamWuruk--Brawijaya) adalah darah Malang asli sebelum akhirnya tumbang oleh gerakan pembaruan para saudagar berdarah Tiongkok serta konflik niaga bangsa Eropa yang menyebabkan Sirno Ilang Kertaning Bhumi (Joyoboyo-ed). Kini, Malang perlahan-lahan kembali menjadi sentra politik berpengaruh di Jatim dimana Surabaya bukan lagi barometer politik Jawa Timur. Kita akan membahas gambaran peta kekuatan Pilpres di Malang Raya, khususnya antara PRABOWO - HATTA vs JOKOWI - JK.
-------------------------------
Untuk sementara ini, dari beberapa bulan lalu, pendukung Jokowi lebih mengemuka di publik, lebih aktif kumpul, rutin konsolidasi dan eksis di jejaring sosial dibanding pendukung Prabowo yang adem ayem seakan tak berpenghuni. Gardu Prabowo yg sempat marak tahun 2013 tenggelam nggak tau rimbanya dan nggak ada gantinya. Di Malang telah terbentuk banyak komunitas pendukung Jokowi seperti BaraJP, Gong Jokowi, Trettan Jokowi, Laskar Jokowi, ProjoMalang dst, yang sudah memiliki basecamp, memiliki jadwal kumpul, memiliki program dan juga rajin tampil di jejaring sosial. Penggeraknya tidak main-main, ada mantan aktifis senior, kader Banteng lawas, Guru Besar, anggota Dewan dan mantan Birokrasi senior. Mereka bersinergi dengan gerakan struktural kepartaian dan para Caleg DPR RI PDIP Dapil Malang yang terpilih April lalu.

Memasuki bulan Juli, Kubu Prabowo Malang Raya baru pelan-pelan unjuk gigi, partainyapun mulai konsolidasi dengan para parpol koalisi. Dari luar Parpol ada jaringan PKL, Relawan Praja "Ken Arok" yang terdiri dari gabungan ormas-ormas kepemudaan, sayap Garuda Nusantara, Posko Djokosan dan dukungan pribadi tokoh-tokoh. Saat yang sama gairah dukungan relawan Jokowi-JK tidak menurun sebaliknya unjuk kekuatan dengan sejumlah kegiatan massa, pemasangan atribut yang hingga masuk kampung dst. Jika membandingkan, artibut pasangan Jokowi-JK jauuuuuuh lebih dominan lebih kreatif dibanding pasangan Prabowo-Hatta yang kesannya hanya dipasang seadanya formalitas. Atau mungkin masih menunggu waktu yang pas (Ingat waktu sudah dekat).

Perbedaan lain yang menyolok adalah, apabila kader PDIP yang calon penghuni Senayan seperti Ahmad Basarah dan Andreas ES berada di garda depan mendukung Jokowi-JK di Malang kerja keras mereka terlihat di saentero Malang, jauh berbeda dibanding sosok ekslusif macam Moreno Suprapto mantan pembalap yang sukses melaju ke Senayan lewat Gerindra no.1 dapil Malang Raya tidak kelihatan batang hidungnya untuk Prabowo-Hatta. Halo ring1 Prabowo sudahkan evaluasi?

Perlu diketahui bahwa Malang Raya adalah kandang banteng.
Mulai dari kabupaten Malang (yang jumlah DPT nya 2,3 juta pemilih) PDIP sudah langganan juara Pemilu sejak tahun 1999, tahun ini kembali mengulang tradisi, mengantarkan 2 kadernya menuju Senayan dan di tingkat II menguasai legislatif (12 kursi). Di sini Jokowi akan meraih suara banyak karena ditunjang oleh massa tradisionalnya yang besar, memiliki ketua DPRD; NAMUN akan dijegal oleh 2 hal utama:
1) Bupati Malang (Rendra Kresna) adalah kader GOLKAR dimana beringin sudah memutuskan mendukung Prabowo;
2) Gerindra meraih 7 kursi dimana ketua DPCnya adalah Wakil Bupati (Subhan) + suport dari tokoh lokal mantan Bupati Malang (dan mantan kader Banteng) Sujud Pribadi.
Namun ada yang sedikit blunder disini, bahwa anak sang Bupati (Dewa) yang lolos ke Senayan dalam Pemilu Mei lalu adalah kader partai NASDEM yang justru mendukung Jokowi. Ayah-anak beda jago. Tapi nampaknya kepentingan sang ayah akan didahulukan dengan mengedepankan kepentingan Golkar karena tahun depan (2015) ada Pilkada kabupaten Rendra akan maju lagi untuk periode ke dua.
Diperkirakan di Kabupaten Jokowi-JK akan unggul tipis dari Prabowo - Hatta. Tapi jika Rendra allout bergerak (dan Dewa tiarap) maka Prabowo akan salip Jokowi; KUNCINYA ada di tangan Rendra Kresna. Kalau Bupati / Wkl.Bupati menggerakkan semua jajarannya (seperti pada Pileg lalu) untuk mendukung Prabowo-Hatta maka pasangan ini akan menang besar di kabupaten. Pertanyaannya adalah apakah jajarannya mau bergerak total apabila tak ada gizi melimpah sebagaimana pada pileg dulu? Sebab Rendra - Subhan belum teruji mau berkorban banyak untuk kepentingan yang tidak berkaitan langsung dengan diri dan keluarganya. Ini adalah ujian loyalitas Rendra-Subhan.
-Rendra berjuang setengah hati = Jokowi Menang mutlak!
-Rendra bekerja total = 55-45 untuk kemenangan Prabowo-Hatta!

Kota Malang....
Banteng menguasai 11 kursi dan ketua DPRD (dilantik pasca Pilpres). Ditambah kekuatan Walikota Malang (Moch.Anton) dari PKB yang sudah bulat dukung Jokowi-JK, NASDEM kota yang memiliki 1 kursi serta Hanura 3 kursi akan bersatupadu memenangkan Jokowi. Perlu dicatat bahwa Hanura kota sedang konflik; ketua DPCnya Yaqud Ananda Gudban sedang diterjang isu mosi tdk percaya dari 4 PAC. Cacat kepemimpinan Nanda pasti berpengaruh pada melemahnya dukungan basis Hanura terhadap Jokowi-JK.

Gerindra Kota hanya memiliki 4 kursi tidak cukup dalam mengimbangi kekuatan kubu Jokowi.
Untung baginya ada PAN (4 kursi), PKS (3 kursi), Golkar 5 dan PPP 3 kursi. Dari jumlah kursinya saja bisa digambarkan kekuatan massanya bahwa di kota secara statistik Jokowi kalah tipis namun akan berbalik unggul jauuuh dengan syarat Walikota Malang allout. Tapi jika melihat pengalaman Pileg lalu Walikota Abah Anton tak ber-effec sama sekali; PKB yang semula punya 5 kursi hanya ketambahan 1 kursi sehingga menjadi 6. Padahal targetnya adalah 15 kursi! Jadi tidak mungkin Walikota mau repot bergerak untuk Jokowi sementara untuk Partainya sendiri aja nggak terbukti gerakannya.
Jadi di kota Malang Prabowo akan menang dari Jokowi apabila struktural DPC PDIP tidak maksimal (seperti saat ini dibawah kepemimpinan plt Edi Rumpoko) dan Walikota bersikap pasif (seperti pada Pileg lalu) dan Gerindra tidak landai-landai seperti saat ini. Apabila Demokrat kota (5 kursi) ikut bergerak maka kemenangan Prabowo-Hatta makin nyata. Kendala terbesar dari kemenangan Prabowo Hatta di kota adalah peran aktif dari 2 orang calon DPR RI PDIP terpilih (Basarah - Andreas) yang menjadikan kota sebagai sentral publikasi Jokowi - JK -hal yang sama sekali tidak (belum) dilakukan oleh "pemilih" hajat seperti Moreno (DPR RI Gerindra dapil Malang) dan Totok Daryanto (PAN) yang hanya sesekali sibuk pada acara seremonial.

Bila Pemilu dilakukan hari ini (saat analisa ini ditulis) maka JOKOWI-JK MENANG. Tapi akan berbeda bila tim Prabowo-Hatta mengambil langkah antisipasi yang cepat dan gaerilya yang jitu. Masih ada waktu.

Kota Batu,

Adalah kandang banteng namun tidak sebesar Malang. Walikotanya (Edi Rumpoko) adalah kader PDIP dan tokoh PP dan FKPPI namun ekslusif. Masyarakat Batu yang relatif mandiri dalam hal berpolitik sulit untuk ditebak dan tidak terlalu patuh pada arahan kekuasaan / tokoh. Di sini peluang bagi Prabowo - HR bisa unggul karena dari hitungan jumlah konstituen koalisinya lebih besar. Tapi bagaimanapun juga ER bisa merubah kondisi dengan mengintervensi, menggerakkan SKPD, kades2 untuk arahkan dukung Jokowi-JK. Hal itu sulit terjadi karena ER adalah orang yang luas pergaulannya dan cenderung dalam posisi mendua: mayoritas elit FKPPI maupun Pemuda Pancasila (PP) pusat ke Prabowo-Hatta. Meski demikian ER masih bergerak dengan memasang banyak atribut untuk Jokowi atas nama Sahabat ER.

-----
Meskipun Malang Raya adalah basis kuat PDIP dan PKB, persaingan antara Prabowo-Hatta vs Jokowi - JK akan berjalan ketat. Kelompok lawas PROMEG (kader PDIP Pro Mega) yang dibawah pimpinan Ir. Bido "Sony" Suasono sudah jelas tidak mendukung Jokowi-JK, mereka memilih Golput karena sedari awal mendukung Ketum Mega yang jadi Capres dan menganggap Jokowi adalah penumpang gelap di PDIP. Lalu faktor jejaring sosial juga menjadi kendala Jokowi, dimana Malang merupakan zona pendidikan yang sudah terbiasa dengan jejaring sosial (FB/Twitter/bbm dst). Kita ketahui bersama bahwa Jokowi menjadi sasaran empuk pukulan media jejaring sosial dengan isu2 seperti: pencitraan palsu, blusukan yang sudah dikondisikan, didukung oleh konglo cina pengemplang BLBI hingga kasus Bus bekas produk Cina transJakarta. Untungnya, simpatisan Jokowi Malang banyak yang aktif di jejaring sosial sehingga bisa mengontrol issue-issue buruk tentangnya.

Sesuatu yang tidak bisa dikesampingkan adalah adanya barisan pendukung Prabowo diluar sistem partai Gerindra/Koalisi yang akan bekerja secara total dan didukung oleh logistik yang mandiri. Bukan dari Gardu Prabowo karena gardu sudah ambruk setahun silam, tetapi dari sejenis Relawan khusus yang terdiri dari tokoh rakyat sipil Malang sendiri. Untuk zona Malang Raya dan sekitarnya barisan khusus ini akan dipimpin oleh mantan Walikota Malang (Peni Suparto) atau biasa dipanggil ebes Inep. Sangat masuk akal karena Inep telah dipecat oleh PDIP tidak mungkin Pro Jokowi. Pasca dipecat dari pengurus dan kader Banteng mantan ketua DPC PDIP kota Malang ini memang semakin luas jaringan komunikasinya dan tahun lalu mendirikan "partai merah" tandingan yaitu komunitas GardaPancasila yang beranggotaan 8.000 massa aktif dan mantan kader Banteng. Pemilu mei lalu berhasil mendudukkan Bendaharanya (Hj.Heri Pudji alias Bunda Heri) di kursi legislatif kota Malang via PPP dapil Blimbing dengan suara 2 besar tertinggi se-kota Malang.
 Meskipun menolak bergabung di partai manapun, dalam momentum PILPRES 2014 ini Inep tidak mau hanya menjadi penonton. Apalagi di dalam barisan utama pendukung Prabowo ada Jend. TNI (Purn) Djoko Santoso (mantan Panglima TNI) adalah tokoh yang hadir dalam Deklarasi Garda Pancasila Kota Malang yang diketuai Peni tahun 2013 silam....

Semakin seru, mari kita tunggu perkembangannya.....