Dianggap "Gila" tapi Pakar 'anti-mainstream' ini Mampu Membedah Hakekat Virus Secara Detail


JM, Opini - Tidak banyak yang mengetahui siapa Tamim Pardede. Jejak digitalnya dipenuhi kontroversi. Gaya komunikasinya (di medsos) kaku, egois, kasar dan tidak vokus. Tidak sedikit orang yang menduga ilmuwan ini tidak waras atau 'gila'. Hanya sedikit yang memuat informasi gagasan atau narasi kepakarannya di bidang bio molekul dan mikro organisme. Meski demikiran, beberapa kontennya di medsos dan YT menunjukkan kapasitas keilmuwannya.

Berikut ini tulisan pria yang disebut sebagai Profesor riset tersebut (meskipun lembaga resmi tidak mengakuinya), yang membahas seputar hakekat virus, dengan ulasan yang cukup mudah untuk dipahami awam. Tulisan diambil dari blog alkemiislam yang memuat beberapa artikelnya.

Agar kalian faham, apa itu virus?
Apr, 4/2021 *

Oleh: Tamim Pardede**

Hampir keseluruhan pakar virus masih belum memahami hakekat daripada virus itu sendiri, hal ini terlihat dari ketidak seragaman mereka menetapkan apakah virus itu makhluk hidup atau bukan, maka berdasarkan kenyataan ini, maka siapapun yang mengaku sebagai pakar virus, perlu dipertanyakan kepakarannya. Selalu saja pemahaman sederhana namun goncang yang dikemukakan mengenai virus ini. Sehingga orang didunia hanya berkutat meneliti virus dalam hal saat dia sedang menginfeksi sel inang, lalu berlanjut pada solusi diberikan antivirus atau membangkitkan antibodi untuk melawan virus. Disini akan saya gelar hakekat seperti apa itu virus sebenarnya.

Virus adalah Organisme hidup. Tanpa adanya sel inang dia kan tetap hidup bagaimanapun caranya, namun mereka tidak mudah berkembang diluar sel inang. Setiap organisme hidup terikat pada siklus atau lintasan metabolik yang bisa dikatakan semakna dengan hukum termodinamika kedua yaitu kalor menjadi energi dan sebaliknya. Maka inilah prinsip keberlangsungan hidup virus.

Apakah virus menempel pada inang untuk kemudian merubah kalor menjadi energi atau sebaliknya? Yang perjalanan lintas perubahan tersebut merupakan proses kelistrikan alami (biolistrik). Maka dari itu perjalanan metabolik antara virus & sel inang, harus dipandang sebagai suatu komunikasi listrik alami, sehingga terinfeksi adalah berarti

Pada sel tubuh ATP (Adenosine Tri Posphate) merupakan sumber kelistrikan, di mana ATP ini dihasilkan oleh mitokondria melalui proses respirasi sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan muatan positif pada permukaan luar dan lapisan muatan negatif pada permukaan dalam bidang batas atau membran. Jika diibaratkan, lapisan muatan positif dan lapisan muatan negatif ini sama seperti katoda dan anoda dalam baterai.

Jika baterai berguna untuk alat-alat listrik, biolistrik berguna untuk tubuh makhluk hidup. Misalnya seperti perjalanan impuls saraf menuju ke efektor pada tubuh manusia menjadi sangat cepat karena adanya proses kelistrikan pada sel saraf. Sel saraf juga disebut sebagai Neuron, dialah yang berperan dalam menghantarkan impuls listrik atau rangsangan kebagian tubuh yang lain.

Neuron yang berperan penting untuk menghantarkan isyarat biolistrik dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: badan sel, dendrit dan akson.

Sel mengandung inti sel dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai penyedia energi untuk membawa rangsangan.

Dendrit adalah serabut-serabut yang merupakan penjuluran sitoplasma. Dendrit umumnya banyak dan pendek-pendek. Fungsinya untuk membawa rangsangan ke badan sel.

Akson (Neurit) adalah serabut-serabut dari penjuluran sitoplasma. Bedanya dengan dendrit, akson ukurannya lebih panjang. Fungsinya untuk membawa dari badan sel ke sel saraf lain.

Nah ketika virus menghinggapi sel, fenomena apa yang sebenarnya sedang terjadi, apakah virus memanfaatkan biolistrik tubuh sebagai pembangkit sistem metaboliknya atau menumpang pada sel tersebut, atau membuat kacau sistem biolistrik dalam tubuh? Ini yang harus diteliti dengan baik oleh para pakar tersebut. Sehingga nantinya muncullah upaya upaya yang benar benar solutif terkait dengan serangan virus virus apapun nama & jenisnya. Tidak perlu lagi menciptakan bermacam macam vaksinasi yang vaksin itu sendiri masih samar fungsi dan cara kerjanya.

Selama ini virus digambarkan oleh para “ahli” (tanda kutip) bahwa dia tidak mampu bertahan hidup tanpa inang. Ini pemahaman yang kacau balau tentunya. Kalau virus tidak mampu bertahan hidup tanpa inang, patut dipertanyakan darimana virus tersebut sebelumnya berasal? Padahal Virus ditemukan di hampir setiap ekosistem di Bumi dan merupakan entitas biologis yang paling banyak jumlahnya, membingungkan kan? Sampai dengan saat ini asal-usul virus dalam sejarah pemahaman umum evolusi kehidupan masih belum jelas, namun tiba tiba sudah banyak orang yang dianggap sebagai pakar virus? Logikanya kalau sang pakar sendiri belum memahami asal usul virus, apa layak mereka disebut sebagai pakar? Saya menganggap selama ini para “pakar” tersebut hanya virus virus yang muncul subur dalam dinamika kebodohan alam fikir. Asalnya belum mampu mereka ketahui tiba tiba saja sudah banyak yang dianggap pakar. Ini namanya tekhnologi edan, science tanpa akal sehat, pengetahuan ngaco.

Namun bila dikatakan bahwa virus sulit berkembang biak bila tanpa adanya sel inang, itu memang benar. Namun menganggap virus tidak bisa hidup tanpa adanya sel inang, ini adalah kesemena menaan yang dibungkus oleh tipuan bernuansa science & tekhnologi.

Yang benar bahwa virus merupakan “pecahan” protein dari makhluk hidup yang mana virus tersebut masih menyimpan protein dari inangnya juga masih menyimpan arus biolistrik pada tubuh virus tersebut, yang dulunya dia merupakan protein yang kemudian menjadi hidup karena adanya kejadian biolistrik pada makhluk hidup dimana protein sebagai materi asal virus tersebut berasal. Sehingga walau berlalu jutaan tahun kemudian virus tersebut tidak mendapatkan sel inang, dia tidak akan mati, sebab memang dia tidak hidup, namun dia awalnya dan akhirnya adalah salah satu zat pembentuk kehidupan.

Jadi disimpulkan bahwa virus adalah protein yang telah teraktivasi kelistrikannya disebabkan oleh proses biolistrik dimana tempat dia berasal pada awalnya. Jadi disingkat virus adalah protein berlistrik aktiv (protein yang menyimpan listrik)

Sebagai protein yang menyimpan listrik tentu dia otomatis telah mewarisi DNA awal dimana dia berasal. Namun karena pembentukannya belum sempurna maka dia seolah seperti bukan bagian dari kehidupan makhluk hidup jenis apapun pada awalnya.

Virus dapat menempel dimana saja. Dan dia tidak akan pernah bisa disebut sebagai “mati”, namun pantas disebut sebagai semu alias suri, alias tidur. Karena dia belum kontak dengan saklar yang cocok baginya. Maka bisa saja virus dibawa oleh para vektor (makhluk pembawa virus) atau bahkan kan hidup didalam tubuh para vektor bila kondisinya memungkinkan bagi sang virus untuk hidup lalu berkembang biak. Untuk hidup & berkembang biak virus harus melakukan siklus kalor & energi secara stimulan. Maka berlakulah disini apa yang dimaksud semacam prinsip thermodinamika.

Walaupun kompleksitas organisme hidup terlihat seakan berkontradiksi terhadap hukum thermodinamika tersebut, namun harus difahami bahwa kehidupan hanya terjadi karena seluruh organisme apapun itu bentuk dan namanya merupakan sistem terbuka yang menukar materi dan energi ke lingkungannya. Jadi sebenarnya sistem kehidupan tidak berada di dalam kesetimbangan, namun berada pada dalam sistem menyebar, mempertahankan keadaan, kompleksitas tinggi yang menyebabkan peningkatan entropi sekitar. Metabolisme akan mencapai kondisi ini dengan memasangkan reaksi katabolisme yang spontan dengan reaksi nonspontan dari anabolisme. Pada terminologi termodinamika secara umum, metabolisme sebenarnya adalah mempertahankan keteraturan dengan menciptakan ketidakteraturan. Mempertahankan entitas dengan membuat entitas baru yang lain.

Adapun pada umum, protein asal virus merupakan protein yang paling bertanggungjawab pada kegiatan perkembangbiakan. Contohnya pada manusia & hewan mamalia, asal protein virus ini biasanya merupakan protein perkembangbiakan yang tereliminasi oleh beberapa sebab. Yang paling adalah disebabkan oleh kesalahan dalam mengkonsumsi makanan atau minuman pada saat hewan & tanaman sedang berkembang biak, itu pada awalnya terbentuknya virus. Namun seiring waktu berjalan virus menjadi lebih mudah terbentuk oleh karena upaya rekayasa terhadap sifat-sifat alami makhluk hidup, termasuk rekayasa genetik. Namanya juga direkayasa, maka otomatis terjadilah proses biokelistrikan yang tidak sempurna atau tidak alami, sehingga protein protein yang sudah bermuatan listrik tersebut yang mungkin berlebih yang terkandung pada makhluk hidup itu tereliminasi dari tubuh seperti lontaran molekul atau atom listrik, dalam berbagai bentuk, baik itu feses, urine, bersin, hingga batuk, atau apapun kejadiannya. Ingat bahwa metabolisme selalu bersifat mempertahankan keteraturan yang mungkin bahkan kerap menciptakan ketidak teraturan. Inilah penyesatan iblis yang paling dahsyat. Yang tidak disadari oleh banyak manusia yang mengaku berakal.

Adapun protein bermuatan yang tereliminasi tersebut untuk sementara istirahat alias tidur alias tidak aktif. Nanti kalau si protein bermuatan listrik (alias virus) tersebut mendapatkan wadah atau tempat yang cocok, maka dia akan mengaktifkan kembali sistem biolistriknya yang dengan modal protein serta DNA atau RNA yang menempel padanya dia akan merajut kembali pita pita genetik mereka yang sempat terputus beberapa waktu lalu. Dan inilah kondisi yang disebut virus telah menginfeksi.

Nah bila dianalogikan pada sistem penyaluran daya listrik melalui kabel yang selalu menghasilkan rugi daya, itu dikarenakan besarnya hambatan. Pengurangan rugi-rugi daya dilakukan dengan memperkecil nilai hambatan listrik di dalam kabel. Nilai hambatan dapat dikurangi dengan menggunakan bahan listrik dengan hambatan jenis yang kecil, seperti tembaga atau aluminium, atau bahan bahan pilihan.

Maka proses biolistrik ini juga sama. Sistem penyaluran biolistrik melalui sel, dendrit dll mengalami hambatan dengan kehadiran virus yang memiliki muatan muatan biolistrik dengan besaran tertentu, hambatan yang dilakukan oleh virus adalah proses dimana mempengaruhi sifat antibodi menjadi
Resistensi antimikrobial (Antimicrobial Resistence/ AMR) yang akan menjadi ancaman bagi sel yang sehat sampai pada tingkat infeksi yang lebih tinggi. Resistensi dapat terjadi oleh bakteri, parasit, virus dan jamur, dimana resistensi inilah menyebabkan kondisi imunopatogenesis.

Saat merampok sinyal biolistrik tubuh tersebut, virus melakukan komunikasi dengan sel inang, inilah fenomena inilah yang disebut dengan “quorum sensing”.

Virus saat menemukan kondisi ideal untuk menginfeksi suatu sel inang hidup dengan menyisipkan materi genetiknya yang menyebabkan sel inang rusak (yaitu terjadi saat siklus litik, yaitu fase saat virus terurai/ pecah sehingga dapat melakukan replikasi), nah siklus litik adalah proses biolistrik tubuh inang.

Siklus litik dalam virologi merupakan salah satu siklus reproduksi virus selain siklus lisogenik. Siklus litik dianggap sebagai cara reproduksi virus yang utama karena menyangkut penghancuran sel inangnya.

Siklus litik, secara umum mempunyai tiga tahap yaitu adsorbsi & penetrasi, replikasi (biosintesis) dan lisis. Kesemuanya tidak akan terjadi melainkan dalam bentuk biokelistrikan tubuh, yang ditanggapi oleh biolistrik virus. Dengan perantaraan enzim lisosom sebagai penghancur membran.

Perlu diketahui bahwa virus melakukan komunikasi dalam menentukan strategi untuk memilih mode lisis atau lisogenik dalam operasi operasi mereka, yang disebut Arbitrium (berasal dari Bahasa Latin yang berarti “Keputusan”). Arbitrium melibatkan 3 (tiga) materi genetik pada virus sebagai suatu Bahasa komunikatif yang AIMP yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesamanya juga dalam upaya merayu sel agar mengikuti saja operasi palsu mereka, yaitu; aimP yang menghasilkan peptida; aimR yang merupakan reseptor peptida intraselular dan aimX regulator negatif untuk lisogenik. Mekanisme Arbitrium ini juga memungkinkan keturunan dari virus yang pernah menginfeksi suatu sel untuk “berkomunikasi” dengan virus pendahulunya.

Lisosom adalah suatu organel kecil yang berbentuk bulat yang terikat dengan membran dengan memiliki diameter sekitar 0,25 hingga 0,5 um. Lisosom mengandung hidrolase asam, enzim-enzim yang merombak protein, asam-asam nukleat serta karbohidrat pada pH asam. Lisosom bisa anda temukan pada hampir semua sel, lisosom merupakan enzim yang mengandung kandungan listrik tertinggi bahkan bisa digunakan untuk mengecas penuh satu baterai handphone, sebab tugasnya cukup berat untuk menghancurkan materi dalam tubuh, termasuk pencernaan.

Intinya jangan hadapi virus dengan antivirus atau merekayasa munculnya antibodi. Namun gunakan pendekatan biolistrik arus DC, agar proses komunikasi alias rayuan virus kepada inang tidak berlangsung sempurna, atau bahkan terputus.

Disinilah dibutuhkan kecerdasan fikir, apa apa saja yang bisa mengurangi nilai hambatan biolistrik virus, atau bahkan memotongnya. Harusnya para “pakar” berkonsentrasi pada hal ini, bukan malah ngebut ciptakan antivirus atau perangsang antibodi. Kalau kondisinya imunopatogenesis bagaimana? Gak ada arti itu antibodi boss. Wkwkwk.

* (Sumber: blog AlkemiIslam, Tamim Pardede).
** M. Tamim Pardede merupakan sosok kontroversial. Peneliti, dan juga dikenal sebagai pakar biokimia molekuler. Ia diberitakan sebagai penemu teknik rekayasa micro organisme untuk kesuburan tanah dan tumbuhan dst. Hasil dan publikasi karyanya banyak tersebar di youtube dan medsos. Beberapa sempat masuk di media massa mainstream dan TV Nasional.