Kampung Tangguh Mandiri di Malang Raya, Bagaimana Mewujudkannya?

Rombongan Gubernur Jatim KIP kunjungi beberapa KTM Malang dan Batu, antara lain di Glitung pada 27/5/2020 / K.3G
JurnalMalang - Istilah 'kampung tangguh mandiri' (KTM) menjadi populer di Jatim sejak wabah coronavirus mengharuskan kita semua membatasi pola interaksi sosial. Mulai dari jaga jarak secara fisik hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB); berdampak besar pada macetnya sebagian besar ekonomi dan stagnansi produksi industri serta diliburkannya sejumlah layanan publik. Maka mau tak mau, dalam berbagai aspek masyarakat sebisa mungkin harus mandiri.

Kampung tangguh mandiri yang relevan dalam masa pandemik ini dapat kita pahami sebagai berikut:

Pertama, penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) yang dilakukan atas kesadaran dan kontrol bersama warga, dan bagaimana warga kompak mencegah merebaknya covid19 di kampung. Maka perlu didukung oleh fasilitas seperti semprotan disinfektan, handsanitiser untuk umum dan posko siaga yang dikoordinasikan dengan tenaga medis / GugusCovidDaerah. Masyarakat tidak hanya menunggu langkah pemerintah tetapi juga proaktif mengambil inisiatif mandiri.

Kedua, menjaga ketahanan ekonomi kampung melalui sejumlah program, mulai dari memanfaatkan lahan-lahan keluarga yang memungkinkan untuk menanam toga, sayur dan buah yang dengan sistem yang murah. Kaleng dan botol plastik bekas bisa menjadi media tanam. Bagaimana UMKM yang vital seperti warung sembako, toko klontong rakyat dapat tetap ada namun dalam protokol covid yang aman. Bagaimana kampung memiliki data yang lengkap terkait penduduk yang layak diajukan untuk mendapatkan subsidi negara/pemda. Proses saling tolong menolong antar warga juga termediasi dengan penuh musyawarah. Masyarakat kampung tangguh perlu memiliki sarana informasi pasar sembako, akses bansos dan informasi ekonomi lainnya yang diperlukan di masa PSBB maupun menyambut era 'new normal'. Dalam menghadapi ancaman ekonomi keluarga, komunikasi, informasi antar sesama merupakan hal yang penting.

Ketiga, terjaminnya keamanan dan ketertiban lingkungan oleh peran serta warga. Bahwa sejak covid yang menggoyahkan sendi-sendi ekonomi masyarakat, adanya pengangguran massal, lalu diikuti dengan meningkatnya kriminalitas. Sehingga kampung harus dijaga bersama oleh masyarakat bersama aparat yang ada. Warga kampung tangguh tidak hanya memikirkan keamanan diri/keluarga tetapi juga keamanan seluruh kampungnya. Apabila ada sesuatu yang menyangkut kriminalitas maka petugas posko kampung harus langsung melaporkan kepada yang berwajib, tidak main hakim sendiri.

Keempat, antisipatif terhadap bencana alam. Kampung tangguh perlu mempersiapkan diri menghadapi beberapa bencana yang umumnya terjadi seperti: kebakaran (kesediaan sarana damkar kampung dan koordinasi ke instansi terkait), banjir (kualitas saluran, sumur resapan dan drainase kampung), gempa bumi (sistem peringatan dini dan skema jalur evakuasi). Selain itu, program kampung hijau selain untuk dekorasi juga menciptakan hawa sejuk, meredam kebisingan dan membantu mengurangi efek bencana alam seperti kebakaran dan banjir.

Jadi, kampung tangguh masa pandemik adalah kampung di mana warganya memiliki daya tahan ekonomi di masa sulit dan kreatif menggali potensi ekonomi alternatif; kampung yang disiplin lakukan PHBS dan jalankan protokol covid; memiliki akses informasi (kesehatan) internal dan eksternal; kampung yang aman dan nyaman karena kesadaran kolektif dan kampung yang selalu siaga menghadapi segala bentuk bencana alam.

Pemerintah Pusat dan Daerah tetap menjadi pihak yang utama dalam mendukung ekonomi masyarakat dalam menghadapi wabah covid19. Namun jangkauan kebijakan pemerintah juga terbatas, dana dan SDM yang juga terbatas. Sehingga warga berbasis kampung, RT atau RW juga harus memperkuat diri membangun kemandirian dan saling tolong menolong di masa pandemik yang kita belum tahu kapan berakhirnya ini. **Ed01