JEJAK TRADISI LITERAL ERA SINGHASARI : Pembukti Predikat "Malang Kota Pustaka"

Ilustrasi / mdc.fb
Oleh : M.. Dwi Cahyono
(Sejarahwan dan Arkeolog Nusantara)

Salah satu indikator peradaban adalah vidya (ilmu pengetahuan). Adapun salah satu pembukti akan jejak vidya pada masa lalu di suatu daerah adalah pustaka (buku). Malang Raya tetnyata mempunyai jejak ikonografis yang demikian. Arca-arca dari Era Singsarari dengan jelas memperlihatkannya, antara lain acara (1) Sudhanakumara, (2) Prajnaparamita, dan (3) Amoghapasa. Ketiganya adalah arca Dewa dan Dewi Mahayana Buddhisme 

Arca Sudhanakumara, salah sebuah arca dewata pengiring Amoghapasa asal Candi Jajaghu (Jago) yang menjadi benda koleksi Museum Nasional, beratribut pustaka (buku) tebal, yang di"kempit" antara tengan kuri bagian atas dan sisi samping dada-Nya. Uniknya, buku ini terbilang sebagai buku besar yang dilengkapi dengan sampul kulit serta ornamerasi yang menjadiknyanya artistik. Suatu pertanda bahwa tradisi literal (tulis, aksara) terbukti hadir di Era Singhasari, sebagai "jejak peradaban" di Malang pada abad XIII Masehi.

Pustaka dalam bentuk bundel lempir-lempir rontal di atas Padma sebagaii laksana kedewataan juga kedapatan pada (1) Arca Dewi Ilmu Pengetahuan tertinggi "Prajna Paramita", yang berasal dari Candi Putri di Desa Bungkuk Songosari, yang kini koleksi Museum Nasional di Jakarta, dan (2) Arca Dewa Amoghapasa di halaman Candi Jago -- semula di garbagrha (biliki utama candi). Predikat Malang sebagai "Kota Pendidikan", dan sekaligus "Kota Buku", debgan demikian terbukti jejak historisnya pada aeca-arca Dewa dan Dewi Buddhis dari Era Singhasari ini. Malang raya dengan demikian telah memiliki jejak eradaban panjang, paling tidak sejak Masa Singhasari.
Marilah, ke depan lebih dikuatkan predikat Malang sebagai "Kota Pustaka", yakni dengan tingkatkan jumlah dan kualitas buku-buku yang ditulis oleh penulis-penulis setempat, yang diterbitkan oleh  penerbit lokal Malang, dan yang rajin dibaca oleh warga Malang. Semoga membuahkan kebuktian, papa kabhuktihi. Nuwun.

Sangkaling, 29 Mei 2020
Griya Ajar CITRALEKHA
(Sumber tulisan Dwi Cahyono)