Ikuti Konvensi Pilkada, Gandung Potensial Diusung PDI Perjuangan

Gandung (tengah) saat konfrensi pers / jmcom
JurnalMalang - Konvensi terbuka DPC PDI Perjuangan kota Malang dalam menjaring bakal calon Walikota / Wakil Walikota mendapat perhatian luas masyarakat kota Malang. Mekanisme demokratis ini dilakukan dalam rangka membuka kesempatan bagi putra-putri terbaik kota Malang untuk berjuang bersama partai 'banteng' menyambut suksesi demokrasi 2018 mendatang. 

PDIP satu-satunya partai yang berani melakukan penjaringan politik terbuka di saat partai-partai lain sibuk melakukan 'kasak-kusuk' politik yang tertutup dari publikasi media. Partai nasionalis peraih 11 kursi legislatif ini dipastikan memberikan akses informasi yang luas kepada media terkait segala proses penjaringan bacalon Kepala Daerah di kota berpenduduk hampir 1 juta jiwa ini.

Gandung Rafiul Nurul Huda, menjadi kontestan pertama yang mengambil formulir bacalon Walikota di kantor DPC PDI Perjuangan kota Malang jalan raya Panji Suroso, Blimbing, (4/6/2017). Disaat yang sama Gandung langsung membayar tunai dana gotong royong sebesar Rp 25 juta kepada tim penjaringan yang diwakili ketua dan bendahara tim 5.

"Sebagai bentuk keseriusan saya, segala persyaratan lainnya akan secepatnya saya lengkapi, termasuk mempersiapkan diri menghadapi vit and proper test tingkat DPD hingga DPP." ujar pria kelahiran desember 1981 yang kini menjadi Pengurus Pusat IKA UB.

Gandung memilih daftar di PDIP karena melihat partai ini konsisten mengusung gagasan - gagasan ideologis Bung Karno dan nilai-nilai Pancasila. Apalagi Gandung merupakan alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang secara ideologis senafas dengan garis perjuangan partai yang dipimpin tokoh utama reformasi Megawati Sukarnoputri. 

Di struktural PDIP sendiri terdapat banyak alumni GMNI seperti Dr. Achmad Basarah (DPR RI & Pengurus DPP PDIP & Ketua Umum PA GMNI Se-Indonesia) dan Djarot Syaiful Hidayat (Gubernur DKI/Ketua IKA UB). Di Malang Raya, H. Sasongko (Ketua DPRD Kabupaten) Punjul Santoso (Wakil Walikota Batu) dan Peni Suparto (mantan Walikota Malang) merupakan alumni GMNI yang berkiprah di ranah politik Malang Raya. 

"Yang saya kedepankan politik gagasan. Bahwa kondisi pembangunan kota Malang yang stagnan, edukasi nilai-nilai Pancasila yang tidak jelas dan menguatnya oportunisme birokrasi harus diakhiri. Harus diganti dengan kekuatan gagasan dan komitmen untuk membuat perubahan secara besar-besaran. Kereta perubahan sudah melaju, kota ini ketinggalan jauh." lanjutnya. 

Menurutnya, zaman sudah berubah, lajunya mengalami lompatan jauh. Tetapi kota Malang justru jalan di tempat bahkan pada beberapa aspek mengalami kemunduran. "Nanti akan saya beberkan satu persatu kegagalan incumben memimpin kota Malang. Dimana saja letak kesalahannya dan bagaimana solusi untuk memperbaikinya." tandas pria yang dibesarkan dari keluarga Nahdiyin ini. (red1/lm).