Pilkada Kabupaten Malang Tinggal Hitungan Hari, Adu Cerdas di Ujung Waktu

ilustrasi: riauindependen.com
Sebentar lagi kabupaten Malang memasuki masa tenang, dan tanggal 9 Desember 2015 nanti rakyat kabupaten Malang akan menentukan pilihannya secara langsung, umum, bebas dan rahasia. Dua kandidat yang akan bersaing ketat, Rendra-Sanusi vs Dewanti Masrifah -Madep Manteb nomor 1 melawan Malang Anyar nomor 2. Sementara Paslon nomor 3 jelas sudah tidak niat untuk bertarung. Sekarang kita kalkulasi lagi paslon mana dari nomor 1 dan 2 yang paling berpotensi menjadi BUPATI / WABUB Malang 2015-2020?

Paslon 1, adalah incumbent yang sudah lama bersosialisasi dengan warga, memiliki popularitas yang tidak diragukan lagi, mereka sangat dikenal luas ---Tetapi, Paslon 2 yang diakui semula tidak terkenal, popularitas di bawah 40 % kini tiba-tiba meroket menjadi terkenal, hanya dalam waktu efektif sekitar 3 bulan Dewanti menjadi dikenal luas di kabupaten Malang. Disini, bisa dibilang, sosialisasi maraton timsesnya berhasil. Pada konteks ini, mereka 12-11.

Paslon 1 didukung oleh koalisi gabungan parpol besar seperti Nasdem, Gerindra, Golkar, PKB, PD, PAN, PPP, HANURA, PKS dst. Dengan kata lain, timsesnya besar, infrastruktur politiknya banyak dan dengan sendirinya di level bawah sangat banyak SDM / massa. Sudah lazim di politik, semakin besar tim dan massa maka semakin besar pula ongkosnya, tenaga dan biaya untuk mengelolanya agar menjadi suara pasti. Bila tak cermat memenej maka potensi massa akan gembos bahkan bisa menjadi boomerang. Konsekwensi dari tren demokrasi kita yang serba matre ---- Sementara, di Malang Anyar hanya mengandalkan PDI Perjuangan yang kebetulan adalah juara 1 yang tak pernah kalah dalam Pemilu (legislatif) Kabupaten Malang sejak 1999. Semula 'single fighter' ini diperkirakan gembos 4-5 bulan lalu lantaran dibayangi konflik dan ditinggalkan rekan partai KIH. Ternyata meleset. PDIP solid dalam sekejap dan lalu muncul relawan-relawan Malang Anyar yang tidak hanya ramai berkicau di Medsos tetapi juga militan di lapangan. Kuantitas logistik tidak terlalu mempengaruhi kinerja. Ini memang salah satu ciri militansi PDIP yang hanya bisa ditandingi oleh massa PKS.

---Koalisi Besar vs PDIP : durasi start yang berbeda, pada tataran opini, publikasi dan gerakan bisa hampir seimbang. Ini adalah gejala yang harus diwaspadai paslon 1 sejak awal. Psikologi politik awam, kecil bukan berarti kerdil, justru berpotensi menimbulkan simpati. Hanya saja PDIP tidak terlalu memainkan situasinya yang "tertindas" dikeroyok raksasa politik kabupaten. Pada titik ini, Malang Anyar mampu mengimbangi kuantitas M3 dengan kualitas cabe rawit -kecil tapi jelas rasanya.....

Paslon 1 lebih didominasi oleh kegiatan 'panggung', pola mobilisasi massa pada satu titik konsentrasi. Hal ini bisa dipahami mengingat timsesnya banyak dari jejaring lama yang mampu menggerakkan banyak massa di desa-desa, sarana tersedia dan menguasai peta lokasi di sekitarnya. Kelebihannya banyak acara yang bisa diselenggarakan dalam 1 hari dan banyak massa yang partisipasi. Tetapi tidak ada yang tahu apakah ada jaminan ribuan massa yang hadir dalam acara yang terkondisi secara otomatis akan mendukung di TPS nanti.

Sementara Paslon 2 kecendrungannya memobilisasi diri dan timnya untuk mengunjungi warga dan desa meskipun jumlah massa tidak seberapa. Seringkali Dewanti terlihat sedang selfie bareng petani, menggendong anak kecil dan bercengkrama dengan lanisa di desa-desa pedalaman. Kuantitas interaksi memang kecil namun relatif tepat sasaran. Pada saat yang sama, sebuah tim khususnya 'memobilisasi' warga untuk menikmati wisata di kota apel, dari Malabar, Malsel dan Maltara, ribuan orang menikmati fasilitas gratis tersebut. Pada momen2 kunci dimana harus tampil tim Malang Anyar akan langsung show force, meski kecil bisa pamer kekuatan.

Kedua kandidat utama ini sama-sama dibebani "harus menang". Paslon 1 sebagai incumben, didorong oleh banyak kekuatan wajib menang. Tren pilkada dewasa ini incumbent 'harus' 2 periode. Di sebelahnya, jagoan banteng wajib menang karena sudah tegas perintah sang Ketua Umum : kader yang didukung PDIP harus menang dalam Pilkada serentak 9 Desember 2015. Oleh karena itu, dihimbau kepada semua kader yang duduk di legislatif di daerah tetangga terdekat agar turut berperan aktif memenangkannya.

Sebuah Lembaga riset dari Universitas Brawijaya baru saja merilis hasil survey terbarunya. Yang "unggul" adalah Swing Foters atau juga disebut Floating Mass, massa ngambang yang sewaktu-waktu bisa merubah pilihan dan atau belum menentukan pilihannya. Jumlahnya fantastic, sekitar 50 %!  Menurut lembaga riset terpercaya tersebut menulis bahwa Paslon 1 menang 63,7 % dan Paslon 2 sebesar 26,8 %, sisanya untuk paslon nomer 3.

Jika hasil riset di atas akurat berarti :
  • Paslon 1 mengalami penurunan elektabilitas (dibanding hasil riset lembaga - lembaga nasional 3 bulan-an lalu) dan paslon 2 naik signifikan, meskipun demikian Rendra masih unggul  dari Dewanti;
  • Besarnya SwingVootrs / floating mass di ujung waktu coblosan menunjukkan pemilih tidak terlalu taat pada arahan parpol, massa relatif mandiri dengan tidak mau fanatik pada calonnya. Paslon 1 harus melakukan upaya serius untuk menggenjot suaranya sehingga mencapai ambang  suara 'aman'. Sementara paslon 2 mendapatkan angin segar, tren elektabilitas yang naik pasti karena mulai solidnya massa banteng, dan tinggal mencari formulasi luar biasa untuk merebut floating mass;
  • Pemilih "galau" swing voters yang tinggi (hingga 50%) sebenarnya kebobolan bagi calon yang sebelumnya sudah sangat kuat. Perhitungan awal paslon 1 yang memandang Paslon 2 lemah di semua aspek ternyata di bantah oleh riset tim UB : paslon 2 memiliki suara lumayan dan massa 'tak konsisten' amat besar jumlahnya. Jutaan Jiwa. Fakta inilah yang membuat pertarungan sulit diprediksi.
Sementara di Polling Online di beberapa media : Paslon 1 unggul di malangtimes.com, paslon 2 merajai di situs malangvoice.com, malangpagi.com, malang-post.com (dan portal blogger jurnalmalang.com :)

Baik riset maupun polling sama-sama memiliki sisi lemah, namun setidak-tidaknya memberikan gambaran akan arah politik pemilih, gambaran hasil usaha para kandidat, antusiasme dan inisiatif timses dalam memperjuangkan jagonya. Tak ada yang boleh diremehkan di dalam sebuah pertarungan yang serius.

Manakah dari analisa dan hasil riset / polling di atas yang dekat dengan hasil pilihan resmi warga kabupaten Malang, kita tunggu saja tanggal 9 desember nanti. Kita hindari memberikan kesimpulan yang dapat mempengaruhi pemilih..... Analisa umum, selisih kemenangan, dari kubu manapun, berkisar antara 4 - 8 %. Selisih tipis bisa saja memicu pertarungan lanjutan di MK.


Semoga Pilkada kabupaten Malang tetap berlangsung aman dan damai. Selamat bertarung yang sehat antara M3 dan Malang Anyar. Menang atau Kalah tetap Terhormat.
Salam1Jiwa....