VISUALISASI MITOLOGIS BENCANA ANGIN RIBUT PADA RELIEF CANDI DI SITUS MIRIGAMBAR

Cermati Ceceran Jejak Budaya Lama
Oleh : M. Dwi Cahyono
(Sejarahwan dan Arkeolog)

A. Angin Ribut dalam Mitologi
Bencana (istilah arkais "bancana") bisa terjadi kapanpun, dimanapun, dan dalam bentuk apapun. Salah satu bentuk bencana yang masuk dalam kategori "bencana alam" adalsh bencana angin dahsyat, yang merusak (destruktif) bahkan membinasakan. Ada banyak sebutan untuk angin yang demikian, seperti angin "puyuh, angin topan, angin lesus, angin puting beliung, dsb.". Pusaran angin yang kencang ini berbentuk pilar vertikal berwarna kehitaman, yang lantaran terjadi secara periodik tiap tahun, maka muncul sebutan "cleret taun" -- cleret adalah garis yang membentang di langit, yang tampak di kejauhan.
Kekuatan dahsyat dari angin ini mampu menelan manusia, bahkan bisa menjebol banginan rumah sekalipun untuk selanjutnya diterbangkan ke angkasa. Cleret tahun tersebut bagai naga besar dengan mulut ternganga, yang siap menelan apa saja, sehingga terdapat sebutan "naga tahun". Awan hitam yang bergumpal- gumpal di angkasa, tang berarak karena terkena hembusan angin digambarkan secara simbolik sebagai "naga langit" atau "naga angkasa" yang tengah melanglang mencari mangsa untuk ditelannya.
B. Gambaran Visual Mitos Angin Ribut
1. Lokasi Temuan Relief
Belum berapa lama, pads paro kedua tahun 2018, ditemukan beberapa balok batu andesit, yang antara lain berbentuk panil relief di sekitar 100 metei sebelah tinur-utara Candi Mirigambar pada Kecamatan Sumber Gempol Kabupaten Tulungagung. Temuan ini menambah jumlah tinggalan arkeologis yang berupa komponen bangunan candi di sekitar Candi Mirigambar dan Candi Tuban. Batu terpahat relief yang hendak dipaparkan betikut melengkapi relief cerita "Tantri" yang berkisah tentang "Bangau Culas dengan Lehernya Disapit Kepiting", yang telah ditemukan terdahulu.
Sayang sekali, Candi Tuban yang keberadaannya terkait dengan prasasti Candi Tuban (1129 Masehi) -- kini ditempatkan sebagai benda kolek dan tercatat dalam ROC tahun 1908 lantaran terkena "petaka purbakala" tahun 1967-an, kini raib tak tersisa. Sebenarnya, Candi Tuban bukan satu-satunya candi di sekitar Candi Mirigambar. Balok-balok batu tersebut sangat mungkin merupakan susa-sisa bangunan candi selain keduanya. Dengan perkataan lain, konon di areal Mirigambar dan Candi Tuban terdapat lebih dari dua buah candi. Adanya lima buah ambang pintu bagian atas (dorpel) -- tiga buah kini di halaman Candi Mirigsmbar, dua lainnya menjadi benda koleksi Museum Wajakkensis -- yang dilengkapi dengan kronogram (petunjuk tarikh), menjadi pertimbsngan untuk menyatakan ada sekitar lima buah bangunan penting di Mirigambar dan sekitarnya. Sebuah diantaranya adalah apa yang dalam prasasti pendek semasa pemerintahan raja Wikramawarddhana di kerjaan Majapahit dinamai "Satyapura".
B. Deskripsi Temuan
Meski hanya berupa sepotong balok batu, yang berukir pada salah satu sisinya, namun telah cukup diperoleh gambaran mengenai peristiwa apa yang digambarkan oleh relief itu. Ada dua bagian gambaran pada panil relief tersebut. Pertama, gambaran mengenai unsur loral, dan kedua gambaran mengenai makhluk mitologis, yang keduanya saling kait. Berikut adalah deskripsi ringkasnya.
Bagian floral yang divisualkan berupa dua hingga tiga pohon tegakkan yang cukup besar tertiup angin kencang. Kekuatan angin tergambar pada batang pohon yang posisinya hingga lengkung menahan hembusan angin ke arah kiri. Begitu pula dedeubannya terbawa arah angin ke arah kiri. Angin kencang ini juga berhembus pada permukaan air telaga bernanab teratai, sehingga tangkai bunga teratai Mering ke arah kiri karena terkena tiupan angin.
Bagian gambaran makhluk mitolodis berupa gumpalan awan yang tertiup angin, juga terarah ke kiri. Uniknya, secara stilasi gumpalan awan itu diwujudkan sebagai kepala naga, dengan mulut ternganga lengkap dengan gigi-gigi tajamnya. Tampak pula hidung dan kedua bola matanya dengan perspektif penggambaran tiga perempat dari arah depan. Sepertinya, mulut naga hendak menelan sesuatu yang posisinya berdiri. Sayang kurang jelas benar apakah yang berdiri itu adalah manusia yang ttersapu angin dan tengah ketakutan ataukah hal lain. Yang terang, mulut naga tengah diarahkan padanya. Jika benar bahwa yang dipahatkan di panil Susi kiri atas dengan teknik stilasi itu merupakan mega-mega dalam wujud naga, maka naga tersebut adalah naga langit atau naga angkasa.
C. Mitologi Angin Ribut
Pada panil relief candi, yang sangat mungkin menggambarkan tentang angin kencang yang merusak dan membinasakan, tergambar mitos bahwa angin ribut itu terjadi lantaran adanya gerakkan yang kencang dari naga angkasa. Efek pergerakkannya berupa angin kencang, yang bisa menumbangkan, arau paling tidak mampu melengkungkan pohon tegakkan. Pemukaan iar luas pun bisa berombak karena hembusan kuat angin darinya.
Naga angkasa yang melayang-layang di langit, yang berupa gumpalan-gumpalan awan hitam yang menyerupai wujud naga, seolah tengah mencari mangsa untuk ditelannya. Sesuatu yang tegak berdiri di hamparan tanah atau air, baik orang, binatang, tanaman atau benda lain dapat menjadi sasaran pemangsaannya, seperti halnya sasaran dari petir. Pada relief ini, sesuatu yang berdiri di sekitar hamparan air dan pepohonan tertiup angin kencang menjadi obyek sasaran dari naga angkasa tersebut.
C. Pesan "Peringatan" akan Bencana Angin
Angin ribut yang merupakan bencana alam dapat timbulkan dampak destruktif, bahkan bisa membibasakan. Oleh karena itu, manusia musti waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh angin dahsyat demikian. Untuk membantu ingat akan bahanya dan membentuk kewaspadaan diri, maka kebencanaan ini dikisahkan dalam bentuk mitos tentang angin ribut (dahsyat). Yang mengerikan darinya bukan hanya hembusan angin kencang, namun juga naga angkasa yang dapat melenan-memangsa sesuatu, seperti pusaran angin yang mampu menjebol dan menelan sesuatu ke dalam pisangnya untuk kemudian diterbangkan ke angkasa
Demikianlah, sebyah panil relief yang kini berada di halaman Candi Mirigambar susi belakang kiri sangat mungkin memvisualkan mitologi tentang angin dasyat, yang terjadi akibat gerakan naga angkasa yang melayang-layang kencang untuk mencari mangsa.Maka, waspadalah terhadap bahayanya. Penghadiran relief tentang mitologi angin ribut pada situs ini, boleh jadi konon di sekitar Mirigambar sering dilanda bencana ini, sehingga visualisasi terhadapnya dijadikan media peringatan untuk selalu waspada terhadap bahanya. Penempatannya pada bangunan suci candi boleh jadi dimaksudkan agar warga sekitar candi terhindar dari bencana angin ribut itu. Demikian tulisan bersahaja ini, semoga memberi kefaedahan. Nuwun.
Cafe Pustaka UM, 29 Oktober 2018
Patembayan CITRAKEKHA
(Sumber: FB Dwi Cahyono)