Tinjauan Historis - Budaya Kenapa Separatisme Haram di Bumi Arema

Mbah Heri, tokoh kultural Malang / dok.JM
JurnalMalang  - Bumi Arek Malang tercatat dalam sejarah lampau sebagai salah satu sentral lahirnya gagasan dan gerakan integrasi nusantara lama abad 13 masehi, yang kemudian dilanjutkan oleh imperium maritim Majapahit di era selanjutnya, yang akhirnya menjadi modal penting dalam mewujudkan integrasi nasional yang berlansung hingga hari ini. Maka sebagai tanah perintis integrasi sudah selayaknya kita, warga Malang menjaga dan meningkatkan persatuan di bawah kibaran sang saka merah putih.

Berkaitan dengan hal tersebut, media ini berdiskusi dengan tokoh kultural masyarakat Malang, Slamet Haryanto atau yang akrab dipanggil Mbah Heri beberapa hari lalu (08/08/2018). "Saya sepakat bahwa Malang merupakan tempat dimulainya rencana persatuan nusantara lama. Pada zaman Singhasari persatuan antar pulau ini sudah mulai dilakukan. Kenapa ajakan bersatu yang digalang kerajaan Singhasari ini bisa langsung diterima kerajaan-kerajaan lain?? Karena tujuannya demi membangun kekuatan yang besar, solid dan saling mengisi satu sama lain." terang Mbah Heri mengawali diskusi.

-----------------

Kerajaan Singhasari (Malang) mencapai puncak keemasannya pada era kepemimpinan maharaja Kertanegara (1272 - 1292). Raja asli "Ongis Nade" inilah yang pertama kali meluncurkan program integrasi antara kerajaan lintas pulau dalam menghadapi era yang mulai berubah, terutama setelah bangsa-bangsa asing luar nusantara mulai mendominasi jalur perdagangan di laut, bahkan dihampir semua kawasan Asia dan Timur jauh sudah takluk di bawah rezim Kubilai Khan dari bangsa Mongolia.

Ambisi turunan Jengis Khan dari Mongol untuk menaklukkan dunia mulai terasa mengancam bangsa-bangsa nusantara, terutama setelah bangsa kuat seperti Korea, Jepang, Persia dan lainnya satu persatu dibabat oleh tentara Mongol yang memiliki reputasi perang kilat di berbagai penjuru dunia. Invasi nusanatara hanya tinggal menunggu waktu saja.

Maka pada tahun 1275 Kertanegara mengirim armada besar di bawah komando Laksamana Kebo Anabrang menuju negeri Melayu, membangun koalisi untuk menghadapi ancaman yang sudah di depan mata. Rencana tersebut disambut baik Dharmasraya dan komitmen ini langsung diabadikan dalam Amoghapasa. Beberapa tahun kemudian tanah Bali bergabung dalam poros Singhasari, yang diikuti oleh Pahang, Gurun, Bakulapura dan kerajaan Melayu lainnya.

Keberhasilan diplomasi Singhasari yang mengajak persatuan antara kekuasaan-kekuasaan di nusantara rupanya diketahui oleh Mongol, yang langsung bereaksi cepat dengan mengirim utusan ke Singhasari tahun 1289 agar Singhasari sebagai pemimpin poros agar mau tunduk di bawah kekuasaan kaisar Kubilai Khan. Raja Kertanegara menolak permintaan Mongol, yang akhirnya berujung pada kehadiran tentara Tar-tar Mongol; yang kemudian situasi ini dimanfaatkan oleh separatis lokal untuk melakukan pemberontakan.

Misi besar integrasi terus digencarkan hingga memasuki tahun 1292 dengan menyebar utusan ke berbagai penjuru nusantara. Situasi sibuk ini lalu dimanfaatkan oleh pelaku makar dalam negeri untuk memberontak, mengkudeta kekuasaan dan menghentikan (sementara) proses integrasi yang telah berjalan baik.

Polemik segitiga antara Mongol - Pemberontak - Raden Wijaya mengakhiri riwayat Singhasari dan lahirlah kerajaan Majapahit tahun yang sama (1293) oleh tokoh asli Malang Raden Wijaya. Maka selanjutnya, perjuangan integrasi Singhasari dilanjutkan oleh Majapahit dan sangat berhasil di eranya patih Gajahmada.

DILIHAT dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa BUMI MALANG adalah tanah bertuah yang amat bersejarah dimana tempat dicetuskannya gagasan persatuan yang menginspirasi perjuangan integrasi Majapahit dan akhirnya semangat tersebut menyatu dalam rasa kebangsaan kita, kebanggaan kultural dan solidaritas di bawah NKRI.

Sehingga, siapapun yang hidup dan tinggal di Malang harus menghargai sejarah, kearifan lokal dan kaidah-kaidah sosial yang hidup mekar di tanah Malang. Semua yang ada di Malang wajib menghormati nilai-nilai setempat, riwayat kultural Malang yang selama ini menjadi kebanggaan warga asli Malang.

"Jika ada orang yang mengatasnamakan aktifis, HAM dan lainnya, berbicara, melakukan dan atau mendukung tindakan makar, separatisme, terorisme maka hal itu sama saja dengan menghina nilai-nilai lokal Malang, melecehkan pesan budaya yang diwariskan Kertanegara sebagai ikon yang sangat dihormati,

Malang adalah tanah damai dalam kebersamaan, rukun dalam persatuan dan tenang dalam suasana kekeluargaan. Mari kita jaga dan tingkatkan." pungkasnya. (red).