Pilkada Makin Dekat Banteng Masih Jalan Ditempat

Ilustrasi : google
JurnalMalang - Dinamika politik kota Malang hari ini sangat mempengaruhi hasil Pilkada Juni 2018 mendatang. Kota Malang sebagai poros utama informasi Jawa Timur menjadi incaran semua partai politik untuk memenangkannya. Pemilihan Walikota merupakan kompetisi demokrasi yang menentukan manakah parpol yang paling eksis di puncak tahun politik 2019. Sistem terbaru perhitungan suara Pemilu akan menyebabkan partai-partai menengah ke bawah agresif menggalang suara.

Dalam kalkulasi awal, partai banteng paling memenuhi syarat menjadi pemenang Pilkada kota Malang dengan pertimbangan :
  • Pemenang pemilu (2014) dengan perolehan suara 11 kursi DPRD;
  • Satu-satunya partai yang memiliki pengurus lengkap hingga di struktural anak ranting (tingkat RW);
  • Memiliki basis massa loyal bahkan fanatik;
  • Cara pemenangan 'gotongroyong' terbukti efektif diterapkan di Malang (kab Malang yang hampir mengalahkan incumben) dan menaikkan Dewanti di KWB; 
  • Ideologi PDIP sesuai dengan kultur sosial Malang yang mayoritas 'abangan';
  • Secara nasional PDIP sedang berkuasa (Presiden dan beberapa Menteri utama berangkat dari kandang banteng).
Kalkulasi politik di atas sedikit berubah semenjak terkuaknya skandal APBD/Proyek oleh gebrakan KPK di kota Malang : beberapa elit termasuk MAW (ketua DPRD (mantan) dan juga Ketua DPC PDIP Kota) ditetapkan sebagai tersangka dan puluhan anggota dewan diperiksa secara maraton (paling banyak kader banteng). Kandidat terkuat intern MAW undur diri dari proses penjaringan bacalon Walikota Malang.

Atmosfir politik di kota Malang pun berbalik, beberapa parpol yang semula tidak percaya diri pun mulai membuka penjaringan, bersiap-siap menyalip laju banteng yang mulai berjalan stagnan. Kondisi objektif yang dihadapi banteng adalah :
  • Publik makin apatis pada elit politik, PDIP menjadi sasaran utama apatisme publik;
  • Elit banteng kota Malang kehilangan konsentrasi dalam menghadapi pilkada, karena semua sibuk mengantisipasi "peluru-nyasar" KPK;
  • Ada potensi perpecahan internal dan rasa saling curiga;
  • Bermunculan beberapa calon lawan dari partai lain yang siap menekuk banteng yang terluka oleh opini miring publik;
  • Pada kondisi seperti saat ini, dengan media sosial sebagai salah satu wahana, sangat mudah menghancurkan elektabilitas PDIP.
Apakah PDIP lalu melepas konsentrasi pada Pilkada demi menyelamatkan agenda jangka panjang partai? Banteng masih tetap memegang kunci kemenangan Pilkada dengan syarat konsolidasi internal yang harus dipimpin langsung oleh DPP melalui pembina dapilnya. Bahwa DPD (Jatim) tidak akan bisa mengatasi krisis ini sendirian karena situasi dalam berbeda dari sebelumnya.

Meski tidak rasional, masih ada desasdesus yang berhembus bahwa elit DPD/C sedang menumpangi situasi kisruh ini untuk skenario politik tertentu. Dikaitkan, jabatan ketua DPRD yang ditinggalkan MAW sangat menggoda para kader. Demikianpun dengan posisi Ketua DPC yang pasti juga akan dievaluasi bakal menjadi rebutan. Jika tidak segera dipadamkan maka semua sassus yang menerpa banteng berpotensi membuyarkan konsentrasinya pada pilkada yang tinggal 9 bulan lagi.

Agenda terdekat PDIP adalah memutuskan siapa yang bakal menjadi Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Malang. Proses penjaringan terbuka sudah dilakukan mulai dari tingkat DPC, yang dilanjutkan ke tingkat DPD dan DPP. 

Padahal daerah lain sudah banyak melakukan fit and proper test di DPP (Jakarta), bacalon dari kota Malang justru belum diundang uji calon di DPD (Jawa Timur). Agar goal pada tujuan politiknya ada baiknya PDIP mempercepat proses penjaringan, survey elektabilitas dan kajian potensi calon. Jika masih jalan ditempat, banteng akan ketinggalan. (*red).