Jika Incar N-2 Konvensi Banteng Terancam Kandas

Ilustrasi tikungan dari : imgrab.com
JurnalMalang – Pada saat DPC PDIP masih melakukan proses penjaringan bacalon Kepala Daerah Kota Malang yang berhasil menjaring 4 orang bakal calon Walikota dan beberapa calon Wawali, beberapa hari lalu (23/7/2017) rombongan dari DPC PDIP yang dipimpin Arief Wicaksono (ketua DPC) berkunjung ke Abah Anton (Incumben/Walikota).

Spekulasi pendapat berkembang, kunjungan ini diduga sebagai langkah menggiring PDIP membangun koalisi dengan Abah Anton. Jika dugaan ini benar maka hanya ada satu kesimpulan: PDIP sebagai pemenang Pemilu akan rela mengalah untuk menjadi Wakil Walikota dari Abah Anton yang dipastikan maju lagi sebagai calon N1.

Kunjungan rombongan struktural PDIP ke Abah Anton pada momentum lobi-lobi jelang rekom pilkada pada satu sisi tidak melanggar aturan politik manapun namun tidak strategis pada sisi yang lain karena dua alasan :

Pertama, PDIP sebagai pemilik suara tertinggi (11 kursi legislatif) memiliki nilai tawar yang juga tertinggi sehingga tidak tepat untuk mendatangi Ketua Partai yang hanya memiliki enam kursi. Sebagai satu-satunya parpol yang bisa mengusung calon tanpa harus koalisi, PDIP lebih layak menunggu tamu/pelamar ketimbang merendah dengan safari politik.

Sudah menjadi tradisi di PDIP, bahwa di daerah dimana banteng menang pemilu (seperti di Malang Raya) maka PDIP harus prioritaskan maju untuk Walikota (N1), bukan menjadi wakil dari partai bersuara lebih rendah. Ketua Umum, Megawati SP pernah menegaskan hal tersebut di sebuah forum tinggi partai.

Kedua, DPC PDIP Kota Malang sudah melakukan penjaringan terbuka, dimana sudah ada empat bacalon Walikota yang sudah melengkapi berkas. Jika DPC PDIP membuka komunikasi dengan parpol lain untuk posisi N2, maka dapat dipastikan penjaringan para Calon Walikota yang sudah dilakukan hanya sekedar formalitas dan mereka hanya dimanfaatkan untuk menyempurnakan permainan konvensi; maka tahapan penjaringan tidak relevan untuk dilanjutkan. Padahal para calon yang mendaftar di PDIP tersebut mempertaruhkan nama, keseriusan dan membayar biaya konvensi 25 juta. Mereka adalah Gandung Rafiul NH (Akademisi/swasta), Sutiaji (Wakil Walikota), Wahyu ES (Swasta/Aktifis) dan Arief Wicaksono (Ketua DPRD/DPC).

Langkah terbaik yang perlu dilakukan PDIP adalah, fokus melanjutkan proses penjaringan sesuai jadwal; fit and proper test; survey dan tahapan lainnya sampai pada keputusan final siapa yang paling layak menjadi calon Walikota dan calon wawali dari banteng kota Malang. Jika penjaringan calon sudah dilakukan maka skenario lain di luar itu hanya akan membuat PDIP tidak dipercaya dan berpotensi menimbulkan konflik dikemudian hari.

Di Pilkada kota Batu awal 2017 lalu PDIP berhasil menjadikan Dewanti Rumpoko sebagai Walikota Batu melalui gotong royong. Di kabupaten calon PDIP kalah terhormat dari incumbent Rendra Kresna yang hampir kandas dan di kota Malang banteng sangat berpeluang merebut kembali kursi balaikota Malang. Bernyalikah ? (red-1).