Menang Pilkada Batu, Dewanti Lunasi "Hutang-Politik" ER di PDIP

ER - Dewanti / ft-fb
JurnalMalang - Perhelatan pesta demokrasi di kota Batu (15/2/17) sudah berakhir. Hasil perhitungan sementara menunjukkan keunggulan paslon nomor 2 unsur petahanan Dewanti - Punjul dengan taksiran perolehan suara 43 % -jauh di atas paslon lainnya yang hanya berkisar antara 17 - 21 %.

Dengan demikian, Dewanti yang merupakan istri Walikota Eddy Rumpoko akan meneruskan kepemimpinan sang suami yang sudah 10 tahun menduduki Balaikota Among Tani. Sementara Punjul Santoso yang merupakan Wakil Walikota akan menggenapi jabatannya menjadi 2 periode. PDIP Batu bisa mendapatkan catatan khusus DPP karena selama 10 thn+ 5thn kadernya mengamankan posisi Walikota + Wakil Walikota.
-------------------
Pasangan calon 1 Rudi - Sujono Djonet yang meraih posisi kedua merupakan paslon 'asli wong mbatu', sudah berjuang maksimal dan meraih dukungan yang cukup signifikan terutama di kecamatan Bumiaji yang merupakan tanah kelahirannya. Mereka berhasil 'mengganggu' denyut jantung para anggota koalisi besar yang digalang PDI Perjuangan Batu.

Demikian pula dengan paslon independen nomor 4 Abdul Majid - Kasmuri sudah berusaha keras meraih dukungan dan berhasil mendulang suara besar di kecamatan Batu. Meskipun hampir tanpa dana politik paslon 4 yang juga asli mbatu ini sukses menjaring suara idealis dan pemilih yang krisis kepercayaan pada parpol.

Paslon 3 Gus Din - Angga juga patut di apresiasi bisa mendapatkan suara yang cukup besar di daerah yang dianggap paling primordial di Malang Raya ini. Hendra Angga yang masih sangat muda memiliki peluang besar ke depannya, sementara Gus Din bisa menatap pilbub kabupaten Malang tahun 2020.

Paslon 2 Dewanti-Punjul (Denpul) yang merupakan jagoan banteng berhasil menyelamatkan muka PDIP di Malang Raya yang pada tahun 2013 di kalahkan "duet dadakan" Abah Anton-Sutiaji dan politik pecah-suara oleh koalisi "Garda Pancasila" yang mendukung Bunda Heri Pudji - Sofyan Eddy.

Lalu kekalahan beruntun di alami di kabupaten Malang (2015) dimana Dewanti takluk oleh Rendra Kresna. 5 tahun sebelumnya Rendra juga mengalahkan jago PDIP yang kala itu mengusung Cabub M. Geng Wahyudi.

Kegagalan PDIP di kota Malang tahun 2013 ikut melibatkan ER yang kala itu menjadi plt.Ketua DPC PDIP kota Malang yang ditinggalkan Peni Suparto pasca dipecat dari PDIP. Demikian pula di kabupaten tahun 2015 dimana peran ER sebagai plt.Ketua DPC PDIP Kabupaten. Eddy Rumpoko adalah tokoh yang dua kali menjadi plt di daerah rawan konflik politik dan mengalami kekalahan.

Tapi, tahun 2017 ini "utang politik" Dewanti dan ER sudah di bayar lunas dengan kemenangan di kota wisata terbesar Jatim ini. ER yang akhir-akhir ini galau oleh berbagai pesimisme dan polemik hukum Balaikota kini harus bergembira dan boleh berkoar-koar. Bahwa dinasti ini masih berjaya dan memiliki kekuatan dengan bukti nyata 43 % suara di kota yang masyarakatnya relatif mandiri secara politik.  Sudah saatnya naik pangkat dari dinasti lokal menuju regional. Kata lainnya adalah, distribusi SDM politik Malang Raya untuk Jawa Timur dan Malang adalah basis politik terbesar nomor 2 di Jawa Timur. ER boleh mengklaim dirinya sebagai salah satu SDM politik yang mewakili Malang Raya.

Kebahagiaan Eddy Rumpoko - Dewanti bukan semata pada keberhasilan meriah jabatan Walikota Batu, melainkan pada keberhasilannya memberi bukti pada PDIP yang mempercayainya (juga meragukannya) dan menyelamatkan muka banteng yang babak belur di pilkada kota dan kabupaten Malang. 

DPD PDIP Jatim bisa mengambil untung dari keberhasilan Dewanti di Batu, dengan menyodorokan fakta kepada DPP bahwa garapan mereka di Jatim berhasil gemilang. Sehingga DPD layak mengambil peran maksimal untuk menjaring bacaGub Jatim. Pada konteks ini nama Dewanti bisa moncer sebagai sinar baru di kalangan elit DPD Jatim.

Seandainya Dewanti gagal maka sangat mungkin karir politik dinasti ER akan tamat dan kaderisasi terhadap penerus, Putri Mahkota Ganis (misalnya) akan menghadapi jalan terjal. Tetapi kini, ER sudah bisa berbicara tentang Malang kota bahkan menatap bursa PILGUB Jatim yang sebentar lagi memasuki masa pemanasan. Suara dan wibawa Eddy Rumpoko akan lebih berbobot dibanding sehari sebelum Pilkada Batu.

Dengan kemenangan ini ER akan didengarkan DPP, dan sang mentor seperti Ahmad Basarah dan Sri Untari (termasuk Kusnadi) akan kecipratan sanjungan dari yang mulia Ketua Umum, karena pilkada ini sangat prestise satu-satunya di Jawa Timur tahun 2017 ini. Satu hal yang bisa menggambarkan cara ER di Batu: tipe politisi yang berpikir praktis; bahwa dalam setiap permainan ada 'waktu-waktu' khusus dan cara khusus untuk menentukan kemenangan tanpa harus menjadi playmaker yang berpikiran rumit. Ibarat main bola, dia lebih suka adu pinalti ketimbang pertarungan panjang yang melelahkan.
---------------------------------------------
Akhirnya.... Sekeras apapun persaingan dan sekotor apapun strategi yang dimainkan, itulah realitas politik kita saat ini. Di saat masyarakat belum sepenuhnya dewasa secara politik maka hampir tidak ada cara yang kategori "haram" dalam merebut kemenangan -semua dihalalkan oleh ambisi. Semua cara lazim asal tidak terbukti. Politik kotor yang ketahuan hanyalah kecerobohan dan belum tentu salah.

Namun, pilkada sudah usai. Game demokrasi sudah tamat. Yang menang jangan menghina yang kalah jangan membenci. Semua proses ini mengandung banyak pelajaran bagi siapapun yang mau belajar (red).