NANDI PADA CANDI STHIRANGGA: Patung Wahana Dewa Siwa Tertua di Nusantara

Oleh: M. Dwi Cahyono (Arkeolog & Sejarahwan)

M. Dwi Cahyono (Peneliti Sejarah & Arkeolog)
Sejauh jejak ikonografi yang berhasil diketemukan, arca Nandi pada situs Candi Gunung Wukir (Sthirangga) di Dusun Canggal Desa Kaliluwih Kecamatan Salam Kabupaten Magelang adalah 'arca Nandi tertua' di Jawa', malahan di Nusantara. Setidaknya telah dibuat pada sekitar tahun 732 Masehi -- tarikh Prasasti Canggal. Sebagaimana lazimnya pada pola penempatan arca menurut lay out (tata letak) candi Hindu sekte Saiwa, arca Nandi ini pun ditempatkan di dalam garbagrha (bilik utama) Candi Perwara bagian tengah -- kini tinggal komponen arsitektur batur dan kaki candinya, tepat di depan Candi Induk yang juga tinggal batur dan kaki candinya.

Menilik posisinya itu, arca Nandi ini masih in situ. Gambaran serupa dijumpai di Candi Perwara agian tengah Candi Badut -- kini di relokasi ke halaman candi sisi barat, dan pada masa yang sedikit lebih muda (medio abad IX Masehi) dijumpai pada Candi Nandi -- sebutan untuk Candi Perwara bagian tengah, tepat di depan candi induk Siwa -- di kompleks Candi Prambanan. Arca ini relatif bersahaja, yang tidak dilengkapi dengan genta (gantha) perunggu atau rangkaian klinthingan yang dikalungkan di lehernya. Catatan: bandingkan dengan arca Nandi dari kawasan arkeologis Singosari -- kini menjadi koleksi Museum Nasional Jakarta, yang digambarkan lebih raya akan properti lembu sebagai wahana dewata, seperti rangkaian klinthingan dan pelana yang amat ornnamentik.

Sebagian besar arca Nandi dipahatkan secara naturalistik dalam bentuk binatang penuh, yaitu lembu jantan, sebagai lambang kesuburan. Namun demikian, ada beberapa diantaranya, seperti arca Nandi koleksi Museum Nasional Jakarta (asal Dataran Tinggi Dieng) dan situs Candi Sumber Agung pada tepi Kali Pitih di Kabupaten Blitar, yang digambarkan secara antropomorfis dalam wujud manusia setengah lembu. Hal ini berlainan dengan pengarcaan wahana Dewa Wisnu, yaitu Garudeya, yang senantiasa digambarkan secara antropomorfis dalam wujud manusia setengan garuda.

Fenomena lainnya adalah bahwa pada situs-situs candi Hindu-Siwa kebanyakan Nandi -- sebagai wahana (kendaraan) Dewa Siwa -- tidak digambarkan tengah ditunggangi oleh Siwa. Hanya ada beberapa arca yang menggambarkan Siwa tengah mengendarai Nandi, antara lain pada arca Nandi koleksi Museum Nasional tersebut. Selain itu terdapat arca Siwa (tepatnya arca Ardharaneswari, yaitu arca separoh Siwa separoh Parwati daoam satu yunuh) yang digambarkan tengah mengendai Nandi. Konon berjumlah sepasang dan ditempatkan sebagai pipi tangga (balustrade) para Candi Tegowangi di Pare Kabupaten Kediri. Cacatan: salah sebuah diantaranya kini menjadi benda koleksi Museum Airlangga di Kota Kediri, adapun sebuah lainnya berada di halaman candi Tegowangi sisi selatan.

Syukurlah kita masih nerkesempatan untuk menjumpai arca Wahana Dewa Siwa dari periode Awal Mataram ini. Semoga arca berbentuk Lembu Jantan berpunuk tinggi dalam posisi bersimpuh (ndekem) di atas pedestal berbentuk persegi panjang dari batu andesit, yang hingga kini terbilang 'masih utuh' tersebut -- hanya sepasag tanduknya yang telah rompal -- senantiasa dalam kondisi lestari, dan menjadi media pembelajaran Sejarah Budaya Nusantara Masa Klasik. Marilah kita 'sapa; jejak budaya luhur Nusantara kita ini dengan setidaknya menguunginya.

 Meski ringkas, semoga memberi tambahan widya..
Salam budaya 'Mataramjayati"..
Nuwun.
PATEMBAYAN CITRALEKHA, 14 Oktober 2016
(Sumber : Dwi Cahyono)