ANALISA HASIL PILPRES 2014 DI MALANG RAYA

Penetapan hasil Pilpres oleh KPU RI usai sudah. Malang Raya menjadi salahsatu zonakunci yang menentukan kemenangan salahsatu pasangan calon karena populasinya yang besar. Lebih dari yang kami duga, Pasangan Jokowi - JK meraih suara amat tinggi di Malang Raya bahkan di basis terbesar dan pusat kekuasaan Koalisi Merah Putih sekalipun (Kabupaten). Kami akan analisa hasil Pilpres di Malang Raya, berdasarkan data dan analisa sebelum Pilpres, informasi, riset sebelumnya dan juga opini terbaru yang berkembang baik dari kubu Jokowi-JK maupun dari kubu Prabowo-Hatta.

Mari kita cermati hasil Pilpres di Malang Raya berikut ini dengan keterangan nomor urut 1 = Prabowo-Hatta dan nomor urut 2 = Jokowi-JK:
A. KOTA MALANG: 1. 182. 128 (40.20%) - 2. 270. 971 (59.80 %)
B. BATU : 1. 46. 979 (39.14 %) - 2. 73. 055 (60.86 %)
C. KABUPATEN MALANG : 1. 549. 623 (38,84 %) - 2. 865. 641 (61.16 %)

A. Kota Batu
Kota yang berpenduduk paling sedikit di Malang Raya ini sedang dipimpin oleh Walikota Edi Rumpoko (ER) dari PDI Perjuangan. Sangat wajar Jokowi-JK bisa meraup suara besar apalagi putri ER (Ganis R) bergerak sangat total untuk jagonya bahkan merambah hingga ke kota Malang. Ada semacam motivasi khusus yang menggerakkan kodew ngalam ini. Bisa dikatakan, Ganis adalah pemain terbaik di pertarung pilpres Malang Raya; muda, energik, narsis dan lumayan militan. Kalau seandainya DPD dan DPP PDIP melakukan evaluasi di Jatim maka Ganis patut di perhitungkan jasa dan potensinya, sebagai sobat muda banteng yang diorbitkan menjadi pemimpin Malang ke depan. Tapi sudah menjadi budaya politik PDIP, cenderung menunggu petunjuk Bu Ketum "opo jare Mega." Progress report bagus belum tentu masuk hitungan.

B. Kota Malang
Selisih suara di kota tidak separah Batu dan Kabupaten. Meski kalah, tim Prabowo Kota patut diacungi jempol, mampu meredam lonjakan suara Jokowi-JK padahal Walikota Malang (Anton) adalah Ketua DPC PKB yang dukung Jokowi. Kota Malang adalah pangkalan utama Banteng dan PKB namun pasangan Prabowo terpaut hanya 59.80%-40.20%. Jelas juga pengaruh suport dari tim sukarelawan yang bergerak di luar Koalisi Parpol yang juga ikut berkorban tenaga dan dana sendiri.

C. Kabupaten Malang
Kondisinya sangat parah. Selisih 61.16% - 38.84% untuk kemenangan Jokowi-JK. Padahal Bupatinya Rendra Kresna adalah dari Golkar dan Wakil Bupatinya (Subhan) Ketua DPC Gerindra. Tim Jakarta semula amat berharap dulangan suara besar dari kawasan yang ber-DPT 2,3 juta suara ini, namun apalacur kinerja timsesnya hancur dan jelas Bupati sebagai penguasa yang harusnya mampu menggerakkan sistem tidak serius bekerja. Bandingkan ketika dulu PILEG, jaringan Bupati sukses memenangkan anak Bupati (Dewa) menjadi DPR-RI dari NASDEM (Nah Lho) sekaligus menyukseskan Ridwan Hisyam (Golkar) melaju ke Senayan. Giliran Pilpres langsung enggan. Bila pasca Pilpres ada evaluasi internal partai maka Kabupaten Malang dalam bidikan khusus ARB dan Prabowo08.

Beberapa Faktor yang menyebabkan Jokowi-JK menang telak dari Prabowo-Hatta di Malang:
  • Timses Jokowi-JK tidak hanya mengandalkan kader Parpol tetapi lebih banyak kelompok Relawan-relawan seperti Projo, Bara JP, Jaringan4JKW dst. Eksistensi mereka jelas dan terprogram.
  • Barisan Relawan Jokowi di Malang terbentuk jauh lebih dulu dan telah bekerja lebih awal dibanding timses Prabowo-Hatta terbentuk jelang-jelang pemilu.
  • Pendukung Jokowi lebih kreatif (mis. sablon kaos / sticker sendiri di rumah2 warga), lebih rutin koordinasi dan lebih aktif di media sosial Malang Raya.
  • Relawan Jokowi-JK lebih mendapat perhatian dari struktural/ anggota DPR PDIP, relawan Prabowo sebatang-kara diabaikan oleh Gerindra maupun PAN yang punya hajat.
  • Atribut Jokowi lebih merata dan trennya masuk kampung masuk gang-gang sempit, atribut Prabowo hanya di jalan utama.
  • Anggota DPR-DPRD pendukung Jokowi lebih aktif turun lapangan dan mau keluar dana dibanding anggota DPR dari kubu Prabowo. Coba bandingkan antara gerakan Ahmad Basarah - Andreas ES (PDIP) dengan Moreno Suprapto - Totok Dharyanto (Gerindra - PAN).
  • Logistik gerakan (apapun bentuknya) Jokowi jelas nyampe ke rakyat, logistik Prabowo tidak jelas adanya dan cenderung nihil.
  • Dst.
Salahsatu faktor utama kekalahan juga adalah lemahnya peran Rendra Bupati Malang dan terutama Subhan Wakil Bupati Malang. Bandingkan dengan ketua relawan mandiri seperti Peni Suparto (Ketua Red Army) yang rela keliling ke mana-mana, biayai iklan media sendiri dan mau keluar dana gerakan dari kantong pribadi ratusan juta rupiah untuk pasangan Prabowo-Hatta padahal tidak punya kepentingan politik apapun. Konon, menurut info dari beberapa sumber, sebelum pelaksanaan Pemilu telah turun dana politik dari timses Jakarta untuk gerakan Prabowo-Hatta sejumlah 10 miliar rupiah! Menurut info Dana tersebut dibawa oleh Morenno S dan diserahkan kepada Subchan timses Kabupaten.

Kalau info tersebut benar maka sebaiknya pihak Tim Jakarta (yang telah lalai dan tidak cerdas) melakukan evaluasi dan kroscek tanggungjawab penggunaan dana tersebut. Sebab kenyataannya, timses Prabowo-Hatta Malang raya sangat minim dana, minim aksi, atribut lebih sedikit dan wajar suaranya jeblok memalukan. Patut diduga telah terjadi penyelewengan anggaran.

Meski harus menunggu segala proses misalnya sengketa pemilu dan pelantikan, Selamat untuk Pasangan Jokowi-JK dan Bersabarlah untuk Prabowo-Hatta yang juga menjadi bagian penting dari sejarah politik bangsa Indonesia.
Demikian analisa sementara tim riset.