Malang Creative Center, Pemberdayaan Ekraf - UMKM di 'Era Baru, 4.0'

Malang Creative Center (MCC) / malangkota.go.id
JurnalMalang, Kajian - Kota Malang kini memiliki Malang Creative Center (MCC), gedung besar 8 lantai, yang telah rampung dibangun tahun 2022 ini. Gedung multifungsi sebagai wahana inovasi, edukasi, galeri dan promosi sektor Ekonomi Kreatif dan UMKM Kota Malang. Selain itu, digunakan untuk fasilitas komersil seperti swalayan, bioskop, hotel dan lainnya.

Di tengah ketatnya persaingan kota-kota besar membangun fasilitas inovatif, dalam mengimbangi zaman yang sedang berubah yang kita kenal dengan istilah era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, kehadiran MCC ini dapat dikatakan sebagai capaian baru bagi Makota yang identik dengan 3 aspek strategis yang jarang dimiliki daerah lain: pendidikan, industri dan pariwisata. 

Kota Malang merupakan pusat pendidikan tinggi terbesar di Jawa Timur, bahkan salah satu yang terbesar di Indonesia, dan daerah perlintasan industri - pariwisata Malang Raya. Pasca Pandemi, arus investasi akan kembali merapat ke Kota Malang 

Dari beberapa indikator makro, Malang tak lama lagi akan menjadi kota metro yang berkembang pesat. Kemudahan akses transportasi telah ditunjang oleh masuknya jalur tol dari arah Surabaya dan tol Pantura, exit tol yang berbatasan langsung dengan Balearjosari Makota dan Madyopuro - Cemorokandang. Rencananya jalur tol tersebut akan berlanjut hingga Blitar dan seterusnya, melewati Malang selatan. 

Di pinggir selatan Kabupaten Malang telah dibangun Jalan Lingkar Selatan (JLS) yang informasinya akan tembus Pacitan hingga Jawa Barat, melalui pinggir selatan pulau Jawa. Jika Malang Barat ditingkatkan jalur transportasi sebagaimana yang telah terjadi di selatan dan utara, maka Malang akan dikalungi oleh akses jalan-jalan utama, yang pasti akan memikat masuknya arus investasi skala besar.

Gelombang investasi sebetulnya sedang menggeliat, terutama di pinggir dan perbatasan Makota. Misalnya beberapa perusahaan asing (PMA) telah memborong lahan dan membangun industri di selatan Arjowinangun (Bululawang), Investasi Ciputra di Malang Timur, dan sejumlah properti besar di kawasan perbatasan barat, timur maupun utara. Sektor perhotelan dan kuliner semakin meningkat di tengah kota. Semakin deras arus investasi yang masuk, maka semakin besar pula potensi peningkatan angkatan kerja, geliat ekonomi dari pertukaran barang dan jasa dan putaran uang di Kota Malang pun makin besar.

Tetapi, gelombang investasi (terutama dari pemodal besar) rentan diikuti tersisihnya pelaku ekonomi bermodal kecil seperti UMKM/UKM. Toko modern / Swalayan Jaringan terhadap toko kelontong, atau Transportasi Online terhadap Angkot/ Ojek konvensional adalah contoh di antara banyaknya usaha kecil rakyat yang tergusur oleh pemodal kakap yang menguasai teknologi. Nah, inilah salah satu misi yang diemban MCC: mendukung, mengamankan, memperkuat dan mengembangkan ekonomi kerakyatan Kota Malang dalam era yang sedang berubah. Yaitu dengan fasilitas, pembinaan, akses permodalan dan bagaimana agar ekonomi kerakyatan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Bagaimana cara MCC mewujudkan misi besar tersebut?

Ada beberapa masukkan yang dapat dijadikan pertimbangan oleh penyelenggara manajemen MCC:

Pertama, pendataan dan maping pelaku Ekonomi Kreatif (Ekraf) dan UMKM Kota Malang yang benar-benar serius dan layak didukung. Bahwa sektor kreatif di Kota ini sangatlah potensial. Dari semua itu, dijaring secara adil dan diseleksi berdasarkan aturan yang berlaku, dan wajib memenuhi regulasi yang telah ditetapkan. Kemudian dihadirkan sebagai bagian dari pelaku pasar potensial di MCC, yang harus beradaptasi dengan tren pasar. MCC dapat bersinergi dengan BPS dalam rangka pendataan potensi industri dan perdagangan ekraf di Kota Malang.

Kedua, fasilitator pengembangan Ekonomi Kreatif dan edukasi UMKM Kota Malang. MCC selain menyediakan tempat usaha, juga menfasilitasi berbagai edukasi kewirausahaan rakyat, koperasi dan mencetak wirausaha muda. Maka fasilitas workshop yang representatif harus disediakan. Pelatihan dan pembinaan ini tidak hanya pada subsektor Ekraf saja, tetapi juga bagi pelaku pasar rakyat yang berada di luar MCC. Misalnya, bagaimana mendukung pedagang pasar-pasar tradisional, pedagang kelontong rumahan agar mampu bersaing dengan gempuran toko-toko modern, dengan memanfaatkan perangkat-perangkat dan aplikasi bisnis modern. MCC harus menjadi pusat riset, kajian dan pusat pembinaan bagi segenap pelaku usaha rakyat Makota baik yang ada di dalam maupun di luar MCC, dengan berbagai program-program kreatif. Di MCC dapat menjadi wahana bertemunya masyarakat / UMKM-UKM binaan, SDM kampus, pemerintah dan lembaga pembiayaan seperti perbankan dan investor.

Ketiga, menjadi pusat promosi bisnis, pendidikan dan kepariwisataan. MCC dapat menjadi sentral promosi seluruh ekraf dan UMKM baik yang ada di dalam maupun di luar MCC, dengan wahana pameran produk, galery karya dan aplikasi promosi berbasis digital seperti membangun website khusus MCC online: gudang dan galery digital ekraf dan UMKM Kota Malang.

Sebagaimana kita ketahui bersama, di Kota Malang banyak sekali home industri yang jarang dipromosikan secara kolektif. Banyak yang eksis dan ada juga kalah saing dengan industri besar. Dari industri keramik (Dinoyo dan sekitarnya), raket (Bandungrejosari), aneka kerajinan (Balearjosari), alat musik (Mergosono), boneka (Bumiayu), grafis design dan ofset (lingkar UB), budidaya bunga (splindit), topeng Malangan (Warga Binaan Sosial, Tlogowaru) dan ratusan lainnya. Mereka perlu diberi ruang edukasi, promosi dan supervisi oleh Pemerintah di MCC. Di sana juga mereka dapat saling tukar informasi dan saling sharing ide.

Keempat, fasilitator permodalan. Setelah berhasil dipromosikan, salah satu kendala pelaku usaha rakyat adalah modal. Maka di MCC dapat menjadi sarana bertemunya Perbankan dengan pelaku usaha yang tentunya harus memenuhi syarat. Di sana juga menjadi wahana bertemunya lembaga pembiayaan alternatif seperti CSR perusahaan dan lainnya. MCC juga menyediakan ruang bagi dunia akademik untuk memberikan ilmunya kepada masyarakat sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruang Tinggi.

Kelima, Expo Ekraf-UMKM, perlu digelar rutin setiap tahun dalam rangka menggairahkan aktivitas ekonomi kreatif dan UMKM dalam MCC, dengan mengikutsertakan: Ekraf, UMKM, pelaku bisnis menengah dan besar, inovasi terbarukan, Perguruan Tinggi, LKP dan lainnya. Dalam penyelenggaraannya MCC dapat menggandeng sponsor dan mengundang motivator usaha. Kolaborasi ini dapat mempercepat perkembangan ekonomi kerakyatan Kota Malang.

Keenam, MCC mendukung dan mempromosikan Green Industri / Teknologi Hijau. Ini penting dalam menjaga marwah MCC sebagai aset rakyat, yang harus berorientasi pada ekonomi, industri dan teknologi yang ramah lingkungan. Mulai dari halaman, sistem pengelolaan limbah, teknologi yang digunakan, hingga kemasan barang diupayakan ramah lingkungan, seperti mengurangi penggunaan plastik dan hemat energi. Ini akan menjadi ciri khas MCC, yang tidak dimiliki oleh mall-mall komersial dan lainnya. MCC menjadi pusat inkubasi bisnis kerakyatan yang proklim dan ramah lingkungan.

Itulah enam poin yang menjadi bahan masukan untuk Malang Creative Center (MCC) Kota Malang.  Bahwa komposisi pemanfaatan ruang MCC, sebagai Public Service (yang dikelola oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan atau DISKOPINDAG) dan Ruang Komersial oleh Perumda Tugu Aneka Usaha (Tunas) Kota Malang, sudah tepat. Bagaimana agar beban sewa UMKM terjangkau, dan ketersediaan ruang komersil bagi pelaku usaha lainnya dapat menunjang pembiayaan operasional rutin MCC. Jikapun, dalam beberapa tahun awal masih dibebankan pada APBD, Kota Malang mengambil manfaat pada aspek pembinaan dan pengembangan ekraf dan UMKM Kota Malang.

Kata kunci dalam pengelolaan MCC adalah: profesionalitas, kreatifitas dan kemanfaatan untuk masyarakat Kota Malang. **

Editorial J.M.