Angka Kematian Covid-19 Lampaui Persentase Nasional, Kota Malang Harus Tingkatkan Edu-Sosialisasi dan Instalasi Rawat Inap

Ilustrasi / who

JurnalMalang – Laju pandemi di kota Malang Jawa Timur belum juga menunjukkan tanda-tanda menurun. Sebaliknya angka kematian pasien Covid-19 di kota terbesar kedua di Jatim ini lebih tinggi dibandingkan persentase secara nasional.

Dikutip dari VivaNews.co.id,  Juru Bicara Satgas COVID-19 Kota Malang, Husnul Muarif, menyebut angka kematian di wilayahnya sebesar 8 persen, sedangkan nasional 4,1 persen. 

"Angka kematian 8 persen. Jadi kan mengukur tingkat kematian itu adalah berapa jumlah positif, rumusnya adalah jumlah COVID-19 positif meninggal dibagi dengan positif COVID-19, hasilnya sekitar 8 persen," kata Husnul, 11/9/2020 seperti dimuat Viva.

Jumlah pasien positif Covid-19 di Kota Malang sesuai data Jumat malam, sebanyak 1.568 orang dinyatakan positif. Sebanyak 1.032 orang dinyatakan sembuh, 396 orang dalam perawatan, dan 140 orang meninggal dunia. Setiap hari data terbaru selalu dirilis oleh Pemkot Malang secara transparan melalui akun resmi media sosialnya.

Pada saat yang sama, data pasien positif COVID-19 nasional, 210.940 orang dinyatakan positif, 52.179 orang dalam perawatan, 150.217 orang dinyatakan sembuh, dan 8.544 orang meninggal dunia. Persentase kematian nasional sebesar 4,1 persen.

"Memang masih lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Timur. Karena beberapa hal, sebagian besar penyebab kematian di Kota Malang terkonfirmasi itu adalah yang mempunyai penyakit penyerta atau komorbid. Seperti hipertensi, kemudian kencing manis, gangguan pada jantung, ginjal, dan stroke," lanjut Husnul.

Menurutnya, penyebab lain yang membuat angka kematian di Kota Malang tinggi karena banyak pasien yang datang sudah dalam kategori berat atau terlambat. Hal ini berdasarkan laporan dari seluruh rumah sakit di Kota Malang, sehingga saat ditangani nyawa pasien tidak tertolong.

"Datang ke layanan sudah dalam taraf berat atau boleh dikatakan terlambat. Masyarakat yang datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan berat. Sehingga ini yang menjadi faktor banyak meninggal di UGD saat stabilisasi maupun pada saat sudah masuk di ruangan," tutur Husnul masih dikutip dari Viva.

Beberapa pihak memandang akses dan kapasitas layanan rawat inap untuk pasien Covid masih belum seimbang jika dilihat pada jumlah penduduk kota Malang yang hampir 1 juta jiwa, belum termasuk ratusan ribu mahasiswa luar kota yang berdomisili di Malang Kota.

Penting mempertimbangkan kebijakan penambahan fasilitas berupa RS Rujukan Covid dan atau fasilitas layanan rawat inap yang lebih mumpuni untuk pasien reaktif dan gejala berat, dibanding masyarakat melakukan isolasi mandiri tanpa pengawasan langsung petugas medis. Bisa jadi, penderita yang belum parah enggan ke RS Rujukan karena minimnya pemahaman akan ketersediaan kamar rawat inap.

Menghadapi Pandemi Covid19 ini memang amat berat bagi semua pihak terutama aparat dan petugas medis. Sehingga yang tak kalah penting adalah, agar masyarakat tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan, menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan apabila merasakan gejala tertentu yang mengarah ke gejala awal Covid, agar sesegera mungkin memeriksakan diri di layanan kesehatan rujukan pemerintah seperti di RSSA. **