Melalui Buku, Ebes Inep Ungkap 'Rahasia' Terbesar Situs Purba Gunung Padang

Susunan Tangga kuno karya manusia purba gunung Padang
JurnalMalang - Sejarah dan kisah lama menjadi topik diskusi hangat di acara Peluncuran Buku "Pancasila Dasar Negara Sudah Final" karya Drs. Peni Suparto, M.AP di Hotel Regents Park kota Malang, rabu malam lalu (23/08/2017).

Acara tersebut dirangkai dengan Diskusi Kebangsaan yang menghadirkan Cendekiawan Muslim dan mantan Rektor UIN Maliki Prof. DR. H. Imam Suprayogo dan Peni Suparto selaku penulis buku. Lebih dari dua ratus undangan lintas elemen antusias mengikuti jalannya diskusi sampai selesai.

"Semua konflik besar dalam sejarah masa lalu disebabkan pertikaian politik, bukan karena perbedaan suku ras dan agama. Bahwa perbedaan itu sesuatu yang indah dan pasti ada maka tidak logis dijadikan alasan untuk bertikai." ungkap Peni Suparto. 

Mantan Walikota Malang dua periode ini juga memaparkan berbagai hal tentang konflik di masa kerajaan dan bagaimana kearifan budaya berhasil mengatasi konflik tersebut dengan damai. Di masa Majapahit pernah ada potensi konflik besar antara penganut Hindu Syiwa dengan Buddha. Namun berhasil diredam dengan pendekatan kultural, sehingga budayawan istana merumuskan solusi tersebut dengan semboyan "Bhineka Tunggal Ika ; Tan Hana Dharma Mangrwa." 

tatanan batangan batu-batu persegi dibiarkan sebagaimana kedudukan aslinya 
Tokoh nasionalis yang akrab dipanggil ebes Inep ini menjelaskan banyak hal seputar sejarah, ideologi bangsa, gotong royong dan persatuan dalam sudut pandang sejarah dan budaya bangsa Nusantara. Menurutnya Pancasila digali berdasarkan nilai-nilai budaya dan kohesi sosial masyarakat bangsa Indonesia.

Pak Inep mengambil contoh situs besar gunung Padang Cianjur Jawa Barat yang pernah didatanginya awal tahun ini. Misteri gunung tersebut bukan terletak pada cerita horor seputar hantu atau mitos-mitos irasional sebagaimana yang mau difilm kan oleh seorang sutradara ternama baru-baru ini.

"Peradaban purba gunung Padang yang jauh lebih tua dari piramida Giza. Mereka telah menata suatu struktur unik dan rumit di puncak gunung untuk "kepentingan kolektif". Ada dua nilai yang bisa kita ambil : pertama, manusia purba berhasil menggalang kerja sama berdasarkan prinsip kolektifitas. Tatanan seperti itu mustahil dibangun tanpa menejemen kolektif - gotong royong.

Kedua, ada nilai spritualitas di situs megalit gunung Padang yang diyakini sebagai altar persembahan. Yaitu manusia purba sudah mengakui adanya kekuasaan Maha-Gaib, yang mengendalikan kehidupan ini. Begitu juga dengan situs-situs lainnya. Semua ini, secara substansi, sejalan dengan Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa." lanjutnya. 

Sementara dalam buku terbarunya yang mengupas seputar Pancasila, Peni Suparto mengawali dari kajian sejarah yang mengandung nilai-nilai gotong royong, spritualitas, toleransi, desentralisasi dan demokrasi dalam sudut pandang kearifan budaya lokal. (red1).