Benarkah Pilkada Kota Batu Ajang Pertarungan Antar Dinasti vs Oligarki ??

Ilustrasi dari : ekstrabladet.dk
JURNALMALANG.COM - Seorang Pengamat dan juga Akademisi asal Kota Batu, Haris El-Mahdi makin awet menjadi "provokator politik" ditengah berlangsungnya proses pilkada Batu. Berbagai ulasannya di medsos dicela dan dipuja. Ada yang menganggap El-Mahdi sebagai akademisi yang mau keluar "menara gading" kampus untuk berdiskusi dengan publik luas. Tidak sedikit yang menudingnya sebagai akademisi pemancing kegaduhan.

Tulisannya yang paling kontroversi adalah terkait nuansa Dinasti dan Oligarki dalam Pilkada Batu, dengan kata lain, pesta demokrasi satu-satunya di Jatim (2017) ini hanyalah 'permainan' merebut kekuasaan antar elit keluarga dan pemilik modal yang mau melanggengkan kuasanya di Balaikota Among Tani. Sementara rakyat berada di tribun penonton, KPU sebagai panitia dan Panwaslu sebagai wasitnya. Semua ongkos pertarungan ini disponsori oleh rakyat melalui APBD.

"Dewantii-Punjul yang diusung PDIP merefleksikan kuasa Edy Rumpoko (ER) yang berusaha tetap menancapkan pengaruh di Kota Batu. Dewanti adalah istri ER, yang lima tahun ke depan, diharapkan melanjutkan "trah" ER. Di titik ini, secara real politik, Dewanti kerapkali dipersepsi oleh sebagian wong mBatu sebagai upaya membangun dinasti." tulis Haris el Mahdi diakun facebooknya (24/9/16).

Haris berusaha untuk ambil posisi di tribun pengamat yang netral. Maka tidak hanya paslon Dewanti-Punjul yang dia sorot, melainkan juga pada paslon Gus Din-Angga dari PKB-PD.

".... pasangan Gus Din-Angga yang diusung koalisi PKB dan Demokrat, meskipun memposisikan Gus Din sebagai walikota namun posisi Hendra Angga lebih mempunyai "nama" di Kota Batu. Hendra Angga adalah anak ketiga dari Muhammad Suhadi, sesepuh dan tokoh berpengaruh di Golkar dan Batu.Dinasti Suhadi cukup kuat meneguhkan pengaruh di DPRD dan SKPD di Pemkot Batu. Suhadi sendiri pernah tiga kali maju sebagai calon walikota Batu, namun tidak sampai berhasil" Lanjutnya.

Meski analisis ini aneh, untuk paslon H. Rudi - Djonet, El-Mahdi memandangnya sebagai representasi kubu Oligarki alias mewakili elit mapan yang pada konteks ini disebutnya Sastro (Bos JatimPark Group).

"...pasangan Kaji Rudi-Djonet menghadirkan Sujono Djonet menjadi sensasi tersendiri. Djonet adalah bakal calon yang paling agresif tebar pesona melalui banner. Djonet adalah salah-satu orang kepercayaan Paul Sastro, pemilik kerajaan bisnis Jawa Timur Park (JTP). Djonet menjabat manajer art di JTP. Sebagai seorang pengusaha, Paul Sastro sangat berkepentingan menjaga investasinya di Kota Batu. Sujono Djonet menjadi "kuda troya" kepentingan Sastro itu. Djonet merupakan ikhtiar Sastro untuk menjaga oligarki yang telah ia bangun. Sastro tidak terjun langsung dalam politik praktis karena ia tidak mempunyai kapasitas melakukan itu. Sastro lebih memilih politik klandenstein, politik di balik layar."

Pendapat terakhir Haris ini cukup membingungkan. Semua paham jika ER-Sastro merupakan mitra yang akrab, maka tampilnya Djonet (yang juga sangat dekat dengan Sastro - ER) sebenarnya tidak menguntungkan kubu ER maupun kepentingan di baliknya. Meskipun gagal mendapat rekom sebagai Wakilnya Dewanti di PDIP, Djonet memiliki hubungan akrab dengan banyak basis nasionalis (merah). Dan basis tersebut pasti akan diajaknya untuk mendukung paslon yang diusung PAN-Hanura-Nasdem.

Fakta bahwa Djonet yang tetap maju, menunjukkan kemandirian politiknya sebagai pemuda Batu yang tidak berada di bawah bayang-bayang oligarki maupun dinasti. Sementara H. Rudi adalah pengusaha yang pernah mengadvokasi masyarakat (kasus Gemulo) melawan pemkot Batu/ investor. Kecil kemungkinan Rudi masuk dalam agenda politik oligarki Sastro. Ini baru sebatas analisa sebab politik lebih rumit dari matematika.

Ditengah banyaknya hujatan terhadap tulisannya, El Mahdi juga panen dukungan, "Terus menulis!,Tulisannya enak dibaca. Tak daftar jadi wasit diluar lapangan, he"...." sanjung akun Hasan AW. Bahkan ada yang berharap Haris El-Mahdi sendiri yang mencalonkan diri menjadi Walikota Batu.

"wong iki loh cuma pengamat sama kora koar.. opini nya selalu menggiring ke kubu dewanti... memperdagangkan keilmuan nya dia memalukan.." tuduh seorang pemilik akun Dini Amartha.

Perdebatan ini memancing akun salah satu calon, Dewanti Rumpoko menyiramkan kalimat bijaknya: "
Doakan semua yg terbaik kawan.... Tidak ada org yg sempurna... Susah membuat senang semua org....
Sekecil apapun manfaat yg bisa diperbuat inshaAllah sdh pny nilai kebaikan."

Demikian perdebatan yang diawali oleh tulisan pengamat El-Mahdi seputar DInasti dan Oligarki. Semoga kegaduhan ini hanya sebatas di media sosial dan siapa tahu bisa menghasilkan ide-ide memajukan KWB. Jangan sampai pesta demokrasi yang ongkosnya mahal ini hanya menghasilkan konflik yang merugikan masyarakat Batu. (red1-jm).