Jumlah Kursi DPR-RI - DPRD di Dapil JATIM V Malang & Membaca Peta Terbaru Kekuatan Parpol & Caleg di Malang Raya


Ini sekedar analisa singkat peta politik terbaru Pemilu 2014 di Malang Raya yang diuraikan secara gado-gado, berdasarkan analisa subjektif, riset, kajian media, gosip demokrasi dan bisik-bisik tentangga.

Malang Raya, termasuk kawasan dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Kota Batu - Malang Kota - Malang Kabupaten total jumlah penduduknya sekitar 3,5 juta jiwa. Penduduk Malang Raya menyamai bahkan melampaui jumlah populasi satu Provinsi tertentu. Dalam Pemilu Legislatif 2014 Malang Raya (Dapil Jatim V) terdapat 8 Kursi DPR-RI yang diperebutkan, 9 kursi DPRD Provinsi. Berikut ini analisa dan pemetaan kekuatan riil para calon (riil dalam kacamata kami :)


Gambaran Hasil Pemilu 2009-2014 Lalu untuk komposisi DPRD Tingkat II

A. Kabupaten Malang (Penduduk -+ 2,4juta jiwa - 50 Kursi Legislatif)
Pileg tahun 2009 lalu kabupaten Malang tetap dirajai oleh Moncong Putih PDI Perjuangan (13 Kursi), disusul oleh P.Demokrat, PKB dan GOLKAR masing-masing 8 Kursi. Kemudian PKS dan HANURA masing-masing 4 Kursi, GERINDRA 3 Kursi dan PPP dan PKNU masing-masing 1 kursi. Dua periode Demokrat sangat trengginas namun tidak juga mampu menggeser dominasi PDIP kabupaten yang kala itu dibawah komando (alm) Boimin -juragan egaliter namun pantas disebut sebagai banteng sejati hingga akhir hayatnya.

B. Kota Malang (jumlah Kursi Legislatif 45)
Berikut ini jumlah DPT Kota Malang masing-masing Kecamatan berdasarkan rekapitulasi terakhir:
  • Blimbing = 131.572 Pemilih di 327 TPS
  • Kedung Kandang = 136. 799 Pemilih di 333 TPS
  • Klojen = 80. 787 Pemilih di 208 TPS
  • Lowokwaru = 116. 379 Pemilih di 300 TPS
  • Sukun = 139. 531 Pemilih di 344 TPS
  • TOTAL PEMILIH KOTA MALANG adalah = 605. 068 Pemilih
Pada Pemilu periode 2009-2014, Pileg Kota Malang dimenangkan oleh Partai DEMOKRAT (PD) 12 Kursi diikuti oleh PDI Perjuangan 9 Kursi, PKB-GOLKAR-PKS masing-masing 5 Kursi, PAN 4 Kursi, GERINDRA 2 Kursi, sementara HANURA-PKPB-PDS masing-masing 1 Kursi.

C. Kota Batu (Penduduk -+210 ribu jiwa kursi DPRD 25)

Pada Pileg Batu, PDIP meraih kursi terbanyak yaitu 5 kursi, disusul Golkar-PAN-HANURA-PD masing-masing 3 kursi, PIB 2 kursi dan PNI Marhaenisme-BARNAS-PKS-PKNU-PATRIOT-PKPB masing - masing 1 kursi. Peta tersebut memberikan kesan betapa masyarakat Batu tidak fanatik pada kekuatan tertentu, stabil dan cenderung cuek.

Pada PILEG 2009 lalu untuk DPR RI Dapil Malang Raya yang lolos adalah:

Partai Demokrat (PD) = 2 Kursi (NURHAYATI ALI ASEGAF & PIETER C.Z)
PDIP = 2 Kursi (SRI RAHAYU & Prof. GAYUS LUMBUN / Prof GL, PAW diganti Sayed M Mulyadi, SH)
PKB = 1 Kursi (DR. ALI MACHSAN MUSA)
GOLKAR = 1 Kursi (ENDANG A Syarwan Hamid)
HANURA = 1 Kursi (DJAMAL AZIS)
PKS = 1 Kursi (Lutfi Hasan Iskak - LHI)

Sementara di DPRD Provinsi hasil PILEG 2009:
PD = 2 Kursi
PDIP = 2 Kursi
PKB = 1 Kursi
GERINDRA = 1 kursi
PKS = 1 Kursi
Golkar = 1 Kursi
Hanura = 1 Kursi
Total = 9 Kursi

Analisa Peta kekuatan kontestan Pemilu Legislatif Dapil V Jatim - Malang Raya

Kemenangan Parpol / Caleg dalam Pileg 2014 di Malang Raya sangat ditentukan oleh: Elektabilitas Parpol secara Nasional, pengaruh / intervensi tokoh Lokal, kekuatan Dana, strategi Caleg dan infrastruktur Parpol. Mari kita kaji di masing-masing Daerah:

A. KOTA MALANG
Kota Malang, sudah dirajai oleh Demokrat sejak periode lalu mengalahkan PDIP yang justru kadernya menjadi Walikota 2 Periode (2003-2013). Namun saat ini citra PD secara Nasional sedang mengalami masalah dan SBY akan segera turun tahta maka pasti akan berimbas pada kekuatan PD di Pileg 2014. Meski demikian PD diperkirakan akan tetap meraih kursi meskipun nanti akan mengalami penurunan jumlah suara. Rata-rata caleg PD kota memiliki dana besar, apalagi di beckup oleh caleg DPR RI yang rata-rata datang dari Komisi Basah, namun tetap tidak bisa membendung apatisme masyarakat akibat sejumlah kasus korupsi yang menimpa banyak kader PD. Diperkirakan di kota Malang PD akan meraih 5-7 Kursi. Dan yang akan jadipun berpotensi dari caleg baru. Blimbing dan Lowokwaru misalnya akan muncul kandidat baru karena yang lama kalah cepat kalah lincah.

Sementara PDIP secara nasional sedang naik daun dan dimanjakan media massa, apalagi pasca Jokowi sudah disetujui Mega untuk diusung jadi bakal CAPRES 2014. Namun banyak yang memprediksi hal itu tidak akan berpengaruh banyak karena sudah banyak yang tahu bahwa Jokowi moncer lebih karena iklan media dan blusukan yang secara substansi bukanlah prestasi, dan di Malang basis setia Pro-Mega dan Projo. Namun pada konteks kota, PDIP sudah dalam kondisi kacau sejak Pemecatan Ketua DPC PDIP (Peni Suparto). 8 Kader yang paling potensial PDIP Kota Malang bersama ribuan massanya ikut di barisan Peni dan kelihatannya akan jadi sandungan bagi PDIP kota. Bila selama 10 tahun PDIP kota memiliki sel gerakan yang kuat dan didukung dana yang besar dari kadernya yang Walikota. Edi Rumpoko (Ketua DPC sementara) tidak mungkin all out besarkan PDIP Kota Malang karena dia akan lebih sibuk di Batu sebagai Walikota dan cukup sudah ikut 'babakbelur' di Pilkada lalu.

Meski demikian, riset terbaru menunjukkan PDIP Kota tidak merosot suaranya. Stabil. Padahal calegnya banyak yang goyah dan yang tampil tidak segarang dulu. Ini karena support dari Caleg tk.I dan Caleg RI yang memang total turun sehingga kolaborasi ini membuat suara PDIP kota Malang tetap melimpah. PDIP akan stabil dan berpotensi kecolongan suara di Klojen dan Kedung kandang. Khusus Blimbing dan Sukun Banteng solid dan secara umum massa PDIP akan coblos tanda gambar Partai. Caleg Provinsi yang kuat di kota adalah Dra. Sri Untari (Ketum Kopwan SBW). Sumiyati didukung oleh ormas nasionalis lokal namun kelihatannya tidak akan banyak mendapatkan suara Garda Pancasila Kota Malang Kota karena pola pendekatannya terlalu formal dan seremonial. Mungkin karena Sumiyati tidak mau kebobolan di kabupaten.

PKB dan GERINDRA termasuk beruntung karena jagoannya menjadi Walikota dalam Pilwali Mei 2013 lalu. Khusus PKB lebih beruntung karena baru saja Abah Anton resmi menjadi Ketum PKB Kota Malang, juga resmi melepas keanggotaanya di GERINDRA. Dia pasti menyokong cost besar dan menggerakkan semua SKPD dan 57 Lurah sekota Malang untuk memenangkan partainya, kekuasaan manapun cenderung demikian. Dan birokrasi umumnya yang suka carimuka akan sangat senang hati memberikan sumbangan atribut dan tenaga untuk mendukung partai penguasa. Hanya saja tipikal birokrasi Malang adalah terlalu suka menjadi pelapor ketimbang pelopor.

Banyak yang memprediksi dua partai ini akan semakin besar, bahkan PKB sendiri targetnya 15 Kursi, target yang logis (bila PDIP tidak menjadi peserta Pemilu). Tapi kalau tiap dapil menarget masing-masing 2 kursi masih logis pengecualian Klojen yang sangat kompetitif. Tapi tunggu dulu, ada faktor yang mengganjal PKB di Pileg nanti: 1) Anton-Sutiaji (Walikota-Wawali) masih tidak harmonis, basis massa Sutiadji akan berat hati mencoblos PKB karena partainya Sutiadji ini bisa dibilang sudah 'diambil alih' Abah Anton, hanya saja apakah Sutiadji masih punya basis massa? 2) Muncul suara sumbang bahwa Abah Anton tidak konsekwen pada GERINDRA yang mendukung dia menjadi Walikota dulu, kok tiba-tiba milih gabung PKB? Tapi ingat ini Politik dan Anton memilih langkah realistis memilih arus besar. 3) Caleg dari kedua parpol ini akan menuntut dana besar dari AJI karena merasa berjasa dalam menyukseskan AJI (hal yang wajar) namun secara teknis ini sangat sulit (terlalu besar jumlahnya, maka akan menambah suara sumbang 'mana jatah per caleg?'. Tindakan yang paling bebas konflik adalah membantu secara keorganisasi partai bukan per caleg. 4) Awal pemerintahan AJI mengalami banyak cobaan seperti polemik 1 jalur di 4 kelurahan, banjir dan persoalan Pasar yang tahun ini akan banyak dibangun/diselesaikan (belum lagi Psr Merjosari, Psr Blimbing dan Semeru yang berpotensi kisruh). PKB diperkirakan akan meraih 6-9 kursi (paling logis 7) dan Gerindra 4-5 kursi.

Sementara PKS citranya sudah kelam karena kasus LHI. Tetapi PKS kota Malang memiliki basis rasional dan tidak begitu terpengaruh, apalagi berhembus informasi bahwa LHI adalah korban kriminalisasi 'kekuatan besar' yang dijalankan oleh A. Fathonah yang ternyata NAPI 20 tahun di Penjara Bahamah Australia namun dilepas untuk sebuah misi khusus. PKS kota nampaknya tidak muluk-muluk, mereka ingin bertahan di tempat semula. Meski demikian PKS akan kehilangan banyak suara pemilih non rasionalnya (pengikut berita di media massa) kemungkinan suaranya akan berkurang 1-2 kursi. PKS Malang saat ini sedang krisis tokoh lokal.

Yang tidak bisa diremehkan adalah PPP, dengan bergabungnya istri mantan Walikota Peni Suparto yaitu Bunda HERI Pudji Utami, MAP. Mantan Bendahara PDIP kota ini nyaleg DPRD di Dapil Blimbing, jelas akan all out dalam membesarkan PPP, tidak hanya untuk kemenangan dirinya namun juga "memberi pelajaran" pada PDIP yang memecatnya. Bunda Heri jelas memiliki simpatisan besar dan didukung oleh cost yang melimpah, pasti berpengaruh secara umum di kota Malang. Selain Bunda Heri, PPP juga memiliki Bunda lainnya di Sukun yaitu Bu Aisyah yang meski pendatang baru sudah langsung tancap gas. Diperkirakan PPP rasional akan bisa meraih 2-3 Kursi (peluang tambahan di dapil Kedung Kandang). Itu saja sudah istimewa karena sejak Pemilu 1999 Partai lambang Ka'bah ini tidak pernah punya kursi DPRD Kota Malang. Secara struktural PPP kota tidak berjalan sebagaimana mestinya, praktis andalannya adalah kekuatan timses calon yang kali ini cukup kuat dan tajirr...

HANURA meski dulunya hanya dapat 1 kursi namun kini ada perubahan penting terutama dengan gabungnya mantan Calon Walikota 2008 (Hasanuddin Latief) yang memiliki banyak dana dan berani menggelontorkan dana pada caleg-caleg tingkat II. Banyak juga Caleg Hanura Kota yang memiliki latar belakang keluarga Mapan seperti di Dapil Klojen. Sang Ketua Yaqud Ananda Dapil Sukun dipastikan jadi lagi dengan sisa suara. Hanura kota diperkirakan mereka meraih 3 Kursi.

PAN stabil seperti biasanya dan mengandalkan caleg incumbent seperti Ketuanya Lokh Mahfud (Kedungkandang), Subur Triono (Blimbing), Pudjianto (Lowokwaru) dan Syaiful Rusdi di Klojen. Incumben ini sudah berkuasa rata-rata 2 periode dan jelas punya banyak amunisi dan efek turba 5 tahun yang banyak menggunakan uang negara. Meskipun ada juga pendatang baru di Lowokwaru yang kuat seperti Sekum DPC Rofiq, Wahyu Eko, tokoh LPMK dll, dan di Sukun ada alumni HMI Dito Arief 'Nukus Oyi'. Para incumbent PAN akan kembali berkuasa (Dapil Kedung kandang incumbent terancam oleh Mohan Katelu). PAN bisa stabil tetap 4 Kursi kecuali Blimbing Subur Triono berpotensi tidak lolos.

GOLKAR Kota Malang memiliki basis paling besar di Sukun karena faktor ketuanya Sofyan Edi Jarwoko (Bung Edi) yang dulu dapil Sukun. Bung Edi adalah politisi muda yang terkenal santun, alumnus SMAN 3 yang cerdas dan luwes berbaur dengan rakyat. Namun kali ini Bung Edi tidak maju lagi sehingga Sukun jelas kehilangan banyak suara dan Bung Edi akan pensiun dini untuk sementara di Gedung Megah timur Alun2 Bunder. Untungnya bagi Golkar memiliki tipikal pemilih stabil yang setia pada partai, orang-orang organisasi dan gerakan Caleg Golkar Pusat juga sangat massif seperti Ridwan Hisyam yang akhir-akhir ini bergaya koboi jago blusukan (mungkin karena panik sama kopetitor intern yang incumbent). Golkar Sukun akan dapat 1 kursi dan yang paling kuat hanya 2 orang: Ir. Budiono yang moncer di Karang Besuki dan Khoirul yang cukup solid di Bandulan dan Bakalan Krajan. Golkar diperkirakan mendapatkan kursi 4-5. Kalo seandainya Bung Edi nyaleg maka akan meraih 6 kursi.

Sementara partai PKPI tidak memiliki greget atau mungkin silent operation kita tidak tahu, tapi khusus Blimbing PKPI memiliki kandidat kuat tokoh senior berpengaruh yaitu Imam Jajuli. PBB juga hampir sama kecuali di Blimbing (Atmoko yang lumayan kencang dan berani tarung); lalu di Sukun, dimana ada Ir. Orba Djajadi AD (aktifis Pemuda Pancasila) yang terang-terangan disuport oleh Peni Suparto mantan Walikota Malang karena ybs adalah Pengurus Ormas (Garda Pancasila) yang diketuai Peni. Di Sukun Orba Djajadi adalah slaah satu caleg DPRD II yang paling banyak atributnya dan paling banyak blusukan ke warga dan juga paling banyak mengeluarkan dana. Partai PBB diperkirakan mendapatkan 1 Kursi. Untuk DPR RI, kalau seandainya Abah Masduki (Ketua DPC PBB Kota) tidak berjuang sendirian maka bisa mengimbangi Hanura dan PAN, padahal Masduki adalah tokoh Madura sukses yang cerdas dan santun.

Partai NASDEM di kota sulit diprediksi karena pendatang baru namun biasanya pendatang baru cenderung memberikan kejutan. NASDEM diperkirakan mendapatkan 1 Kursi. Potensi yang mereka miliki ada di dua lokasi yaitu Lowokwaru dan di Kedung Kandang

B. KABUPATEN MALANG
Banteng akan tetap berjaya di Kabupaten. Sebenarnya sepeninggal almarhum Boimin (sosok politisi hebat asal Desa Pagak yang paling banyak pengaruhnya) PDIP melemah, kepemimpinan baru Hari Sasongko (Ketua DPRD) tidak semerakyat Boimin namun PDIP menjadi ladang gerakan bagi Caleg-Caleg PDIP Pusat pasti akan menjaga keutuhan suara Banteng. Sasongko tampaknya cepat adaptasi dan urusan logistik mulai royal. Tantangan beratnya adalah keberadaan Rendra Kresna (Bupati Malang) yang Golkar jelas akan mengerahkan segenap pasukannya (SKPD) dari Sekda hingga 390 Kepala Desa untuk memenangkan Golkar. Apalagi anaknya Rendra (Dewa) juga nyalon DPR RI (melalui NASDEM) akan menggerogoti PDIP. Hanya saja PDIP di kabupaten memiliki pemilih yang paling setia sehingga sejak tahun 1999 tidak pernah kalah.

Pertarungan di kabupaten adalah ditentukan oleh dua pemain utama: PDIP (sebagai organisasi berbasis masa fanatik) dan Rendra Kresna (Bupati) yang memiliki jaringan lengkap dan dana besar (pengusaha rekanan Rendra tidak mungkin berdiam diri pasti ikut partisipasi). Hanya saja Rendra blunder dengan menyalonkan anaknya melalui NASDEM sehingga ini akan memecah suara Golkar kabupaten karena sebagian besar (tingkat pusat) akan dikerahkan untuk memilih Dewa. Namun karena kabupaten adalah lumbung suara dengan penduduk di atas 2,3 juta pemilih maka pembagian suara ini bisa memungkinkan sesuai target dengan syarat sistem yang dibangun benar-benar rapi dan skematik (nampaknya Dewa tidak punya ahli strategi yang memenuhi syarat itu). Konon Rendra sedang bermimpi ingin menjadikan Golkar kabupaten pemenang Pemilu se Malang Raya plus anaknya sukses melaju ke Senayan via NASDEM, lalu nanti 2015 bapak - anak ini (Golkar-Nasdem) akan dipasang menjadi calon Bupati-Wakil Bupati periode 2015-2020 dan dinasti ini akan pensiun tahun 2030. Joss, tapi kami tidak percaya gosip itu karena politik dinasti di eksekutif adalah bunuh diri karir.

C. Kota BATU
Paris van Java yang adem ayem sedingin hawanya.Peta politik di Batu ditentukan oleh penguasanya Edi Rumpoko (ER) dan akses bisnis pak Sastro dkk. Walikota 2 periode ini adalah kader PDIP yang saat ini menjabat sebagai plt.Ketua DPC PDIP Kota Malang (menggantikan Peni Suparto yang dipecat DPP sebelum Pilwali 2013). Sebagai kader banteng ER jelas akan membesarkan PDIP di Batu. Hanya ada sisi lemahnya: 1) ER dibebani harus mengurus PDIP kota Malang yang sudah pecah dengan kubu Peni (Komunitas Red Army yang secara ekonomi cukup mapan) 2) ER memiliki hubungan persahabatan yang baik dengan ortu dari caleg RI GERINDRA Moreno Suprapto dan besar kemungkinan dia juga akan menyuport Moreno yang pembalap nasional ini entah dengan cara menyumbang tim atau zona khusus. Tapi kelihatannya PDIP akan berjaya di kota apel ini dengan selisih tipis yang seperti biasanya.

Peluang CALEG DPR RI di Malang Raya (Dapil V jatim):
Siapa yang akan menang dalam pertarungan Pileg DPR RI di Malang? Sulit diprediksi mengingat yang maju adalah rata-rata jagoan terbaik dan termapan di masing-masing partainya.

PDIP ada Ahmad Basarah yang sudah kokoh memegang struktural dan bekerja by sistem bahkan ikut menyuport salah satu calon lainnya, wajar karena dia adalah elit DPP PDIP yang dekat Megawati dan anggota DPR RI. Basarah adalah Caleg PDIP yang paling merata sosialisasinya terutama di wilayah kabupaten. Lalu ada juga Sayyed Muhammad Mulyadi, SH anggota komisi III DPR RI -komisi basah warisah Prof.DR Gayus Lumbuun yang memilih jadi Hakim Agung (MA). Basarah leluasa sosialisasi di Kota maupun kabupaten Malang, beda dengan rekannya Sayed yang hanya buka posko di Batu dan massif di Malang zona Selatan dibanding Utara-Barat. Kabupaten Zona Timur seperti Pakis-Jabung-Tumpang-Poncokusumo masih unggul A.Basarah. Sayeh harus menyasar lagi kawasan ini tapi telat karena Andreas rupanya kencang juga. Sayed terlalu main sopan padahal ancaman besarnya adalah internal.

Namun Sayed memiliki peluang yang sama besar dengan Basarah karena dua hal 1) Dia berhasil melobi Peni Suparto (pecatan PDIP) untuk mendukungnya. Peni sudah instruksikan kepada seluruh jaringannya untuk dukung Sayed di DPR RI. Sebetulnya aneh mengingat Peni sudah dipecat masih mengajak basisnya mendukung PDIP. Namun gampang kita tahu penyebabnya: Barisan ebes INEP ini sungkan menolak karen Sayed menghadap langsung berkali-kali ke Inep minta restu melalui jaringan alumni GMNI sekaligus Peni ingin memberi pelajaran pada ABasarah yang termasuk diduga paling getol provokasi Bu Ketum untuk Pecat Peni waktu ribut-ribut pilwali dulu. Tokoh penting PDIP Malang, Sri Rahayu (Yayuk) tampaknya tidak terlalu mendukung Basarah padahal Basarah adalah koneksi penting SR kala meraih rekom Cawali 2013 silam; namun karena kalah yang membawa dampak telak maka SR terpaksa undur diri dari politik dan untuk apa dukung-mendukung? diri sendiri sudah tidak punya kepentingan apapun di Malang (mungkin mikirnya mending bantu sang suami (kang Sir) yang sedang nyaleg di luar Malang) Kota Malang harusnya menjadi lumbung suara Basarah namun karena konflik ini maka antar mereka salip menyalip, bisa-bisa menang kuda hitamnya.

2) ER (Walikota Batu) ternyata mendukung Sayed untuk DPR RI (juga kemungkinan dukung Moreno diam-diam). Ini keuntungan besar bagi Sayed MM untuk meraih suara besar di Batu. Hubungan antara Sayed dan ER sudah lama terjalin apik. Yang paling getol perjuangkan ER dapat rekom DPP waktu Pilwali Batu adalah Sayed politisi muda kelahiran Aceh dan elit GM-FKPPI dan mantan pengurus KNPI ini. Kini saatnya ER balas jasa dengan bantu Sayed lolos menuju Senayan. PDIP di Malang Raya diperkirakan tetap meraih 2 kursi DPR RI. Basarah dan Sayed berpeluang sama-sama jadi.

Bila dibandingkan Basarah-Sayed:
Basarah unggul dana dan timses kuat, tapi lemah di jadwal blusukan dan tandem terbatas. Sayed unggul jaringan luar partai aktif blusukan namun lemah di timses dan lebih pelit ketimbang Basarah yang royal. Dalam sebuah riset terbaru di kota kelihatannya Sayed sudah disalip Basarah. Andreas tidak bisa disepelekan. Dia disokong oleh banyak pengusaha dan jaringan non muslimnya paling kuat. Arek Malang asli ini juga dikenal low profile dan siapa bilang dia tidak punya dana? Basarah-Sayed-Andreas kandidat kuat banteng namun akan ada 1 yang terjungkal. Siapa dia? Nggak penting karena jika Jokowi jadi Presiden maka salahsatunya bisa naik jadi Menteri atau minimal Wakil Menteri Kabinet RI dan yang urut 3 PAW. Jika Jokowi gagal jadi Presiden lalu banteng kembali oposisi maka dunia akan tertawa.

Demokrat dipastikan dapat memenangkan incumbent Dr.Pieter Z yang kini menikmati empuknya kursi Ketua Komisi III DPR RI lebih dikarenakan dia punya uang banyak dan asli Malang. Akan tapi akan bersaing ketat dengan Nurhayati A Asegaf yang juga incumbent, elit DPP PD yang sedang moncer jabatannya. Kalau hasil pemilu masih bisa dimainkan ditingkat KPU maka sangat mengkin Nurhayati A yang diloloskan karena lebih dekat dengan Cikeas.

Kalau jaringan SBY masih bisa mengendalikan Pemilu dan atau mungkin bermain di Perhitungan suara nasional maka 2 kursi bergaransi bagi PD. PD saat ini punya dana politik yang besar, hanya saja dana tersebut tidak bisa terbang sendiri ke masyarakat melainkan dengan sistem-jaringan distribusi yang rapi dan terpercaya. Apakah PD Malang Raya punya? Di Malang Raya sementara ini PD Kota Malang yang kuat gerbongnya dibawah komando Arief Dharmawan yang meskipun agak kere dan pelit namun low profile dan bersahabat. Di kabupaten, meskipun punya wakil Bupati (Subhan) namun 'tersisih' dari dominasi Bupati yang menguasai kekuasaan secara utuh. Subhan wkl Bupati Malang bukan tipikal pemain yang bisa memobilisasi rakyat dengan kekuatannya sebagai N2, melainkan hanya sekedar pejabat formalitas tanpa visi yang membiarkan diri terlindas di bawah kotak Bupati. Kalau saja dia mau garang sangat bisa dan membuat Bupati ketarketir untuk bagi-bagi kekuasaan (Rendra Kresna memimpin kabupaten bukan tanpa cacat yang seharusnya wakil bisa bargaining). PD kabupaten bisa kuat asal bisa masuk di jaringan Pondok dan menyasar basis NU, kalau kalangan nasionalis jangan berharap banyak meskipun ada caleg DPRD tk.II senior GMNI seperti Isa Ansori.

HANURA yakin akan meraih 1 kursi dan calon terkuat adalah Hasanuddin Latief. Kreasi kampanyenya yang menggandeng begitu banyak caleg lokal untuk kampanye bareng-bareng, sosialisasi bareng-bareng, meraih suara bareng-bareng cukup membuatnya populer dan secara otomatis memiliki tim kerja yang luas. Hanya cara ini memang mahal sekali tapi tidak masalah bagi Hasanuddin karena memang dia adalah Arek Asli Ngalam yang jadi pengusaha sukses di tanah rantau.

Kelemahan Hasanuddin Latief adalah tidak menggunakan "skema mengunci suara" melainkan sekedar menyentuh "elit suara" yang biasanya jago klaim, pencitraannya kurang fokus pada keunggulan personal, infrastruktur gerakan hanya berfungsi mendistribusikan dana / sumbangan -bukannya menggalang suara riil yang secara ikatan politik terkunci dalam komitmen yang jelas. Apakah mereka tahu berapa dana HL yang sampai ke basis suara riil? Ingat bahwa ketua RT/RW (yang umumnya distributor dana bantuan sosial HL) di momen politik sudah kehilangan legitimasi di mata rakyat justru menimbulkan banyak kecurigaan ketika mereka bicara ada dana bantuan. Warning bagi HL karena banyak survey yang menyatakan dia lemah, tidak imbang dengan dana besar yang dikeluarkan. Kalau memang punya duit banyak, pertimbangkan bahwa mengunci suara (meskipun menggunakan dana) lebih kongkrit sasarannya ketimbang sumbangan infrastruktur yang ribet, mahal dan bias komitmen politiknya.

GERINDRA akan ada persaingan internal antara Pembalap Nasional kayaraya Moreno dan Arina (tokoh wanita yang juga mapan, cantik dan memiliki Rumah Sakit). Kalau tanding murni, kelihatannya Arina lebih kuat karena paling sering turba, memiliki sejumlah program kesehatan gratis yang didukung oleh suaminya Prof.Dr.dr.Sardjana dan juga siap "beli suara" hehehe. Moreno yang ayahnya asli Kera Ngalam ini meskipun juga siap untuk "belanja politik" besar-besaran (mimpi) namun infrastrukturnya masih dalam tanda tanya, atau memang sengaja dibuat kabur agar tidak terdeteksi lawan? Sebab hasil survey di kota (yang seharusnya lumbung suara Arina) justru Moreno lebih kuat. Pemilih pemula dan ibu-ibu penggemar sinetron nampaknya akan mencoblos Moreno karena ganteng dan tenar. Moreno tanpaknya perlu banyak pengalaman politik, dia tidak memanfaatkan potensi dan nama besarnya dengan langkah publikasi besar-besaran (banyak rakyat tidak tahu kalau dia nyaleg). Sementara calegnya yang nomor 2 dan nomor...(lupa urutannya) cukup mempesona namun tidak diikuti oleh kekuatan elektabilitas bila dibanding Moreno dan Arina. Selain kedua nama unggulan ini masih ada Imam Zuhdi yang di kota Malang suaranya lamayan padahal lebih dikenal sebagai orang kabupaten.

Bila basis Gerindra Malang Raya idealis membaca tulisan ini maka condong pilih Arina karena secara jujur dia memiliki kontribusi yang tidak kecil untuk rakyat jelata melalui program sosialnya dan dia sudah menyatu dengan nafas Bumi Ngalam.
Di Kabupaten Gerindra sebetulnya berpotensi moncer karena adanya dukungan mantan Bupati Sujud Pribadi, hanya beda dengan gaya Malangannya mantan Walikota Malang Peni, pak Sujud sulit menyuport Gerindra secara finansial karena selalu tampil kere dan pelit luar dalam kecuali sikap santun dan low profilenya yang patut dicontoh (kalau mau jujur urusan blusukan ke rakyat Sujud jauh lebih unggul dibanding Jokowi).

GOLKAR secara umum di Malang Raya akan meningkat selain karena punya Rendra Kresna (Bupati) dilumbung suara terbesar (2,3juta jiwa pemilih kabupaten) juga ada calon kuat sekaliber Pengusaha dan mantan aktifis HMI Ridwan Hisyam dan Bu Endang Syarwan. Ridwan unggul jaringan dan dana namun lemah tim lapangan karena konon elit timnya didominasi mantan aktifis yang kurang jam terbang lapangannya. Sementara kompetitor internnya kuat di timses lapangan dan gerilyan desa lebih unggul ketimbang RH yang nyaman di forum seremonial. Golkar berpeluang mendulang 2 kursi seandainya partai nomor urut 1 tidak ada :D

PKB sulit diprediksi meskipun ada Prof.DR. Ali Machsan Musa yang incumbent dan punya Walikota Malang yang baru (Abah Anton). Karena baru-baru ini rupanya keluarga Gus Dur lebih condong dukungannya ke PPP, harus diakui bahwa banyak massa PKB adalah pecinta almarhum Gus Dur yang memang ketokohannya mendunia (pembentukan opini politik oleh PPP tidak dilakukan secara serius dan Yenni ternyata dekat juga dengan Gerindra). PKB Malang Raya pasti akan mengantongi 1 kursi DPR RI dan bisa jadi caleg nomor 1 (Hj. Latifah S) yang dapat dengan alasan: sosialisasi caleg RI dari PKB (Hj.Latifah) adalah sosialisasi caleg yang paling massif dan merata se malang Raya (bahkan di bukit pun ada bannernya) ini menunjukkan keseriusan dan militansi timsesnya. Dan juga, ada orang dilingkar elit PKB Kota yang setia dukung Latifah, jelas lebih paham peta eksternal. Ali Machsan hanya unggul nama besar namun jaringan sudah menyempit maka untuk bisa menyalip bu Latifah pak Prof harus melipatgandakan tandem namun waktu tidak memungkinkan kecuali sudah dilakukan, tapi masalahnya tidak ada kompetitor yang diam ditempat, semua bergerak maksimal. Maka amannya PKB harus agresif meraih target 2 kursi DPR RI, kalau strateginya jitu maka itu tidak mustahil.
Pesan buat PKB Kota Malang dan Abah Anton agar tidak mengulangi lagi blunder serius dengan menyeret namabesar Arema/Aremania ke dalam panggung politik apalagi sampai mendaulat Muhaimin Iskandar menjadi warga kehormatan Arema, sebab sudah terbukti dalam setiap pesta demokrasi, citra Arema tidak bisa dikonversi ke suara politik. Arema adalah Arema yang setia pada idealismenya. Kurang apa jasa keluarga Bakrie dalam mensponsori Arema FC yang hampir sekarat tapi dalam survey politik CAPRES Malang Raya elektabilitas Aburizal Bakrie anjlok. PKB akan lebih kuat bila tetap konsep pada jaringan kultural dan warga Nahdiyin yang solid dibawah komando Ulama. PKB bisa saja berpotensi raih 2 kursi RI dengan syarat: 1) Anton maksimalkan dulangan suara untuk RI (meskipun hanya dengan instruksi coblos tanda gambar partai. 2) Memperluas jaringan suara di basis nasionalis kabupaten, bila perlu cost politik ditingkatkan maka dengan PDIP-GOLKAR akan bisa mengimbangi.

PKS nampaknya jatuh tertimpa tangga. LHI sang mantan Ketum DPP yang dikudeta Anis Matta KPK adalah caleg yang dulunya berangkat dari dapil Malang Raya. Kena kasus bersama si Ahmad Fathonah yang konon dia agen Asing untuk hancurkan PKS maka wibawa PKS jatuh, ditambah lagi belakangan ini salah satu caleg DPR RI-nya yang terkuat kesandung kasus korupsi di UIN Maliki dan sudah dinyatakan sebagai tersangka. Nampaknya sulit bagi PKS untuk meraih 1 kursipun di DPR RI. Bila benar teori konspirasi yang menyatakan bahwa PKS hancur karena ada gerakan agen Assis dan Mossad Yahudi (melalui Fathonah dan "perek" Vitalia Sesya) maka inilah Cobaan berat untuk partai cerdas ini.

Sementara putra mahkotanya Bupati Malang, Kresna Dewananta Prosakh maju lewat NASDEM jelas akan mendongkrak suara Nasdem di Malang Raya. Mudah bagi Dewa untuk menggunakan pengaruh ayahnya untuk meraih dukungan. Yang pasti dia punya dana yang tidak kecil. Nasdem akan bisa meraih 1 kursi DPR RI asal lolos ET/PT dan koordinasi dengan para Kader berjalan bagus. Pembagian suara antara GOLKAR-NASDEM di kabupaten Malang ini nampaknya akan unik bin aneh namun mudah dilakukan mengingat jumlah penduduk yang banyak dan posisi Rendra sebagai Bupati yang sementara ini menjadi raja. Seandainya Dewa naik melalui Golkar maka beda cerita, Golkar kabupaten akan sangat maksimal suaranya (2 kursi pasti dalam genggaman). Suara Dewananta hanya bisa didulang di kabupaten sementara di kota anjlok tingkat dewa (atribut kampanyenya di kota amat masifffff namun slogan politik dan bahasa publikasinya lebih menimbulkan cibiran ketimbang sanjungan; saran sebaiknya ganti slogan sayang harga sewa bando iklan mahal).

PPP Malang Raya sebetulnya punya peluang besar untuk meraih 1 kursi DPR RI karena 3 alasan utama PPP musim pemilu kali ini lebih bergairah daripada sebelumnya dimana salahsatu faktornya adalah gabungnya banyak caleg lokal yang kuat secara jaringan maupun finansial, misalnya di kota Malang memiliki amunisi baru yaitu bergabungnya istri mantan Walikota 2 periode Peni Suparto yaitu Hj. Heri Pudji Utami MAP yang jelas memiliki jaringan luas dan dana politik yang besar. Lalu Ketum PPP adalah Menteri Agama (Surya Dharma Ali) dimana SDA pasti kontek/instruksi pada semua Depag dan jaringan Per-Hajian untuk dulang suara PPP dimanapun dia berada termasuk di Malang; sesuatu yang wajar bagi orang yang berkuasa dimana menteri lain juga pasti demikian. Hanya saja Caleg PPP untuk DPR RI kurang greng kecuali DR. KH. Dahlan Tamrin yang atributnya terpasang hingga di ujung kabupaten. PPP berpeluang merebut 1 kursi rebutan dari sisa suara dengan syarat pak Kiai menambahkan dana dan mengijinkan timsesnya money politik (sangat lazim disaat semuanya melakukan hal sama) dan harus mau bekerjasama dengan caleg lokal yang punya banyak pengaruh seperti Bunda Heri Pudji Utami.

PAN, sebenarnya punya dua jagoan berkelas; Wahyuni Refi (senior GMNI dari JKT dan orang dekat Ketum DPP PAN Hatta Rajasa) dan H. Totok Daryanto (Pengusaha, Anggota DPR RI) yang royal dan cocok untuk politik praktis. Kelemahan Refi terlalu bergaya Ibukota dan sulit bisa mendarat di kultur Malangan apalagi timsesnya banyak akademisi. Sementara Totok unggul dana, tandem lokalnya joss, publikasi nomor satu namun anehnya elektabilitas masih kalah dari calon partai lain. Meskipun unggul dalam beberapa survey lembaga terpercaya namun tidak logis karena kondisi lapangan tak sama dengan kertas dan analisa teoritis apalagi yang berbayar, berpotensi ABS. Totok Dar terjebak pada gaya main borjuis politik (mirip Hasanuddin Latief)  yang umumnya ambisi meraih suara tinggi tapi suka membuang-buang waktu, sangat royal tapi suka mubazir dan tidak tepat sasaran. Padahal, kalau punya dana besar, harus tetap mengandalkan politik gaya "mafia demokrasi" untuk meraih tabungan suara riil dan gaya gebyar hura-hura hanya sebagai stimulus. Warning bagi PAN, cepat rubah pola sebelum sampe tikungan. Untung bagi PAN ada HM. Nur mantan birokrat senior tokoh bola yang siap membuat kejutan. Kalaupun PAN dapat kursi RI maka mereka akan mendapat sisa suara yang paling buncit.

Demikian....

Seberapa akurat analisa di atas bila dibandingkan dengan realitas lapangan dan hasilnya nanti? Wallahualam. Dunia Politik itu susah ditebak bisa berubah dalam hitungan jam. Dan uraian di atas hanya pengamatan subjektif berdasarkan pengalaman, pengamatan serta sedikit riset. Yang lebih tahu adalah pihak yang sedang memainkan perannya dilapangan.
Kami hanya setia di tribun penonton..

Yang penting Bumi Arema Aman Damai dan Guyub Selalu.... Salam Satu Jiwa...