Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan bagaimana Malang, merupakan negeri yang penuh konflik berdarah, pembunuhan antar raja-raja di istana yang sama, kemudian ketika datang masa damai menjelma menjadi kerajaan besar Singosari. Inilah kerajaan pelopor integrasi Nusantara yang menguasai darat dan laut dan yang berani menetang arogansi Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Namun sayangnya, lagi-lagi hancur karena pemberontakan dalam negri. Berikut ini akan diuraikan bagaimana situasi pasca kehancuran Singhasari, kedatangan armada militer dari Tiongkok serta awal mula berdirinya Majapahit.....
Tahun 1292, berakhirlah riwayat Singhasari. Maharaja Kertanegara wafat. Keluarga istana keturunan ken Arok kocarkacir menyelamatkan diri dari serbuan pasukan dari Gelang-Gelang (sekarang Madiun). Salah satunya adalah Raden Wijaya, keturunan ke 4 langsung dari Arok-Dedes, melarikan diri ke Songenep (Sumenep) pulau Madura. Di sana dia dilindungi oleh pangeran Arya Wiraraja yang sejak lama sudah memiliki hubungan baik dengan Malang.
Menarik mencermati hubungan antar penguasa yang rumit ini. Jayakatwang adalah cucu Sri Kertajaya yang dahulunya adalah raja Kediri yang digulingkan ken Arok. Sejak ambruknya istana Daha Kediri, keturunan Kertajaya semuanya tunduk pada raja Singasari yang keuturunan Arok. Hingga ketika raja Singhasari yang terakhir memenuhi ambisinya untuk memperluas pengaruh dari Melayu, Jawa hingga Bali, Singhasari boleh dibilang menjadi lemah karena kekosongan prajurit.
Arya Wiraraja, pembesar istana Singhasari yang selama ini diberi kekuasaan di Sumenep Madura, rupanya bermain dua kaki. Satu sisi loyal pada Singasari namun sisi lain memprovokasi Jayakatwang agar menyerang Singhasari pada saat kerajaan ini mengalami kekosongan tentara. Dia berharap nanti Jayakatwang rela membagi dua kekuasaannya.
Gayungpun bersambut, Jayakatwang yang masih menyimpan rasa dendam leluhur, yang hanya menjadi penguasa kecil di Gelang-Gelang (Madiun) membawa pasukannya dalam dua rombongan yang salah satunya dipimpin oleh Jaran Guyang. Dengan strategi serangan 2 arah dia berhasil mengambil alih kendali Singhasari dan sejak saat itu dia nyatakan Kerajaan Kediri (Panjalu) kembali berdiri. Raden Wijaya yang terpancing menghalau serangan dari utara mengetahui bahwa dari selatan pasukan jayakatwang yang lebih besar berhasil menguasai istana, melarikan diri ke pedalaman utara hingga menyembrang ke Madura. Disana, atas jaminan Arya Wiraraja yang memiliki hubungan baik dengan Jayakatwang, Raden Wijaya menyatakan tunduk pada kekuasaan baru dan siap bergabung dengan pemerintahan jayakatwang.
Arya Wiraraja, seorang pemain politik telah melobi Jayakatwang agar mengampuni Wijaya. Tetapi antara Wiraraja dan Raden Wijaya telah ada kesepakatan rahasia untuk mengkudeta Jayakatwang yang ternyata ingkar janji tidak memberinya kekuasaan yang pantas pasca pengambilalihan Singhasari.
Jayakatwang percaya atas penyerahan diri raden Wijaya, lalu mengirim utusan untuk menjemput Raden Wijaya menghadap istana untuk memastikan kepatuhannya, kemudian dia diberi wilayah tempat tinggal di bagian timur Kediri yang berdekatan dengan hutan Tarik.
Dengan bantuan Arya Wiraraja dan rakyat Sumenep, Raden Wijaya membuka hutan ini untuk tempat tinggal bersama, menjadi pangkalan dari rencana kudeta rahasia mereka.
Sementara itu, raja Jayakatwang tengah naik daun, berkoar ingin mengembalikan sejarah kebesaran kakeknya Maharaja Kertajaya.
Namun sayang, rencana besar Jayakatwang mengembalikan kejayaan Panjalu terganggu oleh kedatangan rombongan besar pasukan kiriman Kubilai Khan dari Tiongkok yang hendak menyerang kerajaan Singhasari pada tahun 1293. Laskar Mongol datang bersenjata lengkap dan siap perang, tetapi mereka mendapat informasi bahwa musuhnya telah jatuh ke tangan Jayakatwang. Konon yang memberikan informasi adalah Raden Wijaya, yang sekaligus siap bekerjasama dengan Mongol untuk menghajar kekuasaan Jayakatwang.
Raden Wijaya memanfaatkan situasi ini dengan menghasut Ikke Mese komandan laskar Mongol agar menghabisi Jayakatwang yang masih mabuk dalam pesta kemenangan.
Tentara Mongol yang memang dalam kondisi siap tempur menyetujui rencana ini. Maka penyeranganpun dilakukan oleh puluhan ribu tentara Mongol disokong oleh sisa-sisa prajurit Singhasari serta pasukan Sakera di bawah pimpinan Arya Wiraraja. Bisa dipastikan betapa kagetnya Jayakatwang yang tengah euforia kemenangan atas serangan ini. Mereka terpaksa menghadapinya meskipun akhirnya kalah, ribuan prajuritnya tewas dan dia sendiri ditawan bersama anaknya, mereka meninggal dalam tawanan Mongol.
Meraih kemenangan, laskar Mongol berharap bahwa seluruh Daha dan Singhasari tunduk pada kekuasaan Kubilai Khan dan harus mengirim pajak ke Tiongkok. Alih-alih menyetujui, Raden Wijaya malah membunuh tentara Mongol yang mengawalnya dan kemudian membariskan pasukannya, atas sokongan tentara Sakera dibawah Aria Wiraraja, untuk menyerbu bekas koalisinya tersebut sehingga Mongol yang tidak menduga kejutan ini kocarkacir. Banyak yang tewas dan sisanya kembali ke Mongol serta mencari suaka di daerah-daerah pesisir. Mereka tidak habis pikir betapa licik Raden Wijaya dan Arya Wiraraja yang semula mengajak perang bersama untuk mengalahkan Jayakatwang namun setelah berhasil balik membantai mereka tanpa ampun.
Kondisi akhirnya aman terkendali. Kekuatan Jayakatwang sudah punah dan pasukan Mongol sudah bubar melarikan diri tanpa sisa.
Maka pada akhir tahun 1293, Raden Wijaya mendeklarasikan berdirinya kerajaan baru, Yaitu Kerajaan MAJAPAHIT. Dia menyatakan dirinya sebagai keturunan raja besar mendiang Ken Arok, penerus sah Dinasti RAJASA yang berhak menguasai seluruh daratan Jawa bahkan meneruskan integrasi Nusantara yang dirintis oleh mendiang Kertanegara.
Raden Wijaya, alias Ra Dyah Wijaya alias Bhre Wijaya naik tahta, menjadi raja Pertama dari kerajaan Majapahit dengan gelar KERTARAJASA JAYAWARDHANA. Dialah yang berhasil mengembalikan kejayaan Singhasari atau Tumapel atau Malang sejak pertama kali dirintis leluhurnya Sang Rajasa atau Ken Arok.
Jika dicermati dari untaian peristiwa sejarah diatas dapat kita simpulkan bahwa berdirinya Majapahit tidak lepas dari dinamika panjang sejarah kekuasaan di Malang, gerakan dari keturunan anak cucu ken Arok yang notabene mayoritas pelaku sejarah di atas adalah dari Malang. Duniapun tahu betapa kerajaan Majapahit kemudian menjadi kerajaan maritim raksasa yang merajai laut dan daratan, menjadi kekuatan ekonomi dunia memiliki teknologi senjata yang handal di jamannya serta satu-satunya imperium yang mampu menandingi kekuatan besar dunia seperti Romawi....
Tahun 1292, berakhirlah riwayat Singhasari. Maharaja Kertanegara wafat. Keluarga istana keturunan ken Arok kocarkacir menyelamatkan diri dari serbuan pasukan dari Gelang-Gelang (sekarang Madiun). Salah satunya adalah Raden Wijaya, keturunan ke 4 langsung dari Arok-Dedes, melarikan diri ke Songenep (Sumenep) pulau Madura. Di sana dia dilindungi oleh pangeran Arya Wiraraja yang sejak lama sudah memiliki hubungan baik dengan Malang.
Menarik mencermati hubungan antar penguasa yang rumit ini. Jayakatwang adalah cucu Sri Kertajaya yang dahulunya adalah raja Kediri yang digulingkan ken Arok. Sejak ambruknya istana Daha Kediri, keturunan Kertajaya semuanya tunduk pada raja Singasari yang keuturunan Arok. Hingga ketika raja Singhasari yang terakhir memenuhi ambisinya untuk memperluas pengaruh dari Melayu, Jawa hingga Bali, Singhasari boleh dibilang menjadi lemah karena kekosongan prajurit.
Arya Wiraraja, pembesar istana Singhasari yang selama ini diberi kekuasaan di Sumenep Madura, rupanya bermain dua kaki. Satu sisi loyal pada Singasari namun sisi lain memprovokasi Jayakatwang agar menyerang Singhasari pada saat kerajaan ini mengalami kekosongan tentara. Dia berharap nanti Jayakatwang rela membagi dua kekuasaannya.
Gayungpun bersambut, Jayakatwang yang masih menyimpan rasa dendam leluhur, yang hanya menjadi penguasa kecil di Gelang-Gelang (Madiun) membawa pasukannya dalam dua rombongan yang salah satunya dipimpin oleh Jaran Guyang. Dengan strategi serangan 2 arah dia berhasil mengambil alih kendali Singhasari dan sejak saat itu dia nyatakan Kerajaan Kediri (Panjalu) kembali berdiri. Raden Wijaya yang terpancing menghalau serangan dari utara mengetahui bahwa dari selatan pasukan jayakatwang yang lebih besar berhasil menguasai istana, melarikan diri ke pedalaman utara hingga menyembrang ke Madura. Disana, atas jaminan Arya Wiraraja yang memiliki hubungan baik dengan Jayakatwang, Raden Wijaya menyatakan tunduk pada kekuasaan baru dan siap bergabung dengan pemerintahan jayakatwang.
Arya Wiraraja, seorang pemain politik telah melobi Jayakatwang agar mengampuni Wijaya. Tetapi antara Wiraraja dan Raden Wijaya telah ada kesepakatan rahasia untuk mengkudeta Jayakatwang yang ternyata ingkar janji tidak memberinya kekuasaan yang pantas pasca pengambilalihan Singhasari.
Jayakatwang percaya atas penyerahan diri raden Wijaya, lalu mengirim utusan untuk menjemput Raden Wijaya menghadap istana untuk memastikan kepatuhannya, kemudian dia diberi wilayah tempat tinggal di bagian timur Kediri yang berdekatan dengan hutan Tarik.
Dengan bantuan Arya Wiraraja dan rakyat Sumenep, Raden Wijaya membuka hutan ini untuk tempat tinggal bersama, menjadi pangkalan dari rencana kudeta rahasia mereka.
Sementara itu, raja Jayakatwang tengah naik daun, berkoar ingin mengembalikan sejarah kebesaran kakeknya Maharaja Kertajaya.
Namun sayang, rencana besar Jayakatwang mengembalikan kejayaan Panjalu terganggu oleh kedatangan rombongan besar pasukan kiriman Kubilai Khan dari Tiongkok yang hendak menyerang kerajaan Singhasari pada tahun 1293. Laskar Mongol datang bersenjata lengkap dan siap perang, tetapi mereka mendapat informasi bahwa musuhnya telah jatuh ke tangan Jayakatwang. Konon yang memberikan informasi adalah Raden Wijaya, yang sekaligus siap bekerjasama dengan Mongol untuk menghajar kekuasaan Jayakatwang.
Raden Wijaya memanfaatkan situasi ini dengan menghasut Ikke Mese komandan laskar Mongol agar menghabisi Jayakatwang yang masih mabuk dalam pesta kemenangan.
Tentara Mongol yang memang dalam kondisi siap tempur menyetujui rencana ini. Maka penyeranganpun dilakukan oleh puluhan ribu tentara Mongol disokong oleh sisa-sisa prajurit Singhasari serta pasukan Sakera di bawah pimpinan Arya Wiraraja. Bisa dipastikan betapa kagetnya Jayakatwang yang tengah euforia kemenangan atas serangan ini. Mereka terpaksa menghadapinya meskipun akhirnya kalah, ribuan prajuritnya tewas dan dia sendiri ditawan bersama anaknya, mereka meninggal dalam tawanan Mongol.
Meraih kemenangan, laskar Mongol berharap bahwa seluruh Daha dan Singhasari tunduk pada kekuasaan Kubilai Khan dan harus mengirim pajak ke Tiongkok. Alih-alih menyetujui, Raden Wijaya malah membunuh tentara Mongol yang mengawalnya dan kemudian membariskan pasukannya, atas sokongan tentara Sakera dibawah Aria Wiraraja, untuk menyerbu bekas koalisinya tersebut sehingga Mongol yang tidak menduga kejutan ini kocarkacir. Banyak yang tewas dan sisanya kembali ke Mongol serta mencari suaka di daerah-daerah pesisir. Mereka tidak habis pikir betapa licik Raden Wijaya dan Arya Wiraraja yang semula mengajak perang bersama untuk mengalahkan Jayakatwang namun setelah berhasil balik membantai mereka tanpa ampun.
Kondisi akhirnya aman terkendali. Kekuatan Jayakatwang sudah punah dan pasukan Mongol sudah bubar melarikan diri tanpa sisa.
Maka pada akhir tahun 1293, Raden Wijaya mendeklarasikan berdirinya kerajaan baru, Yaitu Kerajaan MAJAPAHIT. Dia menyatakan dirinya sebagai keturunan raja besar mendiang Ken Arok, penerus sah Dinasti RAJASA yang berhak menguasai seluruh daratan Jawa bahkan meneruskan integrasi Nusantara yang dirintis oleh mendiang Kertanegara.
Raden Wijaya, alias Ra Dyah Wijaya alias Bhre Wijaya naik tahta, menjadi raja Pertama dari kerajaan Majapahit dengan gelar KERTARAJASA JAYAWARDHANA. Dialah yang berhasil mengembalikan kejayaan Singhasari atau Tumapel atau Malang sejak pertama kali dirintis leluhurnya Sang Rajasa atau Ken Arok.
Jika dicermati dari untaian peristiwa sejarah diatas dapat kita simpulkan bahwa berdirinya Majapahit tidak lepas dari dinamika panjang sejarah kekuasaan di Malang, gerakan dari keturunan anak cucu ken Arok yang notabene mayoritas pelaku sejarah di atas adalah dari Malang. Duniapun tahu betapa kerajaan Majapahit kemudian menjadi kerajaan maritim raksasa yang merajai laut dan daratan, menjadi kekuatan ekonomi dunia memiliki teknologi senjata yang handal di jamannya serta satu-satunya imperium yang mampu menandingi kekuatan besar dunia seperti Romawi....
Arca perlambangan Kertarajasa Jhayawardhana atau Raden Wijaya atau Bhre Wijaya, Pendiri Kerajaan Majapahit.